• Tidak ada hasil yang ditemukan

Integrated Within Complexity

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Integrated Within Complexity"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

INTEGRATED WITHIN COMPLEXITY

SKRIPSI

OLEH

SUNARDI

100406054

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

(2)

INTEGRATED WITHIN COMPLEXITY

SKRIPSI

OLEH

SUNARDI

100406054

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

INTEGRATED WITHIN COMPLEXITY

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUNARDI

100406054

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

PERNYATAAN

INTEGRATED WITHIN COMPLEXITY

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014

(5)

Judul Skripsi

:

INTEGRATED WITHIN COMPLEXITY

Nama Mahasiswa

: SUNARDI

Nomor Pokok

: 100406054

Program Studi

: Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing

(Ir. Bauni Hamid, M. DesS, Ph.D)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

(Ir. Bauni Hamid, M. DesS, Ph.D) (Ir. N. Vinky Rachman, MT)

(6)

Telah diuji pada

Tanggal:

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji

: Ir. Bauni Hamid, M. DesS, Ph.D

Anggota Komisi Penguji

: Wahyuni Zahrah, ST., MS.

(7)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara

(USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1.

Bapak Bauni Hamid, selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu

memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

2.

Bapak Achmad Delianur dan Bapak Tavip K. Mustafa, selaku pihak

stakeholder

yang telah membantu dan memberikan petunjuk dan pengarahan

dalam keseluruhan proses rancangan.

3.

Ibu Wahyuni Zahrah, selaku Dosen Penguji I dan Bapak Hajar Suwantoro,

selaku Dosen Penguji II yang telah bersedia menjadi penguji dalam kasus ini.

4.

Kedua orangtua serta saudara - saudara perancang yang tercinta, yang telah

memberikan semangat, dorongan, dan bantuan untuk menyelesaikan studi dan

skripsi penulis di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

5.

Rekan - rekan mahasiswa yang telah memberikan motivasi serta dorongan

hingga selesainya skripsi ini.

Perancang menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna sehingga perancang sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, perancang berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

yang besar bagi semua pihak.

Medan, 10 Juli 2014

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR...

vii

DAFTAR ISI...

viii

DAFTAR GAMBAR...

ix

ABSTRAK...

xii

PROLOGUE -

A RIVER RUNS THROUGH IT ...

...

1

BAB I

IT ALL GET STARTED ...

4

1.1

The Beginning ...

4

1.2

Step by step

……….

...

13

BAB II

UNDERSTANDING THE WHOLE ASPECT...

23

BAB III

CONNECTED EACH OTHER ...

31

BAB IV

HUMAN

……..…………

...

39

BAB V

THE FLOW

….…………

...

44

BAB VI

DE ARCHITECTURA ...

69

BAB VII

THE FINALE

..…………

...

81

BAB VIII KESIMPULAN...

89

EPILOGUE -

DO AND UNDERSTAND

...

91

DAFTAR PUSTAKA...

93

(9)

DAFTAR GAMBAR

No

Judul Hal

Gambar 1.1

Roof Plan

Podomoro City ... 6

Gambar 1.2 Peta Tata Guna Lahan ... 9

Gambar 1.3 Data Ruang Terbuka ... 10

Gambar 1.4 Data Sirkulasi Kenderaan ... 11

Gambar 1.5 Data Sirkulasi Pejalan Kaki ... 12

Gambar 1.6 Analisa Lingkungan... 14

Gambar 1.7 Analisa Matahari & Curah Hujan ... 15

Gambar 1.8 Analisa Ukuran & Garis Sempadan ... 17

Gambar 1.9 Analisa Drainase & Pepohonan ... 18

Gambar 1.10 Analisa Keistimewaan Buatan & Sirkulasi Pejalan Kaki ... 19

Gambar 1.11 Analisa Sirkulasi Kenderaan & Pemandangan dari Tapak ... 20

Gambar 1.12 Analisa Kebisingan & Manusia Budaya... 21

Gambar 1.13 Gambar Kondisi Pedestrian ... 22

Gambar 2.1 Diagram Hubungan Tema dan Proyek ... 27

Gambar 2.2

House of Falling Water

... 29

Gambar 2.3

Turning Torso Tower

... 30

Gambar 3.1 Sketsa Konsep Awal ... 32

Gambar 3.2 Konsep Rancangan Tapak ... 33

(10)

Gambar 3.4 Konsep Aksebilitas Manusia & Kenderaan ... 36

Gambar 3.5 Konsep Bentukan dan Transformasi Massa ... 38

Gambar 4.1 Konsep Zona Bangunan ... 40

Gambar 5.1 Sketsa Rancangan Awal ... 45

Gambar 5.2 Sketsa Rancangan Ruang Dalam ... 46

Gambar 5.3 Sketsa Rancangan Ruang Dalam 2 ... 48

Gambar 5.4 Rancangan

Ground Plan

... 53

Gambar 5.5 Rancangan Lantai 1 ... 55

Gambar 5.6 Rancangan Lantai 2 ... 56

Gambar 5.7 Rancangan Lantai 3 ... 57

Gambar 5.8 Rancangan Lantai Tower Bangunan ... 58

Gambar 5.9 Rancangan

Lower Ground

... 60

Gambar 5.10 Rancangan

Basement 1

... 61

Gambar 5.11 Rancangan

Basement 2

... 62

Gambar 5.12 Konsep Struktur Tower Bangunan ... 66

Gambar 5.13 Potongan A Site dan Bangunan ... 67

Gambar 5.14 Potongan B Site dan Bangunan ... 68

Gamber 6.1 Bangunan & Tapak Rancangan ... 72

Gambar 6.2 Potongan Prinsip Struktur Tower ... 76

Gambar 6.3 Suasana Interior Kamar Hotel ... 77

(11)

Gambar 6.5 Sistem Strutur Bangunan ... 79

Gambar 7.1 Konsep Air Bersih & Air Kotor ... 82

Gambar 7.2 Konsep Distribusi Listrik ... 84

Gambar 7.3 Konsep Tata Udara ... 85

Gambar 7.4 Konsep

Fire Fighting

... 87

(12)

ABSTRAK

Sungai adalah aliran air yang termasuk kedalam bagian siklus hidrologi. Umumnya

sungai terbentuk secara alami, namun terdapat juga sungai buatan manusia yang

dibuat untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas hidup. Sebuah sungai

biasanya dapat menjadi citra dari suatu daerah maupun kota. Kawasan tepian

sungai merupakan kawasan yang berpotensi untuk dijadikan ruang publik maupun

semi-publik dalam suatu tatanan kota. Dalam kasus perancangan ini, sungai

dijadikan sebagai acuan dalam merancang. Tapak rancangan berada pada Jalan

Guru Patimpus dan berbatasan langsung dengan Sungai Deli. Kasus proyek dengan

tema utama arsitektur tepian sungai, dilanjutkan dengan tema gaya hidup urban,

ditambahkan tema individu “

Integrated within Complexity

”. Bermula dari inspirasi

yang didapat dari lingkungan disekitar tapak, perancang menemukan adanya tiga

aspek penting yakni: Sungai Deli sebagai tepian sungai, Podomoro City sebagai

urban komersial, dan Kantor Deli Maskapai sebagai preservasi. Perancang

bermaksud memasukkan ketiga aspek tersebut kedalam rancangan dengan

pendekatan Arsitektur Organik keharmonisan lingkungan hidup. Dari tema tersebut

diharapkan ketiga aspek tersebut dapat di integrasi dengan rancangan kasus proyek.

Kata Kunci : tepian sungai, urban, preservasi, organik

River is water flow that included in part of the hydrological cycle. Generally, the

river formed naturally, but there are also man-made river that is designed to

facilitate and improve the quality of life. A river can usually be the image of an area

or city. Riverfront is an area that has the potential to be used as a semi-public space

and public in order of the city. In the case, the river used as a reference in project

designing. Project site located on Guru Patimpus Street and directly adjacent to

the River Deli. Project case with the main theme of Riverfront, followed by the

sub-theme of Urban Lifestyle, added individual sub-theme "Integrated within Complexity".

Starting from the inspiration gained from the environment around the site, the

designer found that there are three important aspects: River Deli as Riverfront,

Podomoro City as an Urban Commercial, and Office Deli Maskapai as

Preservation. The designer intends to corporate these three aspects into the design

with the Organic Architecture approach to environmental harmony. The theme

hoped that three aspect can be integrated with the project case building.

Keywords : riverside, urban, preservation, organic architecture

(13)

PROLOGUE

A RIVER RUNS THROUGH IT

“Time is like a river. You cannot touch the same water twice because the flow that

has passed will never pass again”.

Sungai adalah aliran air yang mengalir dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai juga merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Pemanfaatan terbesar sebuah sungai dapat dijadikan untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi untuk dijadikan objek wisata tepian sungai. Biasanya sungai terbentuk secara alamiah, namun terdapat juga sungai buatan yang sengaja dibuat oleh manusia guna mempermudah dan mengingkatkan tingkat kualitas hidup. Kawasan muka sungai (Riverfront) merupakan kawasan tepian sungai yang sangat berpotensi untuk dijadikan ruang publik maupun semi-publik dalam suatu tatanan kota. Tentunya daerah ini akan dapat menjadi suatu cerminan karakter maupun suatu icon bagi kota tersebut.

(14)

belakang rumah yang akhirnya menjadi tujuan akhir pembuangan berbagai limbah keseharian. Lebih ironisnya lagi, kasus ini turut menjamah lembaga formal maupun informal, bahkan fungsi bangunan pemerintah yang seharusnya menjadi teladan. Mengangkat tema Urban Lifestyle yang merupakan tema kajian kelompok kami, diharapkan dapat menjadikan proyek ini sebagai proyek yang berkarakter serta menempatkan fungsi-fungsi komersial yang tepat untuk tapak tersebut.

Diturunkan dari tema besar “A River runs through it”, maka tema yang saya ambil adalah “Integrated within Complexity”. Adapun pengertian Integrated menurut Thesaurus adalah “combining or coordinating separate elements so as to provide a harmonious” dan Complexity yakni“the state or quality of being complex”. Jadi Integrated with complexity merupakan penyelarasan beberapa elemen secara harmoni dalam suatu kompleksitas, yang dalam hal ini merupakan kompleksitas urban lifestyle itu sendiri. Tema ini muncul dari potensi kawasan itu sendiri. Mengingat tapak berbatasan dengan Sungai Deli (Riverfront), Podomoro City (Urban Comercial), dan kantor Deli Maskapai (Preservation). Ketiga aspek tersebut secara langsung mengarahkan kepada suatu penyelesaian. Dimana selain aspek riverfront, aspek urban, kita juga harus melihat balik akan identitas kawasan tersebut terdahulunya yang merupakan kawasan awal mula kota Medan, mengingat banyaknya bangunan kolonial pada koridor kawasan. Oleh karena itu, tema ini diharapkan menjadi dasar acuan pengembangan konsep rancangan arsitektural kasus proyek kawasan tepi Sungai Deli. Dengan menghubungkan aspek sungai yang merupakan aspek alam, urban yang merupakan aspek masa kini, dan preservasi yang merupakan aspek masa lalu. Tentunya diharapkan kawasan tepian sungai ini akan dapat menjadi suatu ruang yang memiliki daya tarik tersendiri untuk kota Medan.

(15)

subjek pengguna dan alam sebagai wadah ruang terhadap suatu bangunan. Mengacu pada hal tersebut, Arsitektur Organik menjadi bagian dari tema yang nantinya akan berperan dalam penerapannya. Bukan berarti arsitektur organik akan meninggalkan konteks wilayah tersebut, melainkan penyelesaian akan permasalahan kompleksitas tersebut akan lebih diselesaikan mengacu pada sinergi dengan alam dan mengacu pada jaman sekarang, kebutuhkan akan jaman sekarang, serta tanpa menginggalkan jadi diri kawasan tersebut. Tentunya diharapkan akan dapat menghasilkan keharmonisan antara manusia, bangunan, dan alam. Arsitektur Organik merupakan Arsitektur yang timbul dari aspek “Form follow

Function” yang di kemukakan oleh Frank Llyord Wright. Dapat dilihat dari konsep ide

(16)

ABSTRAK

Sungai adalah aliran air yang termasuk kedalam bagian siklus hidrologi. Umumnya

sungai terbentuk secara alami, namun terdapat juga sungai buatan manusia yang

dibuat untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas hidup. Sebuah sungai

biasanya dapat menjadi citra dari suatu daerah maupun kota. Kawasan tepian

sungai merupakan kawasan yang berpotensi untuk dijadikan ruang publik maupun

semi-publik dalam suatu tatanan kota. Dalam kasus perancangan ini, sungai

dijadikan sebagai acuan dalam merancang. Tapak rancangan berada pada Jalan

Guru Patimpus dan berbatasan langsung dengan Sungai Deli. Kasus proyek dengan

tema utama arsitektur tepian sungai, dilanjutkan dengan tema gaya hidup urban,

ditambahkan tema individu “

Integrated within Complexity

”. Bermula dari inspirasi

yang didapat dari lingkungan disekitar tapak, perancang menemukan adanya tiga

aspek penting yakni: Sungai Deli sebagai tepian sungai, Podomoro City sebagai

urban komersial, dan Kantor Deli Maskapai sebagai preservasi. Perancang

bermaksud memasukkan ketiga aspek tersebut kedalam rancangan dengan

pendekatan Arsitektur Organik keharmonisan lingkungan hidup. Dari tema tersebut

diharapkan ketiga aspek tersebut dapat di integrasi dengan rancangan kasus proyek.

Kata Kunci : tepian sungai, urban, preservasi, organik

River is water flow that included in part of the hydrological cycle. Generally, the

river formed naturally, but there are also man-made river that is designed to

facilitate and improve the quality of life. A river can usually be the image of an area

or city. Riverfront is an area that has the potential to be used as a semi-public space

and public in order of the city. In the case, the river used as a reference in project

designing. Project site located on Guru Patimpus Street and directly adjacent to

the River Deli. Project case with the main theme of Riverfront, followed by the

sub-theme of Urban Lifestyle, added individual sub-theme "Integrated within Complexity".

Starting from the inspiration gained from the environment around the site, the

designer found that there are three important aspects: River Deli as Riverfront,

Podomoro City as an Urban Commercial, and Office Deli Maskapai as

Preservation. The designer intends to corporate these three aspects into the design

with the Organic Architecture approach to environmental harmony. The theme

hoped that three aspect can be integrated with the project case building.

Keywords : riverside, urban, preservation, organic architecture

(17)

BAB I

IT ALL GET STARTED..

1.1 The Beginning

Dewasa ini, seiring berkembangnya peradaban dan teknologi manusia, kawasan sungai dalam perkotaan menjadi suatu ikon yang kurang baik dalam konteks Nusantara. Kota-kota besar di Indonesia tidak terlepas dari permasalahan kawasan sungai. Kota kita sendiri, Medan tidaklah luput dari kata kumuh, tidak tertata, terlantar jika arah pembicaraan dibawa ke problema sungai. Sungai Deli yang merupakan sungai induk yang melintas di sepanjang kota Medan juga menjadi bagian dari permasalahan tersebut. Mengingat semestinya kawasan tepian sungai harus terbebas dari unsur-unsur fisik yang lebih parah lagi biasanya hanya instansi-instansi illegal yang melakukan pelanggaran, namun saat ini kerap kali dijumpai bangunan-bangunan pemerintah yang seharusnya menjadi suatu acuan pedoman juga berbaris pada kawasan tepian sungai. Terlebih lagi banyak kasus yang kita jumpai, sungai dijadikan bagian dari belakang rumah tinggal yang akhirnya menjadi tujuan pembuangan limbah keseharian. Tentunya hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat dan ketidak tahuan mereka tentang buruknya hal tersebut. Bukan hanya mencemari sungai, namun juga akan berdampak bagi kesehatan para penghuni tepian sungai tersebut. Tingkat polusi sungai dikota Medan belumnya cukup tinggi, apabila kita bandingkan dengan Ibukota yang permasalahan tepian sungainya lebih rumit. Dari permasalahan sampah sungai hingga hunian kumuh di sepanjang aliran sungai.

(18)

Medan bekerja sama dengan organisasi swasta yang dianggap mampu menghadapi dan menyelesaikan permasalahan tersebut, yakni PT Twin Rivers Development. Pemko Medan dan pihak PT Twin Rivers Development menunjuk Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara untuk membuat beberapa usulan rancangan pada beberapa kawasan tepian Sungai Deli. Berdasarkan pada tunjangan tersebut, maka Departemen Arsitektur USU membentuk beberapa team perancangan yang dinamakan Studio PA6 Design Group. Grup ini terdiri dari beberapa dosen dan kelompok kerja yang mewakili setiap kasus kawasan tepian Sungai Deli. Terdapat 5 jenis kasus yang harus di cari permasalahan serta solusi permasalahannya. Kebetulan dalam kesempatan ini, saya mendapat kasus proyek A. Adapun kasus tersebut merupakan kasus perancangan akan sub-tema Urban Lifestyle yang ber tempat pada Jalan Guru Patimpus, Kelurahan Kesawan Utara, Kecamatan Medan Barat, Medan. Lahan tapak tersebut sekaligus berbatasan dan merupakan bagian dari lahan Podomoro City Medan yang sekarang dalam proses pengerjaan.

(19)

sehingga tidak dapat melakukan survei tapak. Terlepas dari permasalahan tersebut, kemudian saya melalukan survei kawasan disekitar site guna mendapatkan data-data, yakni data sungai, data jalan raya dan sirkulasi kenderaan, sirkulasi manusia, intensitas kenderaan, data dan kondisi bangunan sekitar, serta kondisi ekonomi dan data aktivitas masyarakat sekitar.

Awalnya saya menelusuri zona koridor Jalan Guru Patimpus hingga Jalan Balai Kota. Mengingat akan perihal surat survei yang disampaikan sebelumnya, maka saya hanya dapat melakukan tanya jawab dengan pihak Marketing Podomoro. Pertanyaan-pertanyaan berupa jenis proyek, sistem proyek, serta harga unit satuan pun menjadi pertanyaan mendasar yang diajukan. Oleh karena demikian, pihak Marketing memberikan brosur serta Master Plan Podomoro City.

(20)

Penyelesaian akan kendala surat survei pun diteruskan dengan memohon pengeluaran surat dari Departemen Arsitektur. Adapun potensi dari kawasan tapak proyek setelah saya melakukan survei adalah sebagai kawasan komersil, seperti layaknya yang tertulis pada Kerangka Acuan Kerja. Hal ini dikarenakan tapak berada pada jalan primer yang banyak terdapat perkantoran, hotel, serta bangunan dengan fungsi komersil lainnya. Tetapi, tentunya hasil yang diharapkan tidaklah selalu mulus sesuai dengan yang diharapkan. Pada waktu survei cukup banyak kekurangan maupun permasalahan yang dijumpai pada kawasan tapak. Kurangnya kepedulian dan kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya hidup bersih mengakibatkan banyak dijumpai sampah di sepanjang koridor, hal ini juga mungkin dikarenakan kurang tersediany tong sampah. Bukan hanya itu, signage yang kurang tertata serta fasilitas publik yang kurang memadai juga menjadi permasalahan. Penelurusan pada tepian sungai lebih buruk lagi. Saya menjumpai adanya perumahan kumuh diseberang sungai yang berbatasan langsung dengan tapak. Penghuni kawasan kumuh tersebut memanfaatkan Sungai Deli sebagai kebutuhan keseharian mereka, seperti untuk mandi, kegiatan rumah tangga, mencuci baju, bahkan membuang kotoran. Hal ini tentunya harus dicari solusi permasalahannya mengingat kegiatan mereka dapat mencemari sungai dan juga akan dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka.

(21)

praktisi Arsitek Konsultan mengarahkan pemecahan masalah dalam segi fungsional, komersial, konservasi, urban lifestyle, ruang kota, dan kualitas lingkungan hidup. Menyadari hal tersebut maka saya kembali melalukan survei.

Pada tahap selanjutnya, dosen akademik memberi penekanan akan intergasi antara 3 aspek, yakni: Riverfront, Urban Comercial (Podomoro City Medan), Preservation (Bangunan Deli Maskapai), serta penentuan akan 7 jenis bangunan yang menjadi pilihan dalam jenis proyek. Adapun 7(tujuh) jenis bangunan tersebut yaitu: Hotel bintang 4, Hotel bintang 5, Kondominium, Apartemen, Kantor, Mall, dan Theme Park[1]. Survei kembali saya lakukan, namun masih dijumpai permasalahan akan surat survei. Oleh karena demikian, maka saya menggunakan penambahan data sekunder dah foto survei untuk melengkapi data-data yang belum lengkap.

[1]Biasa juga dikenal dengan nama Amusement Park. Merupakan komunitas/gabungan dari atraksi hiburan,

(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

1.2 Step by step

(27)

.Setelah kegiatan survai, tahapan selanjutnya adalah dengan melakukan pendataan tapak kawasan yang menjadi proyek pada kasus perancangan. Mengingatkan kembali bahwa tapak kawasan terletak di inti kota Medan, tepatnya pada jalan Guru Patimpus, kecamatan Medan Barat, Medan, Sumatera Utara.

Gambar 1.6

Analisa Lingkungan

(28)

minimum 23º C dan maksimum 33,1º C; memiliki kelembaban udara 78%-82%; dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) 60% dan KLB (Koefisien Lantai Bangunan) 4-32 lantai.

Gambar 1.7

Analisa Matahari & Curah Hujan

Terlepas dari hanya mengumpulkan data dan fakta dalam kegiatan survei, metoda lain yang saya lakukan adalah analisa. Metoda tersebutlah yang membedakan pembelajaran mahasiswa Arsitektur dengan mahasiswa jurusan lainnya. Dalam kesempatan ini pihak stakeholder memberikan saya arahan untuk mengerjakan tahapan metoda analisa secara individu. Karena demikian, maka saya melakukan survei akan analisa Tata Guna Lahan. Hasil yang didapatkan pun dari studi lapangan langsung serta penambahan data sekunder.

(29)
(30)
[image:30.595.110.520.93.405.2]

Gambar 1.8

Analisa Ukuran & Garis Sempadan

(31)
[image:31.595.110.519.94.410.2]

Gambar 1.9

Analisa Drainase & Pepohonan

(32)
[image:32.595.110.517.136.446.2]

pentingnya ruang terbuka hijau dimasa sekarang seiring terus meningkatnya pemanasan global.

Gambar 1.10

Analisa Keistimewaan Buatan & Sirkulasi Pejalan Kaki

(33)
[image:33.595.112.519.146.458.2]

akan dapat meningkatkan intensitas kenderaan yang semulanya telah padat. Tentunya hal ini akan berdampak bagi keseluruhan bagian koridor kawasan.

Gambar 1.11

Analisa Sirkulasi Kenderaan & Pemandangan dari Tapak

(34)
[image:34.595.111.518.93.407.2]

Gambar 1.12

Analisa Kebisingan & Manusia Budaya

(35)
[image:35.595.150.479.84.300.2]

A

B

Gambar 1.13

Gambar Kondisi Pedestrian

Sumber: dokumentasi pribadi

(36)

BAB II

UNDERSTANDING THE WHOLE ASPECT

Setelah tahapan analisa, pengumpulan data dan fakta dalam deretan proses perancangan, tahapan selanjutnya adalah penerapan tema dan konsep. Pada tahapan tersebut haruslah diperhatikan bahwa tema yang di tetapkan atau dipilih haruslah sesuai dengan konteks dan keadaan tapak sekitarnya. Pada kesempatan ini, saya sebagai salah satu anggota studio PA6 Design Group mendapat 2 jenis tema dalam kasus proyek yang bersangkutan, dimana tema utama proyek adalah Riverfront dengan sub-tema Urban Lifestyle. Selain 2 tema diatas, akan ada sebuah tema individu lagi yang disisipkan untuk keseluruhan proses perancangan proyek, yang kemudian semuanya akan diterapkan dalam rancangan bangunan dan tapak proyek.

Riverfront sebagai tema utama menyangkut bagaimana sungai sebagai aspek utama yang terhubung dengan tapak proyek, sehingga akan dapat menghasilkan suatu rancangan yang sinergi antara bangunan, lansekap, serta semua aspek yang menyangkut tapak hingga kawasan tapak dengan sungai. Tema induk Riverfront menjadi arah acuan ide dan konsep dalam keseluruhan proses perancangan, sehingga kajian yang muncul juga berhubungan dengan sungai pada akhirnya. Tepat bersebelahan dengan tapak proyek sebagai kajian Riverfront adalah Sungai Deli, yang merupakan salah satu dari sungai yang membelah kota Medan. Sejarahnya, Sungai Deli dahulu nya merupakan jalur utama perdagangan yang digunakan oleh pendatang Belanda maupun penduduk lokal. Dari jalur tersebutlah kota Medan sedikit demi sedikit mulai berkembang. Namun sejarah tetaplah sejarah, meskipun dulunya Sungai Deli sedemikian berdampak, dewasa ini Sungai ini tidaklah terlepas dari permasalahan umum dalam konteks perkotaan. Sungai deli kerap

(37)

kurang memperhatikan lingkungan. Mereka kurang memahami akan pentingnya sungai sebagai edge[2] dalam kota. Karena kurangnya pemahaman tersebut, maka Sungai Deli kerap dijadikan sebagai bagian belakang dari bangunan (rumah tinggal) yang pada akhirnya menjadi sasaran pembuangan akhir limbah-limbah keseharian. Padahal jika dikaji lebih mendalam, Sungai Deli memiliki potensi yang besar sebagai area rekreasi dan area sabuk hijau yang akan sangat berpengaruh bagi kota Medan dan penduduk kota Medan khususnya. Apalagi letak tapak berada pada area komersial.

Terlebih lagi sub-tema Urbanlifestyle memiliki hubungan yang sangat erat dengan kawasan, mengingat koridor kawasan merupakan koridor komersial. Tema Urbanlifestyle diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan manusia sekarang akan tren gaya hidup masa sekarang. Tentunya akan sangat menarik jika kebutuhan rekreasi di tambah dengan kebutuhan akan masa kini di realisasikan dalam tapak koridor. Kasus proyek yang saya ambil adalah proyek bangunan Hotel dan Mall.

Hotel, berasal dari kata hostelyang memiliki makna seperti “tempat penampungan

untuk pendatang”. Ada beberapa jenis hotel, namun Hotel bisnis merupakan jenis hotel

yang saya pilih. Dikutip dari pernyataan Hughes dan Kapoor : Bussiness is the organized effort of individuals to produce and sell for a profit, the goods and services that

satisfysocietys needs. The general term business refers to all such efforts within a society

or within an industry. Maksudnya ialah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

[2 ] Merupakan batas, dapat berupa suatu desain, jalan, sungai, gunung. Edge memiliki identitas yang kuat karena tampak

(38)

Menurut kamus umum : bisnis adalah secara dagang, secara perdagangan, usaha dagang, bidang usaha. (Kamus Umum, Brata Atmajaya,h . 1994). Secara umum bisnis berarti komersial, perdagangan atau kegiatan keuangan yang mempergunakan waktu, perhatian tenaga kerja, dan penanaman modal demi perbaikan/kemajuan. (Encyclopedia America, 1982)

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hotel bisnis adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, sarana, fasilitas pelengkap lainnya serta jasa bagi umum yang dapat mendukung dan memperlancar kegiatan bisnis para tamu (seperti meeting room, bussines centre, exhibition room dan sebagainya), yang dikelola secara komersil serta memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

(39)

pengunjung hotel juga merupakan pengunjung yang cukup sibuk dan harus dimanjakan, fungsi lain ke-2 (mix used) yang saya pilih adalah Mall.

Fungsi mix-used ini tentunya diharapkan akan dapat menjadi area rekreasi bagi pengunjung hotel yang cukup padat jadwal waktunya. Selain itu, tentunya Mall ini akan menjadi area perbelanjaan bagi kawasan secara khususnya dan bagi kota Medan secara umumnya. Mall ini diharapkan akan dapat menjadi pilihan rekreasi bagi mereka yang membutuhkan, seperti bagi para karyawan perkantoran disepanjang koridor yang lelah maupun stress dengan pekerjaan. Target lain nya adalah penumpang kereta api yang kadang harus menunggu kereta. Ditambah lagi tapak berbatasan dengan perumahan dan sarana pendidikan. Tentunya hal tersebut akan menambah jumlah pengunjung, seperti ketika jam istirahat maupun makan siang, serta jam pulang kantor/sekolah. Sarana seperti supermarket yang menyediakan kebutuhan keseharian dapat di tambah, mengingat adanya perumahan disekitar tapak.

(40)
[image:40.595.102.520.191.466.2]

beberapa tahun terakhir ini dijual pada investor swasta. Untuk mengintegrasikan aspek-aspek diatas adapun pendekatan arsitektur yang saya ambil adalah Arsitektur Organik, dengan pendekatan lingkungan hidup.

Gambar 2.1

Diagram Hubungan Tema dan Proyek

(41)

dan merefleksikan kepedulian arsitek terhadap proses dan bentuk alam yang diproduksinya. Dalam tahap ini, saya cenderung mengarah pada pengertian yang kedua.

Menurut Ganguly (2008) dalam artikelnya What is Organic in Architecture, mendefinisikan Arsitektur Organik sebagai hasil dari perasaan akan kehidupan, seperti integritas, kebebasan, persaudaraan, harmoni, keindahan, kegembiraan dan cinta. Arsitektur Organik merupakan sebuah filosofi arsitektur yang menjunjung harmoni antara lingkungan hidup manusia dan dunia alam melalui pendekatan desain, terintegrasi baik dengan tapak dan menghasilkan sebuah kesatuan, komposisi yang saling berkaitan, meliputi bangunan-bangunan dan lingkungan disekitarnya. Adapun pelopor-pelopor Arsitektur Organik antara lain Frank Lloyd Wright, Antoni Gaudi dan Rudolf Steiner, yang masing menggambarkan inspirasi prinsip organik dengan cara mereka masing-masing. Dalam Arsitektur Organik, arsitektur bukan hanya sebagai ekspresi sosial dan budaya, melainkan juga sebagai sesuatu yang mempengaruhi kehidupan manusia. Penerjemahan bentuk organik dipengaruhi oleh banyak hal selain dari segi fungsi (kebutuhan ruang). Akan ada penerjemahan berbeda apabila arsitektur dilihat dari konsep alam. Khususnya dalam ruang, yakni ruang bukanlah lagi sebagai susunan grid dengan garis dan sudut tegak lurus, melainkan suatu bentuk yang sangat kompleks. Bentuk organik dapat didapat dari analogi dan metafora pada bentuk-bentuk alam. Adapun ciri Arsitektur Organik pada umumnya : terinspirasi dari alam, terdapat unsur pengulangan, elastis mengikuti aliran, unik, mengekspresikan konsep ide secara kuat.

Salah satu contoh karya Arsitektur Organik adalah House of Falling Water[3] oleh Frank Lloyd Wright. Beliau menjadikan aliran air dibawah bangunan sebagai bagian aspek

(42)

dari bangunan. House of Falling Water pun di desain secara menyeluruh mengikuti alam, maka wajar saja apabila dijumpai bebatuan didalam rumah tersebut. Hal ini dikarenakan bangunan tersebut benar-benar di desain “mengikuti” alam disekitarnya. Selain contoh diatas, Santiago Calatrava yang merupakan salah satu arsitek yang terkenal dengan teknologi strukturnya juga menghasilkan karya mengenai organik, yakni Turning Torso Tower[4].Beliau mengambil pendekatan bentuk tubuh manusia, dimana bangunan di desain menyerupai pergerakan tubuh manusia yaitu dapat berelok. Dari hal tersebut, penerapan organik yang saya terapkan adalah bahwa bangunan yang saya rancang akan mengintegrasikan keseluruhan aspek dalam tapak, baik hubungan manusia, bangunan, lingkungan maupun ruang dalam skala mikro.

Gambar 2.2

House of Falling Water

Sumber: www.fallingwater.org

sebagiannya di atas sebuah air terjun yang terletak di Bear Run, cabang sungai Youghiogheny di daratan tinggi Laurel, pegunungan Allegheny.

[4] merupakan sebuah pencakar langit di Malmö, Swedia, terletak di selat Öresund. Menara ini dirancang oleh arsitek

(43)
[image:43.595.190.406.84.373.2]
(44)

BAB III

CONNECTED EACH OTHER

Penerapan tema adalah salah satu dari beberapa rangkaian dalam tahapan proses perancangan yang dilakukan setelah proses penentuan tema. Seperti yang telah saya jabarkan pada draf skripsi sebelumnya, telah dibahas mengenai tema yang dipilih dan juga pendekatan teori arsitektur yang berhubungan dengan tema “Integrated within

Complexity”. Penerapan tema pada bangunan bukan hanya mencakup bentukan fisik

bangunan, mengingat bahwa pendekatan teori yang saya gunakan adalah arsitektur organik maka penerapan tema tersebut juga digambarkan kepada manusia dan lingkungan yang bersangkutan. Manusia, lingkungan, dan bangunan merupakan bagian penting dalam kajian ilmu arsitektur, juga merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam merancang. Suatu karya arsitektur akan dianggap berhasil apabila menjawab ketiga aspek tersebut. Suatu bangunan dapat dinilai baik atau tidaknya apabila bangunan tersebut telah difungsikan. Penerapan tema yang berhubungan dengan tiga aspek tersebut dapat digambarkan dalam bentuk konsep rancangan. Keseluruhan konsep dalam rancangan dapat berupa; konsep rancangan tapak, konsep ruang terbuka hijau, konsep sirkulasi manusia, konsep sirkulasi kenderaan, konsep faktor keamanan dan keselamatan, konsep kulit/selubung bangunan, konsep rencana ruang dalam, konsep struktur, konsep mekanikal elektrikal, konsep pemasokan energi, dan konsep aspek berkelanjutan.

(45)
[image:45.595.173.451.81.335.2]

Gambar 3.1

Sketsa Konsep Awal

sirkulasi manusia dan tata hijau saya menggunakan konsep penyelesaian Esplanade5.

Penggambaran esplanade tersebut menggunakan kajian arsitektur organik, yaitu berupa arus hubungan antara manusia dan alam (lingkungan) disertai bangunan pada daerah tepian Sungai Deli. Konsep tersebut lahir dari pendekatan akan harmonisasi (integrasi) lingkungan hidup yang merupakan pendekatan yang jarang dijumpai pada kawasan. Penerapan integrasi tersebut diterapkan pada esplanade disepanjang tepian sungai. Esplanade tersebut merupakan bagian dari arus integrasi yang menghubungkan antara lingkungan yang dalam hal ini Riverfront dan bangunan. Mengingat bahwa pendekatan integrasi yang saya ambil adalah tiga aspek, yakni Riverfront, Urban Comercial, dan Preservation, maka pada jalur tersebut akan dijumpai taman dengan bentukan dasar

(46)
[image:46.595.108.519.283.591.2]

segitiga (tiga aspek diatas). Untuk menambah generator aktivitas pada daerah esplanade saya memasukkan fungsi Amphitheater6. Perbedaan material menandai perbedaan antara ruang hijau dan ruang esplanade. Pada jalur esplanade material berupa batu alam dan paving blok diharapkan dapat menjadi penyelesaian desain, karena paving blok masih dapat menjadi daerah resapan. Sedangkan pada area hijau berupa segitiga tersebut akan menjadi taman dari keseluruhan esplanade yang telah cukup besar, sehingga manusia akan dapat berteduh dan beristirahat dibawah teduhan pepohonan.

Gambar 3.2

Konsep Rancangan Tapak

Bagian yang menghubungkan antara jalur sirkulasi manusia dengan areal tata hijau adalah jalan setapak, yang juga merupakan akses antara sirkulasi manusia dan area hijau.

(47)
(48)
[image:48.595.110.518.91.402.2]

Gambar 3.3

Konsep Ruang terbuka, Tata Hijau & Manifestasi Sosial

(49)

yang cukup privat maka saya menempatkan drop off hotel sedikit lebih jauh dari Jalan Guru Patimpus. Jalur pencapaian kenderaan sengaja dibuat lebih panjang dikarenakan untuk fungsi hotel bisnis mencakup adanya Ballroom. Mengingat bahwa Ballroom menampung intensitas manusia yang cukup besar, maka jalur pencapaian tersebut diharapkan dapat cukup menampung kenderaan yang menuju area drop off. Untuk jalur penembusan keluar tapak, fungsi hotel menawarkan dua akses, yakni penembusan ke Jalan Guru Patimpus, dan penembusan ke Jalan Tembakau Deli. Akses tersebut menggambarkan pemenuhan akan integrasi lingkungan hidup

Gambar 3.4

Konsep Aksebilitas Manusia & Kenderaan

(50)
(51)
(52)

BAB IV

HUMAN

Pembahasan sebelumnya mengenai 3 (tiga) aspek penting dalam suatu rancangan, yaitu manusia, lingkungan, dan bangunan, yang mana penerapannya harus di perhatikan baik terhadap tapak rancangan maupun bangunan rancangan itu sendiri. Ketiga aspek tersebut tidak dapat dipungkiri lagi sebagai aspek utama dalam proses perancangan. Menurut Vitruvius bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas). Karya arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Oleh karena demikian, ada banyak hal yang juga harus diperhatikan dalam keseluruhan proses perancangan seperti: aspek kekuatan/struktur pada bangunan, aspek zoning kegiatan (privasi atau publik), aspek keselamatan, aspek keamanan, dan sebagainya. Penerapan akan konsep yang disebutkan diatas juga merupakan bagian dari keseluruhan konsep yang akan diterapkan dalam rancangan bangunan. Pada pembahasan sebelumnya, saya telah membahas mengenai penerapan tema dan konsep rancangan, kali ini saya akan membahas lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai konsep yang dijabarkan diatas.

(53)

merupakan fungsi campuran dan memungkinkan merupakan bangunan high rise[7]). Podium didominasi oleh fungsi mall yang terkoneksi dengan fungsi hotel. Hal ini dikarenakan jumlah luasan fungsi hotel yang tidak memungkinkan apabila hanya diselesaikan pada bagian tower bangunan. Fungsi hotel pada podium ditargetkan untuk keperluan akan fasilitas penunjang pada hotel itu sendiri. Tentunya akan ada penghubung sekaligus pemisahan antara kedua fungsi tersebut.

Gambar 4.1

Konsep Zona Bangunan

Konsep keamanan dan keselamatan pada bangunan tinggi (high rise) merupakan sesuatu yang menjadi prioritas tinggi. Tentunya pada bangunan tinggi akan ada

[7] istilah untuk menyebut suatu bangunan yang memiliki ketinggian tertentu. Penambahan ketinggian bangunan dilakukan

(54)

penanggulangan maupun antisipasi apabila terjadi bencana yang membahayakan, seperti kebakaran, gempa bumi, dan sebagainya. Untuk penanggulangan akan kebakaran, biasanya akan ada hydran maupun sprinkler sebagai alat pemadaman api. Akan tetapi, selain hanya untuk memadamkan api, aspek keselamatan manusia didalamnya juga harus diperhatikan. Ketersediaan akan tangga kebakaran merupakan suatu hal yang sudah semestinya, dengan jarak ketersediaan antara 1(satu) tangga ke tangga yang lain minimal 25 meter. Tentunya tangga kebakaran tersebut akan tahan terhadap api sesuai dengan asumsi lamanya evakuasi. Disamping itu, tangga kebakaran harus bebas dari asap kebakaran guna mempertimbangkan keselamatan pengguna ketika kebakaran terjadi, ketersediaan akan pressure fan menjadi suatu prioritas. Dikarenakan tangga kebakaran harus tahan api, maka kebanyakan kasus yang dijumpai tangga kebakaran biasanya menggunakan material yang memiliki titik leleh tinggi, seperti beton.

Konsep lainnya yakni konsep rancangan ruang dalam bangunan, merupakan hal utama yang perlu diperhatikan untuk menciptakan fungsionalitas suatu ruangan. Sebagai bangunan tinggi dengan fungsi mall dan hotel (dalam hal ini hotel bisnis) konsep ruang dalam antara kedua fungsi tentunya sangat berbeda dan harus benar-benar diperhatikan. Hotel sebagai fungsi penginapan, tempat manusia beristirahat dan menikmati waktu senggangnya tentunya akan sangat memerlukan privasi yang tinggi jika dibandingkan dengan fungsi mall yang lazimnya merupakan area publik dengan tingkat kepadatan cukup tinggi. Karena hal tersebut maka pemisahan akan fungsi hotel dan mall harus sangat diperhatikan sehingga penghuni hotel akan merasa nyaman dan tidak terganggu walaupun dengan fungsi mall dalam 1(satu) bangunan.

(55)

penambahan fasilitas akan fungsi hotel pada sebahagian daerah. Fungsi hotel pada podium berupa penempatan fungsi fasilitas yang biasanya terdapat dalam hotel. Mengingat bahwa dalam kasus perancangan kali ini, hotel merupakan hotel dengan standar bintang 5 yang umumnya memiliki fasilitas ballroom, kolam renang, restoran, meeting room, pool table/karaoke area, gym center, sauna & spa, dan sebagainya. Pada bagian fasilitas tersebut biasanya juga dijumpai dan dinikmati oleh sebagian publik maupun penghuni hotel sendiri. Pada bagian tersebut dapat dirancang menjadi daerah transisi dan terkoneksi antara fungsi hotel dan mall itu sendiri.

(56)
(57)

BAB V

THE FLOW

Setelah serangkaian tahapan dalam proses desain, sampailah saya kepada tahapan perancangan skematik. Dalam tahapan ini, pendekatan akan sketsa akan sangat berguna demi kelangsungan kedepan proses perancangan. Sketsa berupa rancangan site, massa bangunan, tampak maupun potongan bangunan tidaklah terpisahkan. Tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting mengingat dalam tahap ini konsep-konsep yang sebelumnya direncanakan akan dimasukkan kedalam desain dan apakah konsep yang sebelumnya dapat diterapkan atau tidak. Dalam tahapan ini juga batasan dalam mendesain akan dijumpai, namun pencapaian akan desain akan menjadi lebih teliti dan terarah dibandingkan dengan tahapan konsep yang hanya sebatas pemikiran ide maupun gagasan yang ingin diterapkan dalam suatu desain. Dalam tahapan rancangan skematik umumnya rancangan yang dihasilkan masih belum tepat dan terukur, tetapi dalam prosesnya telah menggunakan pendekatan skala yang menggambarkan layout dari tapak.

(58)

Gambar 5.1

Sketsa Rancangan Awal

Setelah penetapan akan batasan peraturan pemerintah selanjutnya maka tahapan selanjutnya yang saya lakukan adalah penetapan akan bentukan massa awal yang akan menjadi bangunan utama dalam kasus proyek kali ini. Bentukan massa mengikuti konsep sebelumnya yang berupa pendekatan akan bentuk segitiga. Namun dalam kasus ini bentukan tapak ternyata berupa persegi panjang., maka bentukan massa awal segitiga harus disesuaikan kembali. Penempatan massa sebisa mungkin ditempatkan mendekati jalan

sehingga pencapaian akan manusia akan lebih terasa “manusiawi”. Selanjutnya saya

(59)

pengunjung yang tinggi. Oleh karena itu, saya menempatkan zona mall dibagian depan massa bangunan yang mengarah ke jalan utama yaitu Guru Patimpus. Selain karena hal diatas, penempatan zona mall didepan juga dimaksudkan untuk memudahkan pencapaian akan pengunjung yang berjalan kaki untuk mencapai mall. Untuk zona hotel saya tempatkan dibagian samping dan belakang bangunan karena fungsi hotel lebih privat. Oleh karena itu, pencapaian ke hotel akan lebih jauh dibandingkan ke mall.

(60)

Mengacu terhadap zona tersebut maka penetapan entrance tentu tidak jauh dari acuan tersebut. Untuk keseluruhan bangunan serta beberapa bagian tapak, akan ada kenaikan level ground sebesar 3m dari ketinggian jalan raya. Hal ini dimaksudkan mengingat lahan pada kota yang sangat mahal serta lantai setinggi 3m tersebut akan dapat dimanfaatkan sebagai fungsi retail kelaknya. Entrance mall ditempatkan didepan bangunan berdekatan dengan jalan utama. Untuk sequence8 pejalan kaki, akan terdapat 2 akses pencapaian ke mall. Pejalan kaki akan dapat melewati esplanade yang berada ditepian sungai diiringi amphitheater dan taman yang langsung mengarah pada side entrance mall. Pejalan kaki juga dapat melewati jalur disamping jalur pencapian kenderaan yang mana terdapat outdoor food court yang kemudian berakhir pada drop off main entrance mall. Dalam penempatan tersebut haruslah diperhatikan perlunya suatu aspek “generator”. Misalnya penempatan taman dan amphitheater dalam jalur menuju mall merupakan suatu generator aktivitas dalam keseluruhan tahapan pencapaian bangunan. Begitu juga dengan adanya outdoor food court dimaksudkan untuk menambah generator aktivitas dalam jalur pencapaian tersebut. Untuk entrance hotel terdapat disamping bangunan menghadap ke Podomoro City, dengan entrance Ballroom disampingnya. Untuk pencapaian pejalan kaki ke hotel (walaupun jarang) saya membuka jalur belakang melalui bangunan Deli Maskapai. Tentunya dalam hotel itu sendiri akan terdapat akses langsung ke mall dengan sistem satu(1) arah, yaitu pengunjung mall akan dibatasi memasuki zona hotel, tetapi tidak demikian dengan penghuni hotel yang dapat mengakses mall dengan cukup bebas. Dari

[8] urut-urutan/ sequence adalah suatu peralihan atau perubahan pengalaman dalam pengamatan terhadap

(61)
[image:61.595.162.462.147.540.2]

keseluruhan diatas pendekatan akan tema Integrated within Complexity dapat terlihat. Integrasi antara Deli Maskapai, Podomoro City, dan Sungai Deli.

Gambar 5.3

Sketsa Rancangan Ruang Dalam 2

(62)

Riverfront, Urban Comersial, dan Preservation. Taman tersebut tentunya selain sebagai nilai tambah kepada lingkungan juga sebagai tempat teduh bagi pengguna esplanade. Dalam keseluruhan deretan esplanade akan terdapat amphitheater yang menjorok kesungai untuk kegiatan pertunjukan. Sebagai tambahan akan terdapat jembatan untuk pejalan kaki pada bagian samping belakang tapak yang menghubungkan tapak menuju Jalan Sungai Deli. Penambahan jembatan ini tentunya dimaksudkan untuk memudahkan pencapaian pada tapak mengingat pada Jalan Sungai Deli terdapat beberapa lembaga pendidikan yang secara tidak langsung dapat menambah jumlah pengunjung terutama pada fungsi mall bangunan.

(63)

secara tidak langsung “menjual” tiap lantai bangunan pada mall. Pada lantai ini juga akan

terdapat bioskop, pada lantai-lantai sebelumnya akan diisi dengan fungsi retail dengan variasi tertentu. Untuk fungsi mall ini, diperkirakan akan terdapat 2 lift penumpang, 1 lift servis, 10 eskalator dan 2 atrium.

Suatu rancangan biasanya mempertimbangkan aspek fungsi bangunan tersebut. Oleh sebab itu terdapat pendekatan akan form followfunction ataupun function follow form. Dalam kasus ini, saya menjembatani kedua pendekatan tersebut. Dimana walaupun fungsi merupakan prioritas, namun bagaimanapun sebagai perancang yang dalam kasus ini Arsitek, haruslah dapat menghasilkan karya yang dapat memenuhi akan kebutuhan bentuk, fungsi dan juga kekuatan/daya tahan. Sebagai bangunan komersial campuran antara fungsi mall dan hotel bisnis, bentukan massa bangunan lahir dari aspek disekitarnya. Sungai, Podomoro City, dan kantor Deli Maskapai secara tidak langsung menjadi tiga(3) aspek yang saya terapkan. Bentukan segitiga dengan perwakilan tiap segi/sisi merupakan ketiga aspek diatas.

(64)

dengan fungsi fashion serta sedikit area restoran. Pada lantai ini akan ditawarkan sedikit view keluar tapak serta ke sungai. Selanjutnya untuk lantai diatasnya yakni lantai tiga(3) akan diisi dengan fungsi food court dan biskop. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, penempatan food court dilantai tiga (3) dengan pertimbangan akses pencapaian melewati

setiap lantai bangunan yang secara tidak langsung akan “menjual” setiap retail pada

lantainya. Sedangkan untuk fungsi bioskop memang harus ditempatkan pada lantai teratas mall. Hal ini dikarenakan kebutuhan luasan biskop serta sistem struktur bentang lebar bioskop itu sendiri. Hal ini juga yang cukup mendasari penempatan bioskop pada beberapa mall pada lantai atas bangunan.

Biasanya dalam sebuah mall akan terdapat sebuah supermarket yang biasanya menjual kebutuhan keseharian. Dalam perancangan kali ini, fungsi tersebut saya tempatkan pada daerah basement. Hal ini dikarenakan luasan supermarket itu sendiri, didukung oleh akses servis stoking bahan supermarket (akses servis terdapat pada lantai basement), dan juga di dukung oleh kemudahan akan pemindahan barang belanjaan langsung kebasement parkiran pengunjung. Jadi, pengunjung ketika hendak kembali ke parkiran kenderaan mereka, mereka akan dapat berbelanja kebutuhan mereka terlebih dahulu. Selain itu, troli belanjaan mereka akan dapat didorong hingga mendekati kawasan parker sehingga beban belanjaan aka menjadi ringan. Pada area basement ini juga terdapat semi drop off entrance, sehingga pengunjung akan mendapat sedikit kemudahan untuk dapat memilih dijemput pada lantai basement maupun ground.

(65)
(66)
[image:66.595.144.486.112.637.2]
(67)
(68)
[image:68.595.175.484.105.624.2]
(69)
[image:69.595.157.454.111.637.2]
(70)
[image:70.595.151.448.111.676.2]
(71)
(72)

Untuk lantai dibawah ground akan terdapat tiga lantai lagi. Dibawah ground akan terdapat lantai lower ground. Pada lantai ini lah supermarket mall berada. Pada lantai ini juga akan terdapat semi drop off untuk hotel maupun mall. Ruang genset terdapat disamping loading dock hotel pada lantai ini. Terdapat juga musholla di depan semi drop off mall. Apabila penghubung antara ground dan basement hotel berupa lift, maka untuk fungsi mall saya menerapkan ramp untuk pencapaian basement ke lantai groundnya. Hal ini dimaksudnya juga untuk memudahkan penggunaan troli setelah berbelanja dari lantai lower ground.

(73)
[image:73.595.177.437.134.616.2]
(74)
[image:74.595.194.421.133.626.2]
(75)
[image:75.595.194.420.129.626.2]
(76)

Ballroom merupakan fasilitas yang disediakan oleh hotel bintang 5 yang akan digunakan dalam skala besar. Ballroom biasanya lebih diperlukan untuk bisnis hotel, kebanyakan untuk fungsi bisnis itu sendiri. Namun bukan berarti Ballroom hanya dikhususkan untuk hotel bisnis karena pada hotel resort ataupun butik hotel biasanya juga terdapat Ballroom. Area Ballroom umumnya merupakan ruang serba guna yang dapat menampung jumlah kapasitas yang besar. Jenis kegiatan akan dapat berupa undangan, promosi, talkshow, dan sebagainya. Dikarenakan kapasitas yang tinggi tersebut maka hendaknya akses pencapaian Ballroom dapat sedikit terpisah maupun lebih bebas hambatan dari akses pencapaian hotel. Meskipun demikian, hotel dan Ballroom itu sendiri haruslah terhubung dikarenakan

(77)

Prefunction hall berfungsi sebagai area yang akan menampung sebagian pergerakan manusia. Pada area ini biasanya merupakan area menunggu jemputan maupun keluarga. Disamping itu, terdapat leasing space sebagai area sewa, hal ini dimaksudkan juga sebagai area stand perusahaan maupun instansi jika diperlukan. VIP area ditujukan bagi tamu-tamu penting maupun penjabat. Jadi mereka dapat menunggu pada suatu ruangan yang nyaman dengan tingkat servis tersendiri. Pada lantai dasar Ballroom juga terdapat area servis. Area servis tersebut berupa dapur serta gudang peralatan maupun gudang stok bahan makanan, hal ini mengingat kapasitas manusia yang harus dilayani cukup besar maka diperlukan dapur tersendiri untuk area Ballroom. Mengingat hal tersebut, maka terdapat akses servis stok bahan makanan tersendiri untuk area ini yang mana akses servis tersebut melalui Jalan Tembakau Deli. Melalui jalur servis tersebutlah bahan makanan dimasukkan dan ditampung pada gudang stok terlebih dahulu sebelum dialihkan ke dapur Ballroom. Bagi pengunjung yang parkir kenderaannya pada basement akan dapat mencapai lantai dasar Ballroom melalui eskalator yang terdapat pada setiap lantai basement dan diteruskan hingga lantai dasar Ballroom.

(78)

yang dalam hal ini merupakan area back stage dan area servis Grand Ballroom. Jadi, makanan yang telah disediakan pada dapur utama disalurkan melalui portal pengangkut dan lift ke area back stage. Dari area back stage inilah kemudian makanan disalurkan ke setiap meja Grand Ballroom. Penempatan area yang telah disebutkan tentunya berlandaskan pada konsep serta aspek tertentu, salah satunya aspek keselamatan. Penempatan pada lantai satu (1) serta akses menggunakan eskalator dimaksudkan untuk mempermudah akses keselamatan apabila terjadi sesuatu hal, misalnya kebakaran, gempa bumi, dan lain hal. Eskalator akan dapat menjadi tangga keselamatan karena dapat dimatikan (menjadi tangga biasa/ tidak berjalan). Ditambah lagi terdapat banyak hall dan leasing space akan membuat luas area sirkulasi penyelamatan dan evakuasi. Alasan tidak menggunakan lift untuk Ballroom karena kurang efisien dari segi jumlah manusia yang dipindahkan per liftnya dan juga karena aspek kebakaran, yang mana pada saat kebakaran terjadi lift tidaklah boleh digunakan. Apabila proses evakuasi telah mencapai lantai dasar, maka dapat dialihkan ke entrance Ballroom maupun ke Jalan Tembakau Deli, karena terdapat area titik kumpul pada bagian selatan massa Ballroom.

Penempatan Grand Ballroom pada lantai satu (1) tentunya memiliki alasan tersendiri. Fasilitas Ballroom sebagai area serba guna yang secara tidak langsung mengarahkan pada ruangan luas tanpa kolom tentunya terjawab dengan sistem struktur bentang lebar. Karena itu, Ballroom sengaja ditempatkan pada area khusus yang merupakan area tertinggi pada massa itu. Sehingga tidak terdapat lantai lagi diatas area Ballroom. Atap Ballroom akan berupa atap dengan sistem bentang lebar space frame. Space frame tersebut akan menumpu pada kolom struktur pada tepi massa ruang Grand Ballroom.

(79)

digunakan akan berbeda. Hal ini dikarenakan perbedaan derajat sebesar 3.214 pada setiap lantai tower mengakibatkan tidak mungkinnya memakai sistem kolom beton bertulang biasa. Pada kesempatan ini saya menerapkan sistem struktur interestial. Maksudnya sistem struktur ini berupa trust yang terikat pada core struktur utama bangunan. Ketinggian trust sebesar 3.5 meter dan merupakan ketinggian lantai pada tower bangunan. Jadi, penempatan kamar hunian hotel terdapat dalam trust tersebut, manusia beraktivitas didalam struktur. Adapun konsep twist tersebut lahir dari bentukan awal massa segitiga yang terlalu simple, kemudian di twist. Ketika konsultasi dengan konsultan ahli, beliau cukup mendukung konsep tersebut, ditambah lagi saya mendapat tantangan tersendiri dalam penyelesaian sistem strukturnya kelak.

(80)
[image:80.595.104.490.144.452.2]
(81)
[image:81.595.56.554.149.447.2]
(82)

BAB VI

DE ARCHITECTURA

Proses perancangan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang umumnya berbeda dengan proses lainnya, dimana dalam proses perancangan alur kegiatan tersebut tidaklah bergerak lurus saja. Seperti yang dikatakan oleh dosen pembimbing, kegiatan merancang umumnya bergerak maju dan mundur. Maksudnya adalah pada proses perancangan akan dijumpai banyak sekali pertimbangan, masalah, maupun solusi yang kerap berbeda. Oleh karena itu pada tahapan tertentu dalam rangkaian proses merancang akan dipertemukan dengan revisi-revisi yang secara langsung membuat proses tersebut bergerak maju dan mundur. Kegiatan merancang tetap berjalan lurus sesuai dengan proses yang ada, seperti dimulai dari kegiatan survei dilanjutkan pada tahapan pengumpulan data dan fakta, analisa terhadap tapak maupun kawasan tapak, penerapan tema tapak dan bangunan, rancangan konseptual dan ide rancangan, proses rancangan skematik bangunan dan dilanjutkan dengan tahapan desain. Keseluruhan kegiatan tersebut akan tetap berjalan lurus sampai kepada suatu pemecahan desain akan bangunan dan tapak rancangan.

(83)

pada kegiatan analisa sebelumnya? Apakah telah sesuai dengan tema maupun gaya arsitektur yang telah ditentukan?. Contohnya saya menggnakan konsep tapak dan bangunan sebagai integrasi antara tiga (3) aspek yakni Sungai sebagai Riverfront, Podomoro City sebagai Urban Comercial, dan Kantor Deli Maskapai sebagai Preservation. Konsep tersebut tentunya telah diasistensikan dengan dosen pembimbing, tetapi dapatkah konsep tersebut digunakan? Apakah telah sesuai dengan rangkaian proses analisa rancangan dan tema yang diajukan? Dapatkah pendekatan arsitektur organic menjadi dasar rancangan? Pertanyaan-pertanyaan demikian menyebabkan adanya peninjauan kembali pada tahapan rancangan konseptual tapak dan bangunan. Jika terdapat kekurangan maupun ketidak-cocokan antara rancangan konseptual bangunan dengan analisa dan tema yang telah diajukan maka akan dilakukan revisi, yakni proses memperbaiki ataupun melengkapi bagian dari rancangan agar sesuai dengan konteks sebelumnya. Hal ini dimaksudkan supaya rancangan memiliki suatu konsistensi dan memiliki dasar yang kuat untuk penyelesaiannya. Penggambaran rangkaian jalur proses kegiatan rancangan bolak-balik tersebutlah yang dalam kesempatan ini saya namakan Flow Back Pattern.

(84)
(85)
[image:85.595.243.384.85.333.2]

Gambar 6.1

Bangunan & Tapak Rancangan

Oleh karena itu, maka saya memisahkan bentukan massa pada lantai ground untuk entrance hotel dan ballroom. Akses tersebut seolah-olah membelah massa bangunan, hal ini dimaksudkan juga untuk memunculkan kesan Complexity yang juga merupakan kesatuan tema saya. Jadi rancangan yang saya hasilkan haruslah mengintegrasi dan kompleks mengingat bangunan juga merupakan bangunan komersial yang berada dipusat kota. Setelah memindahkan entrance hotel tentunya muncul permasalahan lain. Fungsi hotel tetap melekat pada massa bangunan keseluruhan, namun untuk area Ballroom akses terpisah dengan keseluruhan massa bangunan pada lantai ground. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka ruangan Grand Ballroom saya tempatkan pada lantai 1 dan pada lantai 1 tersebut akan terdapat akses koneksi antara bangunan induk dengan area ballroom.

(86)

dari jalan Tembakau Deli yang dalam kasus ini saya membuka akses pencapaiannya melalui akses Kantor Deli Maskapai. Kembali kepada tema saya, maka dalam kesempatan ini saya memanfaatkan aspek Preservation kedalam rancangan saya. Tentunya Kantor Deli Maskapai merupakan suatu situs sejarah yang akan sangat bernilai apabila diolah dengan benar. Kelaknya Kantor tersebut akan saya usulkan menjadi galeri sejarah Kota Medan yang akan menimbulkan keuntungan baik kepada Kantor Deli Maskapai maupun kepada Bangunan mix-used yang saya rancang

Setelah melengkapi dan melakukan revisi demi revisi dalam tahapan rancangan skematik dengan konsultan maupun dosen pembimbing, hasil rancangan sementara kemudian diuji oleh penguji dalam sidang tahap I. Ruang cakup penguji dalam tahap I masih berupa konsep rancangan serta keterkaitan dengan tema proyek. Dalam tahap ini, saya akan diuji oleh tiga (3) penguji yang mana ketiga nya merupakan praktisi arsitek dalam dunia kesehariannya. Dalam sidang tahap I ini saya mendapat masukan akan permasalahan

“A river runs through it” yang tercantum dalam sinopsis skripsi. Masukan tersebut

(87)

juga harus ditinjau ulang yang dalam hal ini harus diperhatikan waktu tempuh serta kapasitas lift itu sendiri.

Setelah melewati tahapan preview 1, yang mana saya diuji, dikritik, serta diberikan masukan maupun saran oleh konsultan ahli dan dosen penguji, tahapan selanjutnya yaitu tahapan pengembangan rancangan, yakni rancangan skematik yang sebelumnya telah saya rancang kemudian diterjemahkan kedalam bentuk rancangan yang lebih mendalam dan detail. Saran, kritik, maupun masukan yang didapatkan pada preview 1 diterima dan direnungkan, kemudian didiskusikan bersama dosen pembimbing dan konsultan ahli yang dalam hal ini selaku pihak stakeholder. Pada preview 1 sebelumnya, saya mendapat kritikan mengenai bentukan bangunan saya yang menyerupai bangunan yang telah ada saat ini. Dimana pada bagian tower bangunan saya, saya menerapkan konsep twist. Konsep twist ini tentunya banyak dijumpai pada zaman sekarang mengingat kemajuan teknologi bangunan yang semakin pesat, dan karena kemiripan akan konsep twist tersebut, bangunan saya dihakimi mengambil mentah-mentah maupun sama dengan bangunan yang telah ada tersebut.

(88)

tersebut, karena tentu saja hal tersebut memberikan tantangan serta hal baru bagi saya dalam merancang yang sebelumnya saya belum pernah menggunakan konsep tersebut. Walaupun mirip, bangunan yang saya rancang tentu saja lahir dari aspek disekitarnya. Konteks maupun pendekatannya merupakan pendekatan kontekstual akan lingkungan sekitar. Dukungan dari dosen pembimbing pun didapatkan. Beliau mendukung untuk tetap menggunakan konsep twist tersebut, serta beliau menambahkan bahwa konsep maupun tampak sebuah bangunan merupakan hal yang relatif, hal yang tidak dapat diperdebatkan. Mengingat pendidikan akan arsitektur ini sendiri merupakan suatu pendidikan yang cukup menyangkut akan seni, dan seni itu sendiri merupakan sesuatu yang relatif dan penilaian akan tiap individu akan berbeda pula.

(89)
[image:89.595.153.440.105.446.2]

Gambar 6.2

Potongan Prinsip Struktur Tower

(90)
[image:90.595.145.482.135.390.2]

desain lansekap, dan interior hotel tetap dijumpai bentukan segitiga yang merupakan konsep awal yang saya ambil.

Gambar 6.3

Suasana Interior Kamar Hotel

(91)
[image:91.595.112.511.180.401.2]

terukur dan ditentukan. Hal tersebut kelak akan mempermudah pengerjaan pembesian core tersebut. Selain itu, saluran-saluran mekanikal elektrikal yang mengakomodasi kamar hunian juga haruslah melewati core tersebut.

Gambar 6.4

Sistem Strutur Kantilever Tower

(92)
[image:92.595.214.416.109.447.2]

Gambar 6.5

Sistem Struktur Bangunan

(93)

T = (2h + 4s)(n -1) + s(3m + 4) detik

s

Dimana: h adalah jarak lantai ke lantai (m)

s adalah kecepatan rata-rata lif (m/detik) n adalah jumlah lantai yang dilayani lif m adalah daya angkut/kapasitas lif (orang)

T = (2. 3,5 + 4. 4) (31 – 1) + 4 (3 x 25 +4 ) 4

= ( 7+16)(30) + 4(79) 4

= 690 + 316 = 251,1 detik

4

Waktu tunggu ideal (WT) untuk fungsi hotel adalah 40-70 detik, maka untuk perhitungan jumlah lif :

WT = T N = T = 251,5 = 3.5 Lif

N WT 70

(94)

BAB VII

THE FINALE

Konsep Mekanikal Elektrikal tidaklah luput dalam tahapan perancangan. Konsep tersebut juga diarahkan dan diasistensikan dengan dosen maupun konsultan ahli. Dimulai dari konsep distribusi air bersih. Pada konsep air bersih, sumber air bersih didapat dari PDAM dan juga air tanah melalui sumur bor. Hal tersebut dikarenakan lingkupan rancangan yang termasuk dalam skala besar, apabila hanya mengharapkan air dari PDAM akan mengalami hambatan/kekurangan. Sumber air tanah sebelumnya di filter terlebih dahulu kemudian dialirkan ke tanki air bawah tanah, sedangkan untuk air dari PDAM dapat boleh langsung dialirkan ke tanki air tanpa melalui filter terlebih dahulu. Pada tanki bawah tanah tersebut, terdapat 2(dua) bagian/ruang yang mana untuk kebutuhan air bersih hotel dan juga untuk kebutuhan air sprinkler. Air untuk sprinkler haruslah dipisah dengan pompa yang terpisah juga, hal ini dimaksudkan bahwa apabila terjadi kebakaran maka akan selalu tersedia asupan air yang memadai karena bagaimanapun semua rancangan mengarah kepada manusia, dan keselamatan manusia merupakan aspek terpenting dalam bangunan.

(95)
[image:95.595.131.509.95.392.2]

Gambar 7.1

Konsep Air Bersih & Air Kotor

(96)
(97)
[image:97.595.199.436.132.484.2]

Gambar 7.2

Konsep Distribusi Listrik

Konsep sistem penghawaan menggunakan sistem AC sentral dengan water cool, dimana air digunakan sebagai pendingin udara. Air yang berasal dari tanki bawah tanah

didinginkan pada cooling tower menuju 24’C kemudian didinginkan kembali pada chiller

menjadi 9’C. Air dingin tersebutlah yang kemudian dialirkan ke AHU dan FCU yang

(98)
[image:98.595.202.442.188.547.2]

menggunakan AHU untuk tiap lantai bangunan tower akan menimbulkan pemborosan. Pada basement bangunan karena terdapat 2 lantai, maka diperlukan pressure fan untuk mengeluarkan udara panas dan asap kenderaan pada udara luar.

Gambar 7.3

Konsep Tata Udara

(99)
(100)
[image:100.595.126.509.87.386.2]

Gambar 7.4

Konsep

Fire Fighting

Sistem berkelanjutan pada bangunan yang dirancang, menggunakan air hujan sebagai air untuk keperluan penyiraman vegetasi disekitar tapak. Air hujan ditampung pada bak penampungan sementara, lalu dari bak penampungan tersebut dipompa menuju tiap titik penyirama

Gambar

Gambar 1.8 Analisa Ukuran & Garis Sempadan
Gambar 1.9 Analisa Drainase & Pepohonan
Gambar 1.10 Analisa Keistimewaan Buatan & Sirkulasi Pejalan Kaki
Gambar 1.11 Analisa Sirkulasi Kenderaan & Pemandangan dari Tapak
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Tapak diolah sedemikian rupa sesuai dengan konsep dinamika geometri yang diterapkan dengan pola spline pada sirkulasi luar dengan pemakaian warna primer pada

Sedangkan pada konteks implementasi konsep integrasi, saat ini hanya 2 UIN (UIN Yogyakarta dan UIN Malang) yang sudah mencoba menerapkan konsep integrasi keilmuan tersebut

Konsep Sirkulasi ke Dalam Tapak dan Penentuan Entrance Entrance ke dalam kawasan langsung berhadapan dengan putaran balik pada jalan Raya Tanawangko, mengingat arus lalu lintas

satu kesatuan di dalam tapak serta konsep tata massa yang simetris dan seimbang terhadap tapak, Polarity seperti menerapkan prinsip kontras pada elemen ruang

Selain UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ada juga kampus lain yang sebelumnya mengembangkan integrasi keilmuan, seperti UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan konsep jaring

Ken Yeang menekankan pada integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi tapak, program bangunan, konsep desain dan sistem yang tanggap terhadap iklim,

Konsep rancangan yang diterapkan adalah pengolahan sirkulasi dan Pengolahan tata ruang dalam bersuasana homey, dimana dengan pengolahan sirkulasi pada bangunan ini,

satu kesatuan di dalam tapak serta konsep tata massa yang simetris dan seimbang terhadap tapak, Polarity seperti menerapkan prinsip kontras pada elemen ruang