• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

2.1. Citra

Sekarang ini banyak sekali perusahaan memahami sekali perlunya memberikan perhatian yang cukup dalam membangun citra yang menguntungkan bagi suatu perusahaan, tidak hanya dengan melepaskan diri terhadap terbentuknya suatu kesan publik negatif, namun juga berusaha bagaimana publik dapat memandang positif terhadap aktifitas perusahaan. Opini yang berkembang di masyarakat sangat menentukan citra sebuah perusahaan. Perusahaan harus bisa mempengaruhi opini publik agar dapat memunculakan pikiran yang positif kepada perusahaan sehingga dapat berdapak pada citra yang ingin dimunculkan

Menurut G. Sachs dalam karyanya The Extent and Intention Of Public Relation Information Activities pengertian citra adalah “pengetahuan mengenai kita dan sikap-sikap terhadap kita yang mempunyai kelompok-kelompok kepentingan yang berbeda. Dari penjelasan tersebut citra merupakan cara dunia sekeliling memandang kita. (Effendy, 2006;166)

Ada beberapa citra image yang terdapat dalam suatu organisasi atau perusahaan yang dikemukakan oleh Jefkins, yaitu citra bayangan (mirror image), citra kini (current image), citra keinginan (wish image), citra perusahaan (image coporate), citra serbaneka (multiple image), citra penampilan (performance image).

a. Citra bayangan (mirror image)

Pengertian disini bahwa citra yang diyakini oleh perusahaan bersangkutan, terutama para pemimpinnya yang tidak percaya pada kesan orang luar terhadap perusahaan yang di pimpinnya itu tidak selamanya selalu dalam posisi baik.

Setelah diadakan studi tentang tanggapan, kesan dan citra dimasyarakat ternyata terjadi perbedaan citra dilapangan, bisa terjadi justru mencerminkan “citra”

negatifnya yang muncul.

b. Citra kini (current image)

Citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang perusahaan atau organisasi atau hal yang lain berkaitan dengan produknya. Kemudian ada kemungkinan berdasarkan pada pengalaman dan informasi diterima dengan kurang baik, sehingga dalam posisi tersebut pihak Humas/PR akan menghadapi resiko yang sifatnya permusuhan, kecurigaan, prasangka buruk (prejudice), dan hingga muncul kesalahpahaman (misunderstanding) yang menyebabkan citra kini yang ditanggapi secara tidak adil atau bahkan kesan yang negatif diperolehnya.

c. Citra keinginan (wish image)

Citra keinginan ini adalah seperti apa yang di ingin dan dicapai oleh pihak manajemen lembaga perusahaan, atau produk yang ditampilkan tersebut lebih dikenal (good awareness) menyenagkan dan diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan (take and give) oleh publik atau masyarakat umum.

d. Citra perusahaan (coporate image)

Citra ini adalah citra yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan (corporate image) yang positif, lebih dikenal dan diterima oleh publiknya, mungkin tentang sejarahnya, kualitas pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang marketing, dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (social care) sebagainya. Dalam hal ini pihak Humas/public relations berupaya ataubahkan ikut bertanggung jawab untuk mempertahankan citra perusahaan, agar mampu mempengaruhi harga sahamnya tetap bernilai tinggi (liquid) untuk berkompetisi di pasar bursa saham.

e. Citra serbaneka (multiple image)

Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan, misalnya bagaimana pihak Humas/public relations akan menampilkan pengenalan (awareness) terhadap identitas, atribut logo, brand’s name, seragam (uniform) para front linier, sosok gedung, dekorasi lobby kantor dan penampilan para profesionalnya, kemudian diunfikasikan atau diidentikkan di dalam suatu citra serbaneka (multiple image) yang diinteasikan terhadap citra perusahaan (coporate image).

f. Citra penampilan (performance image)

Citra penampilan lebih ditunjukkan kepada subyeknya, bagaimana kinerja atau penampilan dari (perfomance image) para professional kepada perusahaan bersangkutan dalam memberikan berbagi bentuk dan kualitas pelayanannya, bagaimana pelaksanaan etika menyambut telepon tamu, dan pelanggan serta publiknya, serba menyenangkan serta memberikan kesan yang selalu baik.

Mungkin maslah citra penampilan ini kurang diperhatikan atau banyak disepelekan orang.(Ruslan, 2002;77)

Terciptanya citra positif pada publik tidak terlepas dari kemampuan Humas dalam mengelola opini pubik. Ketika opini yang berkembang itu positif maka citra perusahaan itu juga akan positif namun hal ini berlaku juga sebaliknya jadi ketika opini yang berkembang di masyarakat negatif maka citra yang terbentuk nantinya akan negatif. Hal ini merupakan tantangan bagi bagian Humas dalam mengelola opini publik yang positif. “Opini publik adalah suatu ungkapan keyakinan yang menjadi pegangan bersama diantara para anggota sebuah kelompok atau publik, mengenai masalah kontroversional yang menyangkut kepentingan umum”. (Moore,2004;54)

“Opini publik berasal dari bahasa latin, yakni opinari dan publiens. Opinari berarti berfikir atau menduga, kata opinion sendiri mengndung kata onis berarti harapan. Kata opinion sendiri dalam bahasa Inggris berhubungan erat dengan kata option dan hope, yang berasal dari bahasa latin optio yang artinya pilihan atau harapan. Sedangkan kata publicus mempunyai arti “milik masyarakat luas”. Dengan demikian, hubungan antara kata itu, opini publik, menyangkut hal seperti dugaan, perkiraan, harapan dan pilihan yang dilakukan orang banyak”. (Kasali, 2005;16) 2. 2. Humas

Public relation dari berbagai Negara di seluruh dunia yang terhimpun dalam organisasi yang bernama (The International Public Relations Association) IPRA bersepakat untuk merumuskan sebuah definisi dengan harapan dapat diterima dan di praktikan bersama, dengan definisi sebagai berikut.

“Humas adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang berencana dan bersinambungan, yang dengan itu lembaga-lembaga atau organisasi yang bersifat umum dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang ada kaitanya atau yang mungkin ada hubungannya dengan jalan menilai pendapat umum diantara mereka, untuk mengorelasikan, sedapat mungkin, kebijaksanaan dan tatacara mereka, yang dengan informasi yang terencana dan

tersebar luas, mencapai kerjasama yang lebih produktif dan pemenuhan kepentingan bersama yang lebih efisien” (Effendy,2006;21).

Institute of Public Relations (IPR) “mendefinisikan bahwa praktik Humas maupun PR merupakan keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dan segenap khalayaknya” (Jefkins,2004;9).

Sementara itu perumusan lain tentang Humas juga dikemukan oleh wakil dari pakar Humas/Public Relations dari negara maju mengadakan pertemuan di Mexiko City pada bulan Agustus 1978. Pertemuan tersebut menghasilkan definisi-definisi Humas yang lebih singkat yang dinamakan The Statement of Mexico, bahwa disimpulkan

“Praktik Humas/Public Relations adalah “seni dan ilmu pengetahuan sosial yang dapat dipergunakan untuk menganalisis kecenderungan, memprediksi konsekuensi-konsekuensinya, menasehati para pemimpin organisasi, dan melaksanakan program yang terencana mengenai kegiatan-kegiatan yang melayani, baik untuk kepentingan organisasi maupun untuk kepentingan publik atau umum”

(Effendy, 2009;119)

Menurut Dr. Rex Harlow,memberikan penegertian public relations adalah sebagai berikut:

Public relations adalah fungsi manajemen yang khas yang mendukung dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya, yang menyangkut aktifitas komunikasi pengertian, penerimaan, dan kerjasama, melibatkan manajemen dalam persoalan, membantu manajemen dalam menanggapi opini publik, mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan penggunaan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama (Effendy, 2009; 117).

Pengertian Humas menurut Frank Jefkins:

“Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencaana, baik itu kedalam maupun keluar, antara organisasi dengan semua khayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian”.(Jekins, 2004;10)

2. 3. Fungsi dan Tujuan Humas

Mengenai fungsi Humas menurut Edward L. bernary, dalam bukunya Public Relations, University of Oklahoma Press yang menjelaskan bahwa Humas tersebut memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai berikut:

a. Memberikan penerangan kepada masyarakat.

b. Melakukan presuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung.

c. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan atau lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat dan sebaliknya.(Ruslan, 2002:20)

Sementara itu fungsi Humas menurut Bertrand R. Canfield dalam bukunya Public Ralations Principles And Problems mengungkapkan tiga fungsi purel yakni:

a. Mengabdi pada kepentingan umum (it should serve the public interest) b. Memelihara komunkasi yang baik (maintain good communication)

c. Menitik beratkan moral dan tingkah laku yang baik (stress good morals and manners) (Effendy, 2009:137)

Fungsi Humas menurut Cutlip & Center dalam (Ruslan,2002:20):

a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi.

b. Membina hubungan harmonis antar organisasi dengan publik baik internal maupun eksternal.

c. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebar informasi dari orgaisas kepada publik dengan menyalurkan opini publik kepada organisasi d. Melayani publik untuk menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan umum.

Fungsi Humas rumah sakit tidak banyak berbeda dengan fungsi Humas pada perusahaan lainnya. Walaupun pada dasarnya kegiatan Humas rumah sakit lebih banyak ditujukan untuk membina hubungan baik dengan masyarakat atau pasien.

Selain itu pula hendaknya fungsi Humas juga dapat membina hubungan baik perusahaan dengan karyawan dan pemegang saham. Dengan demikian maka hubungan yang baik antar rumah sakit dengan publiknya dapat terjalin hubungan yang harmonis.

Dari uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa Humas tidak lain adalah suatu cara atau metode untuk membina hubungan baik (good relations) dengan publik internal (karyawan) dan publik eksternal (masyarakat luas, pasien) serta pemegang saham. Dengan harapan dapat tercapainya hubungan yang harmonis dan tidak menimbulkan gejolak ketidakpuasan yang dapat menimbulkan hal-hal yang tidak di inginkan. Hubungan yang baik juga dapat diharapkan dari pihak rumah sakit supaya masyarakat semakin percaya dan puas dengan pelayanan yang telah diberikan.

2. 4. Peran Humas

Menurut Dozier & Broom dalam rosady ruslan 2002 bahwa peranan Public Relations dibagi empat kategori dalam suatu organisasi, yaitu sebagi berikut:

a. Expert presciber

Sebagi praktisi ahli public relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencari solusi dalam menyelesaikan

masalah hubungan dengan publiknya (public relationship). Hubungan praktisi ahli PR dengan manajemen organisasi seperti hubungan antara dokter dan pasiennya, sehingga pihak manajemen bertindak pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari ahli PR (expert presciber) yang memilki pengalaman dan keterampilan tinggi dalam memecahkan serta mengatasi persoalan public relations yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan.

b. Communication fasilitator

Dalam hal ini, praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya dari organisasi bersangkutan, sekaligus harus mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut yang dilaksanakan oleh PR bersangkutan dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.

c. Problem solving process fasilitator

Peranan praktisi PR dalam hal proses pemecahan persoalan public relations ini, merupakan bagian tim manajemen untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.

d. Technician communication

Dalam peranan communication technician sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan methode of communication in organization dan sisitem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan. Begitu juga arus dan media komunikasi antara satu level, misalnya komunikasi antar karyawan satu departemen dengan lainnya (employee relations and communication media model).

2. 5. Ciri-Ciri Kerja Humas

Berfungsi tidaknya Humas dalam sebuah organisasi dapat diketahui dari ada tidaknya kegiatan yang menunjukkan ciri-cirinya. Ciri-ciri Humas menurut Effendy (2006;24) adalah sebagai berikut:

a. Humas adalah kegiatan komunikasi dalam suatu organisasi yang berlangsung dua arah secara timbal balik.

b. Humas merupakan penunjang tercapainya tujuan yang ditetapkan oleh manajemen suatu oraganisasi.

c. Publik menjadi sasaran kegiatan Humas adalah publik ekstern maupun intern.

d. Operasionalisasi Humas adalah membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik dan mencegah terjadinya rintangan psikologi, baik yang timbul dari pihak organisasi maupun dari pihak publik.

2. 6. Jenis program Humas

Suatu program Humas baik itu berjangka panjang atau pendek harus direncanakan secara cermat dan hati-hati dengan sedemikian rupa, sehingga akan diperoleh hasil yang nyata. Tanpa adanya suatu program yang terencana, praktisi Humas akan terpaksa beroperasi secara instingtif, sehinga mudah kehilangan arah.

Dapat berakibat munculnya godaan mengerjakan hal-hal baru, sementara hal-hal yang lama belum terselesaikan.

Program Humas berdasarkan sasaran khalayak yang dimaksud oleh Frank Jefkins (1996;172) terbagi dua, yakni:

a. Program Humas internal: program ini ditujukan pada publik internal perusahaan yaitu para pemegang saham, pihak manajemen dan top executive, para karyawan dan keluarga.

Seorang praktisi Humas harus bisa menjalin komunikasi internal dengan baik.

Hal ini seperti diungkapkan Mike Beard (2004;18) dalam bukunya Manajemen Departemen Public Relations.

“Komunikasi internal berkenaan dengan hubungan antara satu perusahaan atau organisasi dengan karyawannya. Manajemen serupa dapat diterapkan dalam komunikasi dengan para anggota sukarelawan yang didalam, katakanlah sebuah badan professional atau yayasan amal. Tujuan utamanya adalah memfasilitasi proses perekrutan dan memelihara pekerja berkualitas-tinggi yang mampu

memberikan kontribusu positif terhadap organisasi. Tujuan lainnya adalah untuk meyakinkan bahwa para pekerja tersebut akan selalu mendapatkan informasi dengan baik sehingga kinerja dan kepuasan kerja dapat dimaksimalkan. Rasa keterlibatan dan rasa kepemilikan di kalangan pekerja menciptakan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan dan menjunjung keberhasilan”.

b. Program Humas eksternal: program ini ditujukan pada publik eksternal perusahaan yaitu para konsumen, penyalur, pemasok, bank, pemerintah, pesaing, komunitas, pers, dan ain-lain.

Program-program yang dilakukan public relations di sebuah rumah sakit seperti perencanaan program The Lancaster, Pensylvania, General Hospital menurut Cutlip & Center adalah sebagai berikut (1985:478):

a. Employe Relationship

Humas memberikan pengarahan kepada karyawan baru pada hari pertama bekerja dengan mengenalkan situasi rumah sakit, memberikan brosur atau buku panduan. Menjalin hubungan dengan para karyawan memberikan informasi mengenai perkembangan perusahaan pada mereka melalui terbitan mingguan, papan pengumuman, diskusi panel, percakapan singkat dan sebagainya.

Memberikan dorongan dan pengertian kepada mereka melalui pemberian gaji yang sesuai, kebijakan liburan (cuti), program keamanan, adanya dewan pegawai yang semuanya itu sebagai saluran komunikasi antara pihak manajemen dengan para staff. Mengadakan waktu kunjungan bagi keluarga karyawan untuk mengenal lingkungan rumah sakit dan menempatkan karyawan sebagai pembicara.

b. Volunteer Groups

Humas menjalin hubungan dengan para pekerja sukarela dan para donator dengan menginformasikan dan mengilhaminya dengan suatu kesadaran mengenai keikutsertaan mereka dalam proyek atau kebijakan rumah sakit.

c. Medical Staff

Suatu pendapat dari para staff adalah penting untuk pelayanan terbaik dalam perkembangan rumah sakit akan nyata dan jelas terlihat suatau hubugan kerja antara para staff dengan dewan pengurus rumah sakit melalui sebuah organisasi staf. Staff rumah sakit dan publik internal lainnya telah sepenuhnya menyadari dan mempelajari pentingnya Humas bagi hasil pekerjaan mereka.

d. Patiens

Sebuah rumah sakit sosial merupakan kebutuhan publik. Oleh karena itu sangat perlu kiranya memberikan rasa aman bagi para pasien yang berobat, memahami dan menghargai keinginan para pasien, menjelaskan tentang rumah sakit kepada mereka, meyakinkan pasien bahwa tugas rumah sakit adalah melayani kepentingan publik tersebut. Semua itu dengan tujuan untuk meraih pengertian dan pengharagaan publik.

2. 7. Pelaksanaan Program Humas

Humas adalah suatu bentuk aktivitas dan sekaligus merupakan proses komunikasi. Oleh karena itu diperlukan tahap tahap yang memungkinkan proses dan aktivitas Humas dapat berjalan dengan baik. Pelaksanaan program Humas berhubungan erat dengan tahap-tahap dalam proses Humas.

Menrut Scott M Cutlip & Allen H. Canter terdapat empat proses acuan untuk pelaksanaan program kerja keHumasan, dalam (Ruslan, 2002;149) yaitu sebagai berikut:

a. Research and Listening (penalitian dan Mendengarkan)

Dalam tahap ini, penelitian yang berkaitan dengan opini, sikap dan reaksi dari mereka yang berkepentingan dengan aksi dan kebijaksanaan-kebijaksanaan suatu organisasi. Kemudian melakukan pengevaluasian dari fakta-fakta, dan informasi yang masuk untuk menentukan keputusan berikutnya. Pada tahap ini akan menetapkan suatau fakta dan informasi yang berkaitan langsung dengan kepentingan organisasi, yaitu What’s our problems ? (Apa yang menjadi Problem kita).

b. Planning Decision (perencanaan dan pengambilan keputusan)

Tahap ini memberikan sikap, opini, ide-ide dan reaksi yang berkaitan dengan kebijaksanaan serta termasuk penetapan program kerja organisasi yang sejalan dengan kepentingan atau keinginan-keinginan pihak yang berkepentingan:

Here’s we can do ? (Apa yang mesti kita kerjakan).

c. Communication Action (mengkomunikasikan dan pelaksanaan)

Tahap ini adalah menjelaskan sekaligus mendramatisirkan informasi mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan, sehingga mampu menimbulkan kesan-kesan yang secara efektif untuk dapat mempengaruhi bagi pihak-pihak yang

dianggap penting berpotensi dalam upaya memberikan dukungan sepenuhnya:

Here’s shat did and why ? (apa yang telah kita lakukan dan mengapa begitu).

d. Evaluation (mengevaluasi)

Pada tahap ini, pihak public relations/Humas mengadakan penilaian terhadap hasil-hasil dari program-program kerja atau aktivitas Humas lainnya yang telah dilaksanakan, serta keefektifan dari teknik-teknik manajemen, dan komunikasi yang telah dipergunakan: How did we do ? (bagaimana kita telah melaksanakannya).

2. 8. Humas dalam Organisasi

Terdapat dua jenis organisasi yaitu organisasi bertujuan mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya (profit oriented) dan organisasi yang bergerak di bidang sosial atau kesejahteraan masyarakat (non profit oriented) sedangkan pengertian dari organisasi itu sendiri ada dua, yakni:

a. Menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional seperti organisasi perusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintah atu perkumpulan olah raga.

b. Berkenan dengan proses organisasi sebagai suatu cara dimana kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien. Pengorganisasian merupakan proses penyesuaian struktur organisasi yang sesuia dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang melingkupinya. (Handoko, 1995;167)

Proses pengorganisasian rumah sakit dapat dilihat dan diketahui dari peran rumah sakit tersebut. Rumah sakit sebagai tempat penampungan orang (pasien) dengan gangguan kesehatan yang memerlukan asuhan rawat inap, merupakan konsentrasi segala jenis ahli kesehatan dan dokter yang penuh keahlian, tempat konsentrasi segala peralatandan perangkat kesehatan serta kedokteran modern.

Terdapat perbedaan Humas dalam sebuah organisasi yang mengutamakan keuntungan sebanyak-banyaknya (profit oriented) dan terdapat Humas dalam

organisasi yang bergerak di bidang sosial atau kesejahteraan masyarakat (non profit oriented).

2. 8. 1. Humas Organisasi Profit Oriented

Istilah perusahaan disini mengandung makna yang luas, berarti business, company, firma, agency dan lain-lain organisasi yang manajemennya berusaha memperoleh keuntungan financial. Dasar utama kegiatan organisai bisnis adalah meraih keuntungan yang besar. Oleh karena itu perusahaan memiliki kekhasan dalam sifat fungsi dan tujuannya, maka Humas perusahaan mempunyai kekhasan pula, meskipun dalam aspek-aspek tertentu terdapat persamaan dengan jenis-jenis hubungan masyarakat. Dasar utama kegiatan organisasi bisnis adalah meraih keuntungan yang besar.

Setiap perusahaan memiliki karyawan dan publik tersendiri yang berperan penting dalam kemajuan perusahaan tersebut. Rumah sakit dengan para pasien dan dokternya. Univeritas dengan para mahasisiwa dan alumninya. Perusahaan bisnis memiliki para investor, pelanggan dan calon pelanggan sebagai publik utama. Jika pemegang saham menarik modalnya bisnis akan berhenti dan jika para pelanggan tidak membeli produk atau jasa perusahaan tersebut dapat bangkrut.

Humas untuk bisnis harus melakukan usaha yang lebih dari sekedar memenuhi keinginan dan kebutuhan para karyawan dan relasinya. Ia harus dapat menciptakan lingkungan dimana para pemilik atau para investor merasa puas dan mau mengembalikan modal mereka. Ia harus mampu menarik pelanggan baru dan berusaha membuat pelanggan merasa puas akan produk atau jasa yang diberikan.

Humas pada organisasi profit oriented mengutamakan fungsi organisasi sebagai suat usaha dengan pembiayaan efektif dan mencapai kesuksesan dalam persaingan. Jadi sifat persaingan dan keuntungan meraih keuntungan pada bisnis membuat aktivitas Humas menghadapi permintaan yang luar biasa.

2. 8. 2. Humas Organisasi Non Profit Oriented

Organisasi non profit menggunakan pendekatan pemrograman Humas beragam taktik, namun yang paling dominan adalah mempromosikan pelayanan publik. Organisasi kesehatan, yayasan kesejahteraan sosial, institusi pendidikan sangat tergantung dengan dukungan publik. Sering kali mereka harus berhadapan dengan faktor ekonomi, aspek sosial, politik dan budaya yang membutuhkan upaya Humas. Menurut Cutlip tujuan Humas organisasi non profit meliputi (2006:507):

a. Mendefinisikan/memberikan “brand organisasi”, mendapat penerimaan misinya dan melindungi reputasinya.

b. Mengembangkan saluran komunikasi dengan pihak-pihak yang dilayani organisasi.

c. Menciptakan dan memelihara iklim yang baik untuk mengumpulkan dana.

d. Mendukung pengembangan dan kebijakan publik yang cocok untuk misi organisasi.

e. Memberi informasi dan motivasi konstituen organisasional utama (seperti karyawan, sukarelawan, komisaris) untuk mengabdikan diri mereka dan bekerja secara produktif dalam mendukung misi, tujuan dan sasaran organisasi.

Rumah sakit sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial atau kesejahteraan masyarakat sering juga disebut sebagai organisasi non profit oriented karena tujuan utamanya tidak mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya, tetapi

memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat luas atau publiknya. Dengan bidang usaha di sektor jasa bagi penyembuhan anggota masyarakat yang sakit, maka rumah sakit lebih banyak berfungsi sebagai organisasi yang berorientasi sosial dari pada bisnis.

Sama halnya dengan organisai lain, rumah sakit juga memerlukan seorang petugas Humas. Organisasi seperti rumah sakit telah meningkatkan Humas dalam tingkat manajemennya. Salah satu alasan mendasar adalah para karyawan rumah sakit di bagian medis ataupun admistrasi cenderung mendapat sorotan dari masyarakat adalah sebagai orang-orang yang kaku, dingin, tidak ramah, angkuh, dan kurang

Sama halnya dengan organisai lain, rumah sakit juga memerlukan seorang petugas Humas. Organisasi seperti rumah sakit telah meningkatkan Humas dalam tingkat manajemennya. Salah satu alasan mendasar adalah para karyawan rumah sakit di bagian medis ataupun admistrasi cenderung mendapat sorotan dari masyarakat adalah sebagai orang-orang yang kaku, dingin, tidak ramah, angkuh, dan kurang

Dokumen terkait