• Tidak ada hasil yang ditemukan

CONNECTED EACH OTHER

Dalam dokumen Integrated Within Complexity (Halaman 44-52)

CONNECTED EACH OTHER

Penerapan tema adalah salah satu dari beberapa rangkaian dalam tahapan proses perancangan yang dilakukan setelah proses penentuan tema. Seperti yang telah saya jabarkan pada draf skripsi sebelumnya, telah dibahas mengenai tema yang dipilih dan juga pendekatan teori arsitektur yang berhubungan dengan tema “Integrated within

Complexity”. Penerapan tema pada bangunan bukan hanya mencakup bentukan fisik

bangunan, mengingat bahwa pendekatan teori yang saya gunakan adalah arsitektur organik maka penerapan tema tersebut juga digambarkan kepada manusia dan lingkungan yang bersangkutan. Manusia, lingkungan, dan bangunan merupakan bagian penting dalam kajian ilmu arsitektur, juga merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam merancang. Suatu karya arsitektur akan dianggap berhasil apabila menjawab ketiga aspek tersebut. Suatu bangunan dapat dinilai baik atau tidaknya apabila bangunan tersebut telah difungsikan. Penerapan tema yang berhubungan dengan tiga aspek tersebut dapat digambarkan dalam bentuk konsep rancangan. Keseluruhan konsep dalam rancangan dapat berupa; konsep rancangan tapak, konsep ruang terbuka hijau, konsep sirkulasi manusia, konsep sirkulasi kenderaan, konsep faktor keamanan dan keselamatan, konsep kulit/selubung bangunan, konsep rencana ruang dalam, konsep struktur, konsep mekanikal elektrikal, konsep pemasokan energi, dan konsep aspek berkelanjutan.

Konsep rancangan tapak pada umumnya terdiri dari elemen manusia ,lingkungan dan bangunan. Elemen manusia dalam tahap ini menyangkut sistem sirkulasi manusia dan juga generator aktivitas manusia. Dalam tahapan ini saya membagi konsep tapak menjadi bagian sirkulasi manusia dan tata hijau, sirkulasi kenderaan, sirkulasi jalur servis. Untuk

Gambar 3.1 Sketsa Konsep Awal

sirkulasi manusia dan tata hijau saya menggunakan konsep penyelesaian Esplanade5.

Penggambaran esplanade tersebut menggunakan kajian arsitektur organik, yaitu berupa arus hubungan antara manusia dan alam (lingkungan) disertai bangunan pada daerah tepian Sungai Deli. Konsep tersebut lahir dari pendekatan akan harmonisasi (integrasi) lingkungan hidup yang merupakan pendekatan yang jarang dijumpai pada kawasan. Penerapan integrasi tersebut diterapkan pada esplanade disepanjang tepian sungai. Esplanade tersebut merupakan bagian dari arus integrasi yang menghubungkan antara lingkungan yang dalam hal ini Riverfront dan bangunan. Mengingat bahwa pendekatan integrasi yang saya ambil adalah tiga aspek, yakni Riverfront, Urban Comercial, dan Preservation, maka pada jalur tersebut akan dijumpai taman dengan bentukan dasar

segitiga (tiga aspek diatas). Untuk menambah generator aktivitas pada daerah esplanade saya memasukkan fungsi Amphitheater6. Perbedaan material menandai perbedaan antara ruang hijau dan ruang esplanade. Pada jalur esplanade material berupa batu alam dan paving blok diharapkan dapat menjadi penyelesaian desain, karena paving blok masih dapat menjadi daerah resapan. Sedangkan pada area hijau berupa segitiga tersebut akan menjadi taman dari keseluruhan esplanade yang telah cukup besar, sehingga manusia akan dapat berteduh dan beristirahat dibawah teduhan pepohonan.

Gambar 3.2 Konsep Rancangan Tapak

Bagian yang menghubungkan antara jalur sirkulasi manusia dengan areal tata hijau adalah jalan setapak, yang juga merupakan akses antara sirkulasi manusia dan area hijau.

Selain itu jalan tersebut juga dapat membawa orang ke area duduk bagi orang yang ingin beristirahat maupun yang ini bersantai menikmati pandangan sungai disertai pepohonan rindang yang menaungi orang tersebut dari panasnya paparan sinar matahari. Karena itu, disekitar tepian sungai akan ada Amphitheater, sehingga selain menikmati indahnya pemandangan sungai, pengunjung juga akan dapat menikmati hiburan panggung. Area esplanade yang telah di deskripsikan tersebut tentunya diharapkan akan dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Namun, untuk menambah minat dan kemudahan pengunjung untuk datang ke tapak, maka saya membuat terminal bus dibagian Jalan Guru Patimpus. Selain terminal, saya juga menambahkan food court disamping terminal tersebut, dengan target pengunjung merupakan para karyawan dan pelajar disekitar tapak kawasan. Sebenarnya tujuan area esplanade tersebut selain sebagai area santi dan tata hijau juga merupakan sebagai jalur transisi antara satu generator aktivitas ke yang lain. Misalnya dari terminal tadi pengunjung hendak menuju Amphitheater, maka secara tidak langsung akan melewati dan juga menikmati area esplanade. Begitu juga sebaliknya apabila pengunjung mall hendak menikmati pertunjukan maupun menikmati keindahan view sungai maka akan menikmati area esplanade ini juga.

Gambar 3.3 Konsep Ruang terbuka, Tata Hijau & Manifestasi Sosial

Selain rancangan akan sirkulasi manusia dan ruang terbuka hijau, terdapat juga sirkulasi kenderaan. Saya membedakan antara akses pencapaian kenderaan ke bangunan dengan akses pencapaian manusia ke bangunan. Hal ini ditujukan untuk memberikan kesan nyaman dan aman bagi pengunjung yang hendak berkunjung dengan berjalan kaki. Untuk sirkulasi kenderaan sendiri saya membaginya menjadi dua, yakni untuk sirkulasi menuju mall dan sirkulasi menuju hotel. Mall sebagai fungsi campuran yang merupakan area komersial bernilai jual tinggi saya tempatkan dibagian depan. Oleh karena itu pencapaian fungsi mall melalui Jalan Guru Patimpus dengan drop off mengarah ke jalan tersebut serta akses keluar menuju jalan utama tersebut. Alasan selain bernilai jual tinggi, penempatan mall di depan juga dimaksudkan untuk mempermudah akses pencapaian manusia menuju mall. Untuk akses hotel, menurut asumsi saya hotel bisnis merupakan hotel dengan fungsi

yang cukup privat maka saya menempatkan drop off hotel sedikit lebih jauh dari Jalan Guru Patimpus. Jalur pencapaian kenderaan sengaja dibuat lebih panjang dikarenakan untuk fungsi hotel bisnis mencakup adanya Ballroom. Mengingat bahwa Ballroom menampung intensitas manusia yang cukup besar, maka jalur pencapaian tersebut diharapkan dapat cukup menampung kenderaan yang menuju area drop off. Untuk jalur penembusan keluar tapak, fungsi hotel menawarkan dua akses, yakni penembusan ke Jalan Guru Patimpus, dan penembusan ke Jalan Tembakau Deli. Akses tersebut menggambarkan pemenuhan akan integrasi lingkungan hidup

Gambar 3.4 Konsep Aksebilitas Manusia & Kenderaan

Gambaran tipologi bangunan menggunakan aspek-aspek disekitarnya melalui pendekatan arsitektur organik. Mengingat bahwa terdapat aspek Riverfront, Urban

mengintegrasikan ketiga aspek tersebut. Sisi setiap segitiga mengarah pada tiap aspek yang bersangkutan dan juga berhubungan. Seperti pada sisi Riverfront akan ada area esplanade yang menghubungkan antara bangunan dan sungai, pada sisi Preservation aka nada jalur akses menuju kantor Deli Maskapai, dan pada sisi Urban Comcerial yang dalam hal ini merupakan Podomoro City maka aka nada jalur akses dan koneksi antara bangunan dan Podomoro City tersebut. Penyelesaian akan fasad dan selubung bangunan akan diselesaikan sesuai dengan aspek yang bersangkutan. Pada sisi sungai akan menggunakan pendekatan material alam (kayu) untuk penyelesaiannya. Pada sisi Podomoro City fasad akan berupa fasad yang cukup komersial dan modern. Mungkin bisa saja merupakan layar display yang akan sekaligus berguna sebagai tontonan untuk area food court. Sedangkan untuk fasad pada sisi preservasi akan lebih diselesaikan dengan pendekatan arsitektur masa kini, hal ini dimaksudkan untuk menyelaraskan ketiga sisi bangunan mengingat ketiga aspek merupakan hal yang cukup berbeda. Akan ditakutkan apabila nantinya tidak ada sinkronisasi antara ketiga sisi bangunan. Oleh karena itu pendekatan penyelesaian pada sisi preservasi mungkin akan diselesaikan secara bentuk. Dapat berupa penerapan arcade dan sebagainya. Untuk bagian tower bangunan juga akan merupakan bentuka segitiga. Perbedaannya terletak pada, tower dirancang akan dapat menimbulkan kamuflase pandangan. Yakni tower dibuat akan seakan berputar dengan perubahan total derajat dari lantai tower terbawah dan teratas sebesar 90 derajat. Pemutaran dimulai dari salah satu ujung sisi segitiga mengarah pada sungai dan berakhir pada Jalan Guru Patimpus sebesar 90 derajat. Hal ini dimaksudkan menunjuk sungai sebagai tema utama perancangan, dan juga akan dapat memberikan pandangan yang berbeda untuk setiap lantai kamar tower (hotel).

Dalam dokumen Integrated Within Complexity (Halaman 44-52)

Dokumen terkait