• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNDERSTANDING THE WHOLE ASPECT

Dalam dokumen Integrated Within Complexity (Halaman 36-44)

UNDERSTANDING THE WHOLE ASPECT

Setelah tahapan analisa, pengumpulan data dan fakta dalam deretan proses perancangan, tahapan selanjutnya adalah penerapan tema dan konsep. Pada tahapan tersebut haruslah diperhatikan bahwa tema yang di tetapkan atau dipilih haruslah sesuai dengan konteks dan keadaan tapak sekitarnya. Pada kesempatan ini, saya sebagai salah satu anggota studio PA6 Design Group mendapat 2 jenis tema dalam kasus proyek yang bersangkutan, dimana tema utama proyek adalah Riverfront dengan sub-tema Urban Lifestyle. Selain 2 tema diatas, akan ada sebuah tema individu lagi yang disisipkan untuk keseluruhan proses perancangan proyek, yang kemudian semuanya akan diterapkan dalam rancangan bangunan dan tapak proyek.

Riverfront sebagai tema utama menyangkut bagaimana sungai sebagai aspek utama yang terhubung dengan tapak proyek, sehingga akan dapat menghasilkan suatu rancangan yang sinergi antara bangunan, lansekap, serta semua aspek yang menyangkut tapak hingga kawasan tapak dengan sungai. Tema induk Riverfront menjadi arah acuan ide dan konsep dalam keseluruhan proses perancangan, sehingga kajian yang muncul juga berhubungan dengan sungai pada akhirnya. Tepat bersebelahan dengan tapak proyek sebagai kajian Riverfront adalah Sungai Deli, yang merupakan salah satu dari sungai yang membelah kota Medan. Sejarahnya, Sungai Deli dahulu nya merupakan jalur utama perdagangan yang digunakan oleh pendatang Belanda maupun penduduk lokal. Dari jalur tersebutlah kota Medan sedikit demi sedikit mulai berkembang. Namun sejarah tetaplah sejarah, meskipun dulunya Sungai Deli sedemikian berdampak, dewasa ini Sungai ini tidaklah terlepas dari permasalahan umum dalam konteks perkotaan. Sungai deli kerap

kurang memperhatikan lingkungan. Mereka kurang memahami akan pentingnya sungai sebagai edge[2] dalam kota. Karena kurangnya pemahaman tersebut, maka Sungai Deli kerap dijadikan sebagai bagian belakang dari bangunan (rumah tinggal) yang pada akhirnya menjadi sasaran pembuangan akhir limbah-limbah keseharian. Padahal jika dikaji lebih mendalam, Sungai Deli memiliki potensi yang besar sebagai area rekreasi dan area sabuk hijau yang akan sangat berpengaruh bagi kota Medan dan penduduk kota Medan khususnya. Apalagi letak tapak berada pada area komersial.

Terlebih lagi sub-tema Urbanlifestyle memiliki hubungan yang sangat erat dengan kawasan, mengingat koridor kawasan merupakan koridor komersial. Tema Urbanlifestyle diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan manusia sekarang akan tren gaya hidup masa sekarang. Tentunya akan sangat menarik jika kebutuhan rekreasi di tambah dengan kebutuhan akan masa kini di realisasikan dalam tapak koridor. Kasus proyek yang saya ambil adalah proyek bangunan Hotel dan Mall.

Hotel, berasal dari kata hostelyang memiliki makna seperti “tempat penampungan

untuk pendatang”. Ada beberapa jenis hotel, namun Hotel bisnis merupakan jenis hotel

yang saya pilih. Dikutip dari pernyataan Hughes dan Kapoor : Bussiness is the organized effort of individuals to produce and sell for a profit, the goods and services that satisfysocietys needs. The general term business refers to all such efforts within a society or within an industry. Maksudnya ialah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

[2 ] Merupakan batas, dapat berupa suatu desain, jalan, sungai, gunung. Edge memiliki identitas yang kuat karena tampak

visualnya yang jelas. Edge merupakan penghalang walaupun kadang-kadang ada tempat untuk masuk yang merupakan pengakhiran dari sebuah district atau batasan sebuah district dengan yang lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas : membagi atau menyatukan. [Lynch (1975)

Menurut kamus umum : bisnis adalah secara dagang, secara perdagangan, usaha dagang, bidang usaha. (Kamus Umum, Brata Atmajaya,h . 1994). Secara umum bisnis berarti komersial, perdagangan atau kegiatan keuangan yang mempergunakan waktu, perhatian tenaga kerja, dan penanaman modal demi perbaikan/kemajuan. (Encyclopedia America, 1982)

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hotel bisnis adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makan dan minum, sarana, fasilitas pelengkap lainnya serta jasa bagi umum yang dapat mendukung dan memperlancar kegiatan bisnis para tamu (seperti meeting room, bussines centre, exhibition room dan sebagainya), yang dikelola secara komersil serta memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Hotel bisnis berfungsi layaknya semua hotel, yang membedakannya adalah dari segi letak hotel tersebut. Hotel bisnis biasanya terletak pada kawasan yang didominasi kegiatan komersial dan perkantoran. Dikarenakan tapak berada pada koridor komersial dan banyak dijumpai perkantoran maka hotel bisnis akan sangat cocok. Target penghuni hotel tentunya untuk mereka yang cukup sibuk dengan bisnis dan waktu. Bisa jadi bagi mereka yang berasal dari luar kota maupun Negara. Mengingat tapak proyek berdekatan dengan stasiun kereta api yang dapat langsung menuju Kuala Namu International Airport. Standar hotel bisnis berbintang 5, dengan berbagai fasilitas pendukung layaknya: ballroom, swimming pool, multi function room, gym, spa, dan sebagainya. Swimming pool akan berupa infinity pool yang mengarah ke sungai, mengingat tidak mungkin nya pengunjung untuk berendam di sungai. Karakter lain yang cukup membedakan hotel bisnis adalah dari segi interior dan material. Hotel bisnis kerap memiliki luasan yang tidak terlalu besar, namun penyelesaian interior dan material nya sangat mewah/ berkelas. Mengingat

pengunjung hotel juga merupakan pengunjung yang cukup sibuk dan harus dimanjakan, fungsi lain ke-2 (mix used) yang saya pilih adalah Mall.

Fungsi mix-used ini tentunya diharapkan akan dapat menjadi area rekreasi bagi pengunjung hotel yang cukup padat jadwal waktunya. Selain itu, tentunya Mall ini akan menjadi area perbelanjaan bagi kawasan secara khususnya dan bagi kota Medan secara umumnya. Mall ini diharapkan akan dapat menjadi pilihan rekreasi bagi mereka yang membutuhkan, seperti bagi para karyawan perkantoran disepanjang koridor yang lelah maupun stress dengan pekerjaan. Target lain nya adalah penumpang kereta api yang kadang harus menunggu kereta. Ditambah lagi tapak berbatasan dengan perumahan dan sarana pendidikan. Tentunya hal tersebut akan menambah jumlah pengunjung, seperti ketika jam istirahat maupun makan siang, serta jam pulang kantor/sekolah. Sarana seperti supermarket yang menyediakan kebutuhan keseharian dapat di tambah, mengingat adanya perumahan disekitar tapak.

Tahapan selanjutnya setelah menetapkan jenis proyek, yakni saya menentukan tema individu yang kelak menjadi judul skripsi. Tema tersebut tentunya merupakan tema konteks sungai sebagai tema utama Riverfront dan sub-tema Urban Lifestyle. Tema tersebut kelak menjadi acuan pada bangunan dan tapak yang akan di rancang. Adapun tema yang saya ambil adalah Integrated within Complexity. Dasar lahirnya tema tersebut dari kondisi tapak kawasan. Mengingat pada tapak terdapat sungai sebagai Riverfront, Podomoro City sebagai Urban Comercial, dan kantor Deli Maskapai sebagai Preservation maka perlu adanya sinergi antara ketiga aspek tersebut. Sungai Deli sebagai tema utama serta sarana rekreasi dan edge bagi kota Medan, Podomoro City yang merupakan keseluruhan superblok mencakup perkantoran, mall, apartemen dan juga hotel, condominium untuk future development nya. Serta Kantor Deli Maskapai yang dulunya merupakan kantor perusahaan Deli pertama yang dibangun atas usulan Sultan Deli, yang kemudian pada

beberapa tahun terakhir ini dijual pada investor swasta. Untuk mengintegrasikan aspek- aspek diatas adapun pendekatan arsitektur yang saya ambil adalah Arsitektur Organik, dengan pendekatan lingkungan hidup.

Gambar 2.1 Diagram Hubungan Tema dan Proyek

Dalam Penguin Dictionary of Architecture (1999) terdapat dua pengertian Arsitektur Organik. Pertama, Arsitektur Organik adalah sebuah istilah yang diaplikasikan pada bangunan atau bagian dari bangunan yang terorganisir berdasaran analogi biologi atau yang dapat mengingatkan pada bentuk natural. Misalnya arsitektur yang menggunakan bentuk-bentuk biomorifk. Pengertian kedua, Arsitektur Organik menurutnya adalah sebuah istilah yang digunakan oleh Frank Lloyd Wright, Hugo Haring, dan arsitek lainnya untuk arsitektur yang secara visual dan lingkungan saling harmonis, terintegrasi dengan tapak,

dan merefleksikan kepedulian arsitek terhadap proses dan bentuk alam yang diproduksinya. Dalam tahap ini, saya cenderung mengarah pada pengertian yang kedua.

Menurut Ganguly (2008) dalam artikelnya What is Organic in Architecture, mendefinisikan Arsitektur Organik sebagai hasil dari perasaan akan kehidupan, seperti integritas, kebebasan, persaudaraan, harmoni, keindahan, kegembiraan dan cinta. Arsitektur Organik merupakan sebuah filosofi arsitektur yang menjunjung harmoni antara lingkungan hidup manusia dan dunia alam melalui pendekatan desain, terintegrasi baik dengan tapak dan menghasilkan sebuah kesatuan, komposisi yang saling berkaitan, meliputi bangunan-bangunan dan lingkungan disekitarnya. Adapun pelopor-pelopor Arsitektur Organik antara lain Frank Lloyd Wright, Antoni Gaudi dan Rudolf Steiner, yang masing-masing menggambarkan inspirasi prinsip organik dengan cara mereka masing- masing. Dalam Arsitektur Organik, arsitektur bukan hanya sebagai ekspresi sosial dan budaya, melainkan juga sebagai sesuatu yang mempengaruhi kehidupan manusia. Penerjemahan bentuk organik dipengaruhi oleh banyak hal selain dari segi fungsi (kebutuhan ruang). Akan ada penerjemahan berbeda apabila arsitektur dilihat dari konsep alam. Khususnya dalam ruang, yakni ruang bukanlah lagi sebagai susunan grid dengan garis dan sudut tegak lurus, melainkan suatu bentuk yang sangat kompleks. Bentuk organik dapat didapat dari analogi dan metafora pada bentuk-bentuk alam. Adapun ciri Arsitektur Organik pada umumnya : terinspirasi dari alam, terdapat unsur pengulangan, elastis mengikuti aliran, unik, mengekspresikan konsep ide secara kuat.

Salah satu contoh karya Arsitektur Organik adalah House of Falling Water[3] oleh Frank Lloyd Wright. Beliau menjadikan aliran air dibawah bangunan sebagai bagian aspek

dari bangunan. House of Falling Water pun di desain secara menyeluruh mengikuti alam, maka wajar saja apabila dijumpai bebatuan didalam rumah tersebut. Hal ini dikarenakan bangunan tersebut benar-benar di desain “mengikuti” alam disekitarnya. Selain contoh diatas, Santiago Calatrava yang merupakan salah satu arsitek yang terkenal dengan teknologi strukturnya juga menghasilkan karya mengenai organik, yakni Turning Torso Tower[4].Beliau mengambil pendekatan bentuk tubuh manusia, dimana bangunan di desain menyerupai pergerakan tubuh manusia yaitu dapat berelok. Dari hal tersebut, penerapan organik yang saya terapkan adalah bahwa bangunan yang saya rancang akan mengintegrasikan keseluruhan aspek dalam tapak, baik hubungan manusia, bangunan, lingkungan maupun ruang dalam skala mikro.

Gambar 2.2House of Falling Water

Sumber: www.fallingwater.org

sebagiannya di atas sebuah air terjun yang terletak di Bear Run, cabang sungai Youghiogheny di daratan tinggi Laurel, pegunungan Allegheny.

[4] merupakan sebuah pencakar langit di Malmö, Swedia, terletak di selat Öresund. Menara ini dirancang oleh arsitek

Spanyol, Santiago Calatrava dan secara resmi dibuka pada 27 Agustus 2005. Menara ini mencapai tinggi 190 meter (623 kaki) dengan 54 tingkat.

Gambar 2.3Turning Torso Tower

Sumber: www.torsotower.com

Dalam dokumen Integrated Within Complexity (Halaman 36-44)

Dokumen terkait