• Tidak ada hasil yang ditemukan

committed to implementing GCG best practices in all levels of the Company.

Dalam dokumen Menempa Peluang Masa Depan (Halaman 90-96)

TATA KELOLA Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance - GCG) sudah menjadi komitmen PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. untuk landasan pertumbuhan dalam jangka panjang.

Perkembangan usaha dewasa ini telah sampai pada tahap persaingan global dan terbuka dengan dinamika perubahan yang demikian cepat. Dalam situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu keharusan dalam rangka membangun kondisi perusahaan yang tangguh dan sustainable. GCG adalah suatu praktik pengelolaan perusahaan secara amanah dan prudensial dengan mempertimbangkan

GCG is a commitment of PT Krakatau Steel (Persero) Tbk as a foundation for the long term growth of the Company.

Business development today has reached the point of an open global competition with the dynamics changing very quickly. In this global competition situation, Good Corporate Governance (GCG) is a must in order to build a strong and sustainable business environment. GCG is a corporate management practice through a mandate and prudence by taking into consideration the balance interests of all stakeholders. With the implementation of good corporate governance, the

Tata Kelola Perusahaan

keseimbangan pemenuhan kepentingan seluruh

stakeholders. Dengan implementasi GCG, maka pengelolaan sumberdaya perusahaan diharapkan menjadi efisien, efektif, ekonomis dan produktif dengan selalu berorientasi pada tujuan perusahaan dan memperhatikan stakeholders approach.

Good Corporate Governance (GCG) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. mulai diperkenalkan pada tahun 2000 yang ditandai dengan pelaksanaan audit GCG oleh Price Water House & Cooper (PWC). Hasil audit PWC merupakan masukan untuk perbaikan dan mulainya implementasi GCG di Perusahaan ini.

Secara garis besar, tahapan implementasi GKSG diuraikan sebagai berikut:

management of corporate resources is expected to be efficient, effective, economical and productive by always being goal-oriented company and paying attention to stakeholders approach.

In the year 2000, the concept of GCG was introduced through the GCG audit by Price Water House & Cooper (PWC). The results of the audit became the impetus for the implementation of GCG in the Company and also the nucleus for improvements.

In general, the stages of Good Krakatau Steel Governance (GKSG) are outlined below:

Komitmen GCG (12 Juni ‘01) - Tim GCG - Audit GCG (PWC) - Etika Perush. - Komite Audit - Self Assessment Audit GCG oleh BPKB (77,8) - Executive Coaching (Cohesion Building) - GCG menjadi Divisi - Audit Kinerja (AAJ) - Company Direction (KS

Q2-2020) - Board Manual

- Survey kepuasan Karyawan - Survey kepuasan Konsumen - Survey Budaya K3 - Perubahan AD ART - Tbk. - Sosialisasi Gratifikasi dengan KPK - Membuat program WBS - Audit IICG (Sangat Terpercaya) 2010 - Audit MBCfPE (Emerging Ind Leader) - Forum KS Group

- Sosialisasi Berkelanjutan ttg GCG - Pakta Integritas - Kontrak Manajemen - Sosialisasi dan Publikasi GKSG - Audit IICG (Terpercaya) 2007, 2008, 2009 - Monitoring RUPS

- Penyempurnaan SMKS berbasis GCG - Pelaksanaan CSR

- Monitoring menuju perusahaan Tbk. - Membuat SIKAPP

- Membuat Simaris - Sosialisasi LHKPK dengan KPK

- Impl. Ent Risk Management - Penyempurnaan Board Manual - Membuat, Mereview dan

menyempurnaan COC yang ada - Perubahan komposisi

Komisaris dan Direksi - Implementasi Menuju KS Clean

TIME

2012>>>>> 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007, 2008, 2009, 2010, 2011

Tahap

Membangun Komitmen

Manajemen, karyawan dan stakeholders mempunyai komitmen untuk melaksanakan corporate governance sebagaimana mestinya dan menjadikannya sebagai sebuah sistem dan landasan operasional Perusahaan.

Membangun Kesadaran

Manajemen, karyawan dan stakeholders mempunyai pemahaman yang sama mengenai pengertian, tujuan dan manfaat penerapan corporate governance di Perusahaan.

- Audit IICG (Cukup Terpercaya) - Audit MBCfPE(...) - Monitoring & Report - Pedoman Risk Mgt. - Komite Nom & Remu

- Pedoman GKSG - Impl. Ent Risk Management - Evaluasi SMKS berbasis GCG - Komp. Risiko Usha dan Asuransi - Sosialisasi GKSG (KS & Group) - Evaluasi Int Control (Kom Audit & KS) - Koordinator TL RUPS - Riset Perilaku Konsumen

Menjadikan GKSG sebagai sebuah sistem (Konsisten)

Mengintegrasikan seluruh sistem yang telah ada sebelumya sebagai landasan operasional Perusahaan

Menyempurnakan GKSG sebagai sebuah sistem

Pendekatan yang digunakan dengan modal 7s dari Mc Kinsey. Penggunaan model ini khususnya ditinjau dari 2 (dua) aspek, yaitu Aspek Keras (Hard Component) dan Aspek Lunak (Soft Component)

Konsistensi penerapan GKSG sebagai sebuah sistem

Melaksanakan secara konsisten terhadap seluruh komitmen yang telah ditetapkan antara lain berupa strategi, program kerja (Key Performance Indicator Perusahaan-KPI, Sasaran kerja Unit-SRK dan Sasaran Kerja Karyawan-SKK), memperbaiki sistem pengendalian intern yang ada sesuai dengan perubahan kondisi baik eksternal maupun internal serta mematuhi seluruh ketentuan yang berlaku

Menjadikan GKSG sebagai Budaya (Kompeten)

Pendekatan seperti bagaimana menjadikan GKSG sebagai manajemen strategik, melekat pada sistem, melekat pada benak setiap insan perusahaan dan stakeholders, dan pada akhirnya akan menjadi budaya Perusahaan.

Awareness Commitment Consistence Competence

- Code of Cond. GCG - Guidelines lainnya L E V E L I M P L E M E N T A S I Membangun Kesadaran

Tahapan ini mempunyai tujuan untuk membangun kesadaran manajemen, karyawan dan pemangku kepentingan agar diperoleh pemahaman yang sama mengenai pengertian, tujuan dan manfaat penerapan Tata Kelola di Perusahaan.

Building Awareness

The objective of this stage is to create a uniform awareness for management, employees and stakeholders for the understanding, objective and benefits of implementing corporate governance in the Company.

Pendekatannya dilakukan dengan audit corporate governance oleh Price Waterhouse & Cooper (September – November 2000) dan pembentukan Tim GCG pada tahun 2001, atas saran hasil audit tim GCG dirubah menjadi Komite GCG dan pada tahun 2002, Komite GCG bersama unit terkait menyusun buku panduan Etika Perusahaan, serta mengkomunikasikan dan mensosialisasikan prinsip- prinsip corporate governance dan Etika Perusahaan kepada seluruh karyawan. Pada tahun ini juga dibentuk Komite Audit di Dewan Komisaris serta dilakukan self assessment corporate governance.

Membangun Komitmen

Menyadari pentingnya corporate governance, maka pada tahap ini diupayakan agar manajemen dan seluruh karyawan serta pemangku kepentingan lainnya mempunyai komitmen untuk melaksanakan

corporate governance sebagaimana mestinya dan menjadikannya sebagai sebuah sistem dan landasan operasional Perusahaan.

Pendekatan pada tahap ini dilakukan dengan pelaksanaan audit corporate governance oleh BPKP pada tahun 2003 yang hasilnya dijadikan sebagai masukan untuk perbaikan selanjutnya. Tahun ini juga dilakukan perumusan dan penyusunan konsep

Code of Conduct GCG dan Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS). SMKS yang terdiri dari 4 (empat) level merupakan perwujudan corporate governance sebagai sebuah sistem di Perusahaan. SMKS merupakan perpaduan dari beberapa sistem yang telah ada sebelumnya, seperti sistem Manajemen Mutu Terpadu (MMT), Sertifikasi Sistem Manajemen (ISO 9000: 2001, ISO 14000: 2004, SMK3, ISO 17025: 2005), Sertifikasi Produk (SNI untuk berbagai komoditas, Lloyd’s Register, Biro Klasifikasi Indonesia - BKI, Germanischer Lloyd’s, JIS untuk berbagai komoditi), Total Preventive Maintenance (TPM), Sistem Manajemen Material (SMM), Sistem Manajemen Energi (SME), Sistem Manajemen Keuangan (SMK).

Pada bulan Agustus 2003, setelah pergantian Direksi ( periode 1998 - 2003), yang kemudian pada tahun 2004 dilakukan penataan di level Top Management, melalui executive coaching untuk membangun kohesi di level Direksi, Komisaris dan General Manager (Jabatan satu level di bawah Direksi). Kohesi dari executive coaching menghasilkan arah perusahaan, yaitu Business Policy Framework: Krakatau Steel Quantum Quality 2020. Pada tahun ini juga, Direksi menetapkan perubahan komite GCG menjadi sebuah Divisi dan Departemen Keuangan

The initial approach was done through the GCG audit by Price Waterhouse & Cooper (September-November 2000) and the establishment of the GCG Team. In 2001, the GCG Team was further developed into the GCG Committee and in 2002, the GCG Committee with related units, formulated the Corporate Ethics. This was then communicated and disseminated together with the GCG principles to all levels of the Company. During the same year, the Audit Committee was also formed in the Board Of Commissioners and a corporate governance self assessment was conducted.

Building Commitment

By realizing the importance of corporate governance, the objective of this stage was so that management, employees and stakeholders developed a commitment to implement corporate governance as a system and foundation for the Company.

The approach taken at this stage was through a corporate governance audit by the BPKP in 2003, which resulted in generating input for further improvements. In the same year, the concept for the Code of Conduct and the Krakatau Steel Management System (SMKS) was initiated. This SMKS consisted of four levels which reflect corporate governance as a system in the Company. The SMKS is a fusion of several pre-existing systems such as the Integrated Quality Management System (MMT), Management System Certification (ISO 9000:2001, ISO 14000:2004, SMK3, ISO 17025:2005), Product Certification (SNI for some products, Lloyd’s Register, Indonesian Bureau of Classification-BKI, Germanischer Lloyd’s and JIS for certain products), Total Preventive Maintenance (TPM), Energy Management System (EMS) and the Financial Management System (SMK).

In 2003, the BOD was changed and on 2004 a realigning at the Top Management level was conducted through executive coaching sessions for creating a better cohesion at the BOD, BOC and General Manager levels. The resulting tightly knit collaboration from the executive coaching exercise created the Business Policy Framework: Krakatau Steel Quantum Quality 2020. Also in 2003, the BOD decreed that the GCG Committee evolve into a separate Division and the Indonesian Ministry of Finance conducted a performance audit through the AAJ Consultants Tata Kelola Perusahaan

resulting in a number of corporate governance improvement recommendations.

In 2005, the Company succeeded in establishing a Board Manual based on the BUMN Ministerial Decree No. 117, 2002 (COSO Framework) as a reference for the BOD, BOC and other devices to;

• Facilitate the BOC and BOD in understanding the

regulations related to the work procedures of the BOC and BOD.

• Become the reference regarding the main tasks,

operational functions and improving the quality and effectivity of working relations between the two boards.

In the same year, the Top Management Code of Conduct and GCG Code of Conduct was formulated and created.

To further implement corporate governance consistently at all corporate levels, in 2006, improvements were implemented into the existing systems, including improvements for level 2 and 3 procedures, level 3 SMKS, risk management guidelines formation, and GCG implementation reporting. Also in 2006, the BOC established the Nomination and Remuneration Committee as a supporting component of the BOC.

Then, the implementation of risk management, formulation and establishment of guidelines for Good Governance Krakatau Steel, the evaluation based on the COSO internal control framework, evaluation and refinement SMKS, the establishment of the Business Risk and Insurance Committee at the Board of Commissioners.

RI melakukan audit kinerja melalui Konsultan AAJ yang merekomendasikan beberapa perbaikan dalam penerapan corporate governance.

Tahun 2005, Perseroan berhasil membuat Board Manual yang berbasis Kepmen BUMN No 117 tahun 2002 (COSO Framework) sebagai pedoman kerja Dewan Komisaris, Direksi dan Perangkatnya yang bertujuan untuk :

• Mempermudah Dewan Komisaris dan Direksi

dalam memahami peraturan-peraturan yang terkait dengan tata kerja Dewan Komisaris dan Direksi.

• Menjadi rujukan tentang tugas pokok, fungsi

kerja dan meningkatkan kualitas serta efektivitas hubungan kerja antar kedua organ.

Pada tahun ini juga dilakukan perumusan dan penyusunan Code of Conduct Top Management dan Code of Conduct GCG.

Dalam rangka implementasi corporate governance

secara konsisten oleh seluruh jajaran manajemen dan karyawan, maka pada tahun 2006 dilakukan penyempurnaan terhadap sistem yang ada antara lain perbaikan beberapa prosedur level 2 dan level 3 SMKS, perumusan pedoman manajemen risiko dan pelaporan implementasi GCG. Tahun ini juga Dewan Komisaris menetapkan Komite Nominasi dan Remunerasi sebagai organ pendukungnya.

Kemudian, dilakukan implementasi manajemen risiko, perumusan dan penetapan pedoman Good Krakatau Steel Governance, evaluasi internal control berbasis COSO Framework, evaluasi dan penyempurnaan SMKS, pembentukan Komite Risiko Usaha dan Asuransi di Dewan Komisaris.

The high level of commitment that PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Puts into the implementation of corporate governance best practices are rewarded by an increase in moral and ethical actions of the operators to maximize the value of a strong corporate culture, namely CIRI (Competence, Integrity, Reliable, Innovative), manage resources and risk more effectively, efficiently and create success in order to ensure improved corporate performance and long-term growth for our shareholders in an ethical manner.

These have gone toward building a positive image for the Company and winning the confidence of investors, creditors, business community and other stakeholders.

Only through these methods Krakatau Steel can arrive at a brighter future to strengthen the Company’s competitiveness in a dignified manner.

Dalam dokumen Menempa Peluang Masa Depan (Halaman 90-96)