• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5. Kerangka Teori dan Pemikiran

1.5.2. Peran Humas

Menurut Dozier & Broom (1995) dalam Ruslan (2006:20) bahwa peranan Public Relations dibagi empat kategori dalam suatu organisasi, yaitu sebagi berikut:

a. Expert presciber

Sebagi praktisi ahli public relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencari solusi dalam menyelesaikan masalah hubungan dengan publiknya (public relationship). Hubungan praktisi ahli PR dengan manajemen organisasi seperti hubungan antara dokter dan pasiennya, sehingga pihak manajemen bertindak pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau usulan dari ahli PR (expert presciber) yang memilki pengalaman dan keterampilan tinggi dalam memecahkan serta mengatasi persoalan public relations yang tengah dihadapi oleh organisasi bersangkutan.

b. Communication fasilitator

Dalam hal ini, praktisi PR bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya dari organisasi bersangkutan, sekaligus harus mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut yang dilaksanakan oleh PR bersangkutan dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak.

c. Problem solving process fasilitator

Peranan praktisi PR dalam hal proses pemecahan persoalan public relations ini, merupakan bagian tim manajemen untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.

d. Technician communication

Dalam peranan communication technician sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan methode of communication in organization dan sisitem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkat pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan. Begitu juga arus dan media komunikasi antara satu level, misalnya komunikasi antar karyawan satu departemen dengan lainnya (employee relations and communication media model).

1. 5. 3. Pembentukan Citra

Pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya (Ruslan, 2002:74). Citra tidak selamanya mencerminkan kenyataan

yang sesungguhnya, citra terbentuk dari kesimpulan akan informasi yang diterima publik, kemampuan dalam mengelola informasi merupakan unsur penting dalam munculnya citra. Citra adalah tujuan utama sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia public relation. Sedangkan menurut pendapat dari Frank Jefkins yang dikemukakan melalui bukunya Public Relations Technique mengatakan, “pengertian citra secara umum sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya”.

Citra merupakan bagian penting dari suatu perusahaan, perusahaan akan selalu berupaya membentuk citra positif agar memperoleh penilaian yang baik dari masyarakat atau public image. Dalam perjalanan perusahaan mencapai tujuan, upaya untuk membentuk dan membangun citra tentunya tetap terus berjalan agar khalayak mengetahui keberadaan perusahaan dan memberikan kesan atau gambaran terhadap perusahaan tersebut, maka kemudian perusahaan akan mendapatkan reputasi atau citra yang baik dimata publiknya. Citra positif bagi perusahaan merupakan suatu yang diinginkan setiap perusahaan, wujudnya dapat dirasakan dengan adanya penilaian, penerimaan, persepsi, dan rasa hormat dari masyarakat terhadap perusahaan.

Guna mencapai tujuan dan terfokusnya program Public Relation praktisi hendaknya melakukan perencanaan yang matang dalam menjalankan programnya.

Proses penyusunan strategi Public Relation menurut Ahmad S. Adnanputra berkaitan dengan fungsi-fungsi Public Relation secara integral melekat pada manajemen suatu perusahaan, yaitu:

a. Mengidentifikasi permasalahan yang muncul.

b. Mengidentifikasi unit-unit sasarannya

c. Mengevaluasi mengenai pola dan kadar sikap tindakan unit sebagai sasarannya.

d. Mengidentifikasi tentang struktur kekuasaan pada unit sasaran.

e. Pemilihan opsi atau unsur taktikal strategi public relation.

f. Mengidentifikasi dan mengevaluasi terhadap perubahan kebijaksanaan atau peraturan pemerintah dan lain sebagainya (Ruslan, 2002; 127)

Citra dari suatu organisasi dapat dilihat dari bagaimana masyarakat memandang, berasumsi dan berperilaku pada organisasi tersebut. Kemampuan dalam organisasi membentuk pencitraan yang berkembang di masyarakat berawal dari kemampuan organisasi dalam memberikan rangsangan sehingga publik yakin atas potensi yang dimiliki organisasi. Proses pembentukan citra melalui struktur kognitif dapat dijelaskan gambar pada model pembentukan citra (Soemirat &

Ardianto,2004:115) :

Gambar 1.1

Model Pembentukan Citra pengalaman mengenai stimulus

stimulus respon

rangsangan perilaku

Sumber: (Soemirat & Ardianto,2004:115)

Dari gambar model pembentukan citra tersebut secara sederhana dapat dijelaskan dimana public relation digambarkan sebagai input dan output, kemudian proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimuls yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Dalam bagan tersebut citra lebih digambarkan melalui persepsi-kognisi-motifasi-sikap. Keempat komponen tersebut dapat dijelaskan artinya dalam proses pembentukan citra (Soemirat & Ardianto,2004,115) yakni sebagai berikut :

a. Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsure lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan, dengan kata lain individu akan memberikan makna terhadap rangsangan berdasarkan pengalamannya mengenai rangsangan. Kemampuan mempersepsilah yang dapat melanjutkan proses pembentukan citra

kognisi

persepsi sikap

motifasi

b. Kognisi merupakan suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus.

Keyakinan ini akan timbul apabila invidu telah mengerti rangsangan tersebut, sehingga individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya.

c. Motif merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

d. Sikap adalah suatu kencenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu.

17

TINJAUAN PUSTAKA

Dokumen terkait