• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ciri musikal melodi sulim dalam konteks

5.4 Kajian Analisis

5.4.2 Analisis ciri musikal

5.4.2.1 Ciri musikal melodi sulim dalam konteks

Ciri-ciri musikal dari pola permainan sulim ketika dimainkan dalam konteks

tunggal adalah sebagai berikut :

Biasanya ketika dimainkan dalam konteks tunggal dalam membawakan sebuah lagu ataupun repertoar, pola permainan sulim dari sipemain sedikit

mengabaikan tempo dan birama (metrum) sehingga terkesan kedengaran seperti

freemeter. Jika kita analogikan dengan melodi sulim pada lagu siboru mauas male

di atas, penulis sebenarnya mantranskripsikannya berdasarkan penafsiran pola pembagian ketukan dalam satu birama, sehigga dengan demikian lagu tersebut dapat ditranksripsi ke dalam sebuah garis paranada. Namun karena tidak adanya aturan penulisan tertentu dalam penyajian musik yang bersifat free meter, maka

penulis hanya membubuhkan tanda atau kode tertentu baik berupa lambang atau tanda baca agar sipembaca mengerti apa yang penulis sampaikan. Meskipun demikian, tidak semua alur melodi yang dimainkan dalam lagu tersebut bersifat

meter penulis lambangkan dengan tanda fermata [ ]. Contoh ini dapat kita lihat pada penggalan melodi yang terdapat pada bar yang ke-6, bar 10, dan bar yang ke-12.

Seorang pemain sulim tunggal biasanya memainkan motif melodi dengan

nuansa oktaf yang berbeda-beda dalam setiap penyajiannya walaupun nada yang dimainkan adalah nada yang sama. Sehingga dalam pentranskripsian ini, penulis sedikit mengabaikannya sebab hal tersebut tidak mengubah makna lagu dan juga sipemain tidak sengaja untuk menbuat konsep demikian, akan tetapi dia memainkankannya berdasarkan perasaan atau kenyamanan dalam hal meniup. Dengan mendengar hasil rekaman yang penulis transkripsikan dan membandingkannya dengan penyajian melodi di atas, maka hal itu akan terlihat jelas pada bar yang pertama.

5.4.2.2 Ciri musikal melodi sulim dalam konteks ensambel (uning-uningan

Yang menjadi ciri musikal dari melodi sulim ketika dimainkan bersama ensambel

khususnya pada saat mengiring lagu opera Batak di atas adalah :

a. Penyajian melodi sudah sedikit terpola namun seakan terkesan monoton karena tidak dibangun dengan berbagai motif melodi yang baru.

b. Melodi awal (intro) dari lagu yang dimainkan selalu dimainkan berulang-ulang

(tidak ada perbedaan antara melodi intro dengan interlude, yang

membedakannya hanya terdapat pada improvisasi teknik permainan). Melodi

intro dimainkan mulai dari bar 1 hingga bar 8, sedangkan melodi interlude

dimainkan mulai dari bar 25 sampai dengan bar 32.

c. Motif isian melodi sulim dalam mengiringi lagu opera Batak di atas biasanya

bersifat statis dalam konteks metode pengisian, artinya ketika melodi introsulim

selesai dimainkan maka secara otomatis sulim bersama melodi vokal serta

ensambel yang lain memainkan melodi yang sama, namun sulim sedikit keluar

dari melodi pokok dengan memainkan improvisasi nada tanpa harus menyimpang dari melodi lagu. Hal ini dapat terlihat jelas pada bar 9 hingga bar 24 dan juga terdapat pada bar 29 sampai dengan bar 47.

d. Namun metode pengisian melodi sulim dalam mengiringi lagu opera Batak di

atas biasanya juga ditandai dengan adanya jembatan melodi (bridge) untuk

menjembatani frase melodi vokal yang satu ke frase melodi vokal yang berikutnya. Jika kita melihat komposisi di atas, akan terlihat jelas pada bar yang ke-13, bar 24, dan bar 48.

Ciri-ciri musikal dari melodi sulim ketika dimainkan dalm konteks

kollaborasi bersama instrumen Barat maupun instrmen tradisional yang lain khususnya pada komposisi di atas lebih dijelaskan kepada bentuk pola permainan

serta teknik yang dimainkan. Jika kita memperhatikan alur melodi sulim dalam

membawakan lagu kijom/endeng-endeng di atas, jelas terlihat bahwa sulim hanya

muncul pada saat memainkan melodi awal (intro) lagu dan melodi tengah

(niterlude). Namun sejalan dengan pola permainan sulim pada kedua bagian

tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam hal teknik memainkan meskipun ada beberapa bagian melodi yang sama. Pada bagian intro

lagu, melodi sulim dimainkan dengan mengadopsi teknik slur (salah satu teknik

memainkan flute) yakni dengan memainkan nada hanya dengan tiupan nafas tanpa

adanya tekanan lidah. Hal ini terlihat jelas pada bar 2 akhir hingga bar yang ke-8.

Sedangkan pada bagian interlude lagu, melodi sulim yang dimainkan juga

mengadopsi teknik staccato (juga merupakan salah satu memainkan flute) yakni

memainkan nada atau melodi dengan tiupan nafas yang kuat dibantu dengan tekanan atau aksen yang kuat oleh lidah dalam setiap biji nada yang dimainkan. Pola serta teknik permainan ini jelas terlihat pada bagian interlude yakni pada bar 57 akhir sampai dengan bar yang ke-64.

Namun selain itu, ada beberapa frase melodi tertentu dimana sulim

Hal ini dapat kita lihat pada bentuk melodi intro lagu di bar 9 hingga bar yang ke-

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari uraian-uraian tentang permasalahan dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis membuat kesimpulan bahwa sulim merupakan sejenis instrumen tradisional Batak Toba yang

paling eksis di antara sekian banyak instrumen tradisional Batak Toba yang lain dan mampu bertahan di berbagai era penggunaannya. Ada beberpa instrumen tradisional Batak Toba lainnya yang masih tetap eksis dan juga mampu bertahan dan ada juga beberapa di antaranya perlahan mengalami kepunahan. Namun di antara sekian banyaknya instrumen tradisional Batak Toba yang masih eksis tersebut, tidak seluruhnya mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat Batak Toba, sehingga terjadi berbagai pergeseran fungsi dan pengunaan isntrumen tersebut yang mengakibatkan adanya fenomena baru dalam setiap era atau masa penggunaanya dalam periode waktu yang berbeda-beda.

Kontinuitas dan perubahan fungsi dan penggunaan sulim ini dapat

terwujud karena sulim mampu beradaptasi terhadap perkembangan zaman yang

bersinergi dengan pola pikir, tingkat kebutuhan dan rasa musikal masyarakat Batak Toba itu sendiri. Berbagai fenomena perubahan yang terjadi dalam konteks penggunaan tidak menunjukkan adanya pergeseran fungsi musikal yang selalu dipertahankan. Oleh karena itu, apabila sulim selalu konsisten dapat beradaptasi dan

ini akan terus berlangsung selalu dan tetap bertahan di masa-masa yang akan datang.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis kemukakan di atas maka sebaiknya diajukan beberapa saran seperti berikut ini :

1. Jikalau ada di antara para pembaca yang tertarik terhadap kajian tulisan ini, penulis menyarankan agar kiranya berkenan untuk membahas lebih lanjut bahasan ini. Sebab setiap masa/periode waktu penggunaan sebuah isntrumen khususnya dalam konteks kebudayaan pasti akan memunculkan fenomena baru dalam setiap aspek kehidupan musikal masyarakat itu sendiri.

2. Selaku masyarakat yang memiliki identitas kebudayaan, sebaiknya mari kita bersama-sama untuk melestarikan setiap unsur kebudayaan secara khusus musik tradisional yang kita miliki bersama sebagai wujud dari penghargaan terhadap tradisi turun-temurun yang diajarkan oleh para pendahulu kita kepada kita. Jikalau pada masyarakat Batak Toba memiliki instrumen sulim

yang selalu mampu eksis dalam setiap perkembangan zaman tentunya instrumen yang lain tidak hanya yang ada pada masyarakat Batak Toba tetapi juga yang ada pada masyarakat etnis lain pasti juga akan bereksistensi secara kontinu (berkesinambungan) apabila tradisi ini tetap dipertahankan.

Dokumen terkait