• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UMAT DALAM RANGKA

F. Contoh Satuan Persiapan Katekese Umat II

1. Identitas

a. Tema : Persaudaraan yang saling mengampuni

b. Tujuan : Bersama pendamping, peserta menyadari kekurangan dan kelebihan orang lain sehingga semakin mampu menerima dan mengampuni orang lain dalam hidup sehari-hari. c. Peserta : Siswa Seminari St. Paulus Nyarumkop

d. Tempat : Aula Seminari

e. Hari / Tanggal : Minggu, 11 September 2011 f. Waktu : Menyusul

g. Model : Shared Christian Praxis

h. Metode : * Tanya Jawab * Diskusi kelompok * Sharing pengalaman * Refleksi pribadi * Pendalaman Cerita * Informasi

* Peneguhan

i. Sarana : - Teks Kitab Suci Perjanjian Baru - Buku Madah Bakti

- Cerita bergambar “Tak adakah Jalan Kembali”. - Teks pertanyaan pendalaman

- Tape dan Kaset “Musik Instrumen”. j. Sumber Bahan : * Mat. 18:21-35.

* BPK Gunung Mulia. (1983). Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 (Matius-Wahyu), Jakarta: P.D.Nilakandi. Hal. 106-107.

* Bergant, Dianne, CSA. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 61-62. * SAV Puskat. (1994). Cerita yang Patut Diperhatikan.

Sarana Pembangun Sikap. Jakarta: KomKat KWI. Hal. 12.

2. Pemikiran Dasar

Setiap orang tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan. Tidak ada satu manusia pun di dunia ini yang tidak pernah melakukan kekeliruan dan kesalahan. Kekeliruan dan kesalahan itu ada yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Hal ini tergantung dari situasi dan kondisi yang ada. Kebanyakan orang sulit untuk mengampuni orang yang telah melakukan kesalahan kepadanya. Reaksi orang pada umumnya bila disakiti ialah akan langsung marah, memaki-maki, benci dan bahkan dendam pada orang yang telah menyakitinya. Oleh karena itu, mengampuni orang bukanlah perkara yang mudah dan gampang. Mengampuni membutuhkan waktu yang cukup lama dan proses yang panjang serta perjuangan yang keras. Dalam proses tersebut, manusia membutuhkan rahmat dari Allah untuk mampu mengampuni. Rahmat Allah ini dibutuhkan agar manusia diberi kekuatan dan dibukakan pintu hatinya untuk mampu memaafkan kesalahan orang lain dengan ikhlas dan setulus hati. Disamping itu, orang juga perlu memahami dan mengerti situasi dan kondisi yang ada. Bisa saja orang yang melakukan

kesalahan karena suatu ketidaksengajaan. Hal ini penting disadari agar orang tidak terlalu cepat mengambil suatu kesimpulan dan segera menghakimi sesamanya.

Mengampuni merupakan sesuatu yang sangat penting dalam hidup persaudaraan. Mengampuni orang lain harus tulus ikhlas dan tanpa syarat. Dalam hal mengampuni, Injil Matius 18:21–35 memberi gambaran yang sangat jelas bagaimana orang harus mengampuni sesamanya. Yesus dengan tegas mengajarkan kepada murid-murid-Nya untuk senantiasa mengampuni dan memaafkan sesama dengan sepenuh hati. Kita sudah amat banyak diampuni oleh Allah, maka kita pun harus mau mengampuni. Allah selalu mengampuni setiap orang yang memohon pengampunan kepada-Nya. Pengampunan yang telah Allah berikan seharusnya juga dilakukan oleh manusia. Manusia hendaknya menujukkan belas kasih yang telah diterima dari Allah terhadap sesamanya.

Melalui pertemuan ini, peserta diharapkan semakin menyadari pentingnya kesatuan dan persaudaraan dalam suatu komunitas sehingga bersedia mengampuni dan memaafkan kesalahan orang lain. Karena hidup bersama di seminari hanya mungkin tentram dan damai, jika ada pengampunan dan kasih diantara para seminaris yang tinggal dan hidup di dalamnya.

3. Pengembangan Langkah – Langkah

a. Pembukaan

1) Pengantar :

Teman-teman yang terkasih, selamat datang dan selamat berkumpul kembali di tempat ini. Pada kesempatan ini, kita akan bersama-sama

merenungkan dan mereflksikan makna sikap mengampuni dengan tulus dan sepenuh hati. Dalam kenyataan hidup sehari-hari, seringkali kita sulit untuk memberi maaf atau memberi pengampunan kepada sesama. Kita juga merasa berat hati untuk meminta maaf atas kesalahan yang telah kita perbuat kepada orang lain. Kita seringkali menganggap diri lebih benar dan suka meremehkan orang lain. Mengampuni memang mudah untuk diucapkan tetapi sulit untuk dilakukan. Mengampuni membutuhkan proses yang panjang dan rahmat dari Allah. Rahmat dari Allah kita butuhkan agar Allah memberi kekuatan dan membuka pintu hati kita untuk mampu mengampuni orang lain. Kita sudah banyak diampuni oleh Allah maka kita pun juga harus mau mengampuni sesama. Baik disadari bahwa keuntungan yang dapat kita peroleh dari mengampuni ialah hidup kita akan merasa damai, kita bebas bergaul dengan orang yang sudah saya ampuni itu, dan kita tentunya akan dapat menjalani masa depan dengan lebih baik.

Teman-teman seminaris yang dikasihi Tuhan, dalam pertemuan ini, kita bersama-sama akan mendalami hal tersebut dan memohon kepada Allah agar Ia berkenan mengutus Roh-Nya selama proses pertemuan ini. Kita buka pertemuan kita dengan nyanyian pembuka.

2) Lagu pembuka : MB. 366 “Ya Tuhan Kami Datang” (ayat 1 dan 2) 3) Doa pembuka :

Allah Bapa yang Maha kasih, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau tetap mencintai kami yang kecil dan pendosa ini. Dalam pertemuan ini, kami ingin mendalami pengalaman hidup kami sehubungan dengan sikap

saling mengampuni untuk meningkatkan persaudaraan diantara kami dalam seminari ini. Kami sadar bahwa mengampuni dan memaafkan sesama dengan tulus dan ikhlas bukanlah perkara yang mudah. Kami memerlukan rahmat pengampunan dari-Mu. Kami mohon ya Bapa, curahkanlah rahmat belas kasih-Mu kepada kami, agar kami mampu mengoreksi hidup kami dan mampu mengampuni sesama kami. Doa ini kami serahkan kepada-Mu, ya Bapa, melalui perantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

b. Langkah I : Mengungkap pengalaman hidup peserta

1) Pendamping membagikan teks cergam “Tak adakah Jalan Kembali” kepada peserta dan memberikan waktu pada peserta untuk membaca dan mempelajari sendiri-sendiri terlebih dahulu. (Cerita terlampir).

2) Penceritaan kembali isi cergam: pendamping memberikan kesempatan kepada salah satu peserta untuk mencoba menceritakan kembali dengan singkat tentang isi pokok dari cergam tersebut.

3) Intisari cergam “Tak adakah Jalan Kembali”.

Iwan adalah narapidana yang telah dibebaskan dari penjara setelah menjalani hukuman karena mencuri sepeda motor. Ibunya menyambut pembebasan itu dengan penuh harapan, bahwa Iwan akan menjadi seorang yang baik. Tetapi ternyata Iwan mengalami kesulitan setiap kali mencari pekerjaan. Bahkan teman-temannya sendiripun menjauhinya. Tidak jarang Iwan menerima ejekan-ejekan sebagai bekas narapidana. Di lingkungan komplotan pencuri sepeda motor, Iwan dibujuk untuk mencuri lagi. Mereka

tak percaya masyarakat mau menerima Iwan kembali. Iwan menjadi bingung dan bertanya tak adakah jalan kembali baginya.

4) Pengungkapan pengalaman: pendamping mengajak peserta untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan :

a) Bagaimana perasaan anda setelah membaca kisah Iwan?

b) Apa yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat di sekitar Iwan? c) Ceritakanlah pengalaman teman-teman dalam hidup bersama di

seminari dan apa saja kesulitan-kesulitan yang dirasakan sewaktu teman-teman harus mengampuni/ memaafkan dan meminta maaf terhadap orang lain?

5) Suatu contoh arah rangkuman

Dalam cergam yang telah teman-teman baca dan dengarkan tadi, terlihat bagaimana Iwan bekas narapidana (Napi) yang ingin kembali hidup baik di tengah masyarakat. Namun keinginannya itu kurang mendapat respon yang baik dari masyarakat. Masyarakat banyak yang berprasangka buruk terhadap Iwan dan bahkan menyingkirkan Iwan karena Iwan bekas Napi. Perlakuan yang dilakukan masyarakat kepada Iwan menunjukkan ketidakmampuan masyarakat untuk mengampuni/ memaafkan kesalahan orang lain. Mereka lebih memilih menjaga diri dari pada menerima Iwan yang bekas Napi. Mereka begitu sulit mengampuni orang lain dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk berubah dan memperbaiki diri.

Begitu pula dalam pengalaman hidup kita sehari-hari di seminari ini, seringkali kita sulit mengampuni/ memaafkan kesalahan teman dan kita juga

merasa berat untuk meminta maaf atas kesalahan kita. Memberi maaf/ mengampuni memang bukan perkara yang mudah dan gampang. Mengampuni membutuhkan proses yang panjang dan membutuhkan pertolongan dari Tuhan. Kita pasti mampu mengampuni orang lain apabila kita berjuang keras dan berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi. Kita akan merasa rugi sendiri bila menyimpan dendam dan kebencian kepada orang lain yang belum tentu mengetahui apa yang kita rasakan. Kita perlu menyadari bahwa dendam dan kebencian membuat hidup kita tidak bahagia. Dendam dan kebencian yang berkepanjangan dapat menyiksa diri sendiri dan mengganggu hidup keseharian kita. Oleh karena itu, kita diharapkan berusaha dengan sekuat tenaga dan memohon pertolongan Tuhan untuk mampu mengampuni/ memaafkan kesalahan orang lain dan berani pula mengakui dan meminta maaf bila melakukan suatu kesalahan.

c. Langkah II : Mendalami pengalaman hidup peserta

1) Pendamping mengajak peserta untuk merefleksikan sharing pengalaman yang telah dilakukan oleh peserta pada langkah sebelumnya dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut:

a) Apa yang teman-teman lakukan agar mampu mengampuni/ memaafkan sesama dalam seminari ini?

2) Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan rangkuman singkat sebagai berikut :

Kesulitan dalam mengampuni, memaafkan sesama disebabkan karena kita tidak punya kemauan untuk mengampuni dan kurang terbuka atas rahmat Tuhan serta merasa diri yang paling baik, paling benar, dan tidak melihat bahwa kita pun juga seringkali melakukan kesalahan. Keretakan dalam hubungan persaudaraan dapat diakibatkan oleh sikap kita sendiri yang menyimpan dendam, kebencian, suka menghakimi, mencela, marah dan jengkel. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita mampu membawa damai dan pengampunan agar tidak ada prasangka dan curiga dalam hidup bersama di seminari serta mampu memahami orang lain secara utuh.

d. Langkah III : Menggali pengalaman iman Kristiani

1) Pendamping meminta bantuan salah seorang dari peserta untuk membacakan sebuah perikop, langsung dari Kitab Suci, yaitu Injil Matius 18:21–35. (Teks fotocopy dibagikan kepada peserta).

2) Peserta diberi waktu sesaat untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan sebagai berikut :

a) Ayat manakah yang menunjukkan pengampunan? b) Apa pesan inti Yesus kepada murid-muridNya?

c) Bagaimanakah model pengampunan yang dituntut oleh Yesus dari kita dalam Kitab Suci tadi?

3) Peserta diajak untuk sendiri-sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikop sehubungan dengan jawaban atas tiga pertanyaan b di atas.

4) Pendamping menyampaikan tafsir dari Injil Matius 18:21–35, dan berusaha menghubungkannya dengan tanggapan peserta, dalam hubungan dengan tema dan tujuan, sebagai berikut:

Dalam perikop kisah Matius 18:21–35, digambarkan kepada kita akan pentingnya kita mengampuni. Yesus mengajarkan kepada kita untuk mau mengampuni orang lain dengan sepenuh hati dan tak terbatas. Yesus menghendaki agar kita bisa meneladani dan mau melakukan apa yang telah diperbuat oleh sang raja. Walaupun hamba sang raja berhutang sangat besar kepadanya tetapi ia mau mengampuni dan menghapuskan semua hutang hambanya itu (ay. 27). Perbuatan sang raja ini menunjukkan belas kasih yang sangat besar kepada hamba-Nya. Namun mampu mengampuni bukanlah perkara yang mudah. Hal ini ditunjukkan dari hamba yang tidak mau mengampuni temannya yang berhutang seratus dinar kepadanya (ay. 28). Hamba ini tidak mampu berbuat seperti yang telah dilakukan oleh tuannya. Ia tak mengenal belas kasih dan kejam terhadap orang lain (ay. 30). Karena perlakuannya tersebut maka ia pun mendapat ganjarannya.

Perumpamaan ini mengingatkan kita bahwa mengampuni tak semudah apa yang kita pikirkan. Kemampuan untuk mengampuni membutuhkan rahmat dari Allah, kemampuan memahami situasi dan kondisi serta kemauan untuk mengampuni. Allah sendiri mau mengampuni segala dosa dan kesalahan kita maka kita pun juga hendaknya berbuat yang sama seperti yang Allah lakukan. Kita patut bersyukur dan berterima kasih kepada Allah karena Allah berkenan mengampuni dosa-dosa kita. Orang yang mendapat

pengampunan dari Allah perlu menunjukkan rasa terima kasihnya dan ketergantungannya kepada Dia dalam perlakuannya terhadap orang lain. Mereka yang menerima belas kasih Allah harus menunjukkan pula belas kasih kepada orang lain.

e. Langkah IV : Menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkret

1) Pengantar

Teman-teman Seminaris yang terkasih, kita adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Dengan menyadari diri sebagai pendosa, kita hendaknya berjuang dengan sekuat tenaga dan memohon rahmat Tuhan untuk mampu memaafkan dan mengampuni sesama dengan tulus dan ikhlas. Persaudaraan akan semakin harmonis apabila ada kemauan, keterbukaan dan usaha dari setiap pribadi untuk memperbaharui diri dalam sikap saling mengampuni. Dengan demikian, kita dapat semakin maju, bertumbuh dan berkembang dalam satu keluarga di seminari ini.

Bacaan Injil hari ini sungguh mengingatkan kita untuk mau mengampuni orang lain. Mengampuni merupakan hal yang sulit namun harus diperjuangkan. Perjuangan itu perlu keterbukaan pada rahmat Tuhan. Tuhan saja mau mengampuni mengapa kita tidak mau? Manusia memang sangat sulit mengampuni tanpa ada bantuan rahmat dari Tuhan. Terus menerus mengampuni merupakan kesadaran bahwa setiap saat kita dapat jatuh dalam kesalahan dan membutuhkan pengampunan. Sikap saling mengampuni, didasarkan pada iman kita bahwa Allah sendiri sudah mengampuni dosa kita.

Cinta dan belas kasih Allah jauh lebih besar dibandingkan dosa dan kelemahan kita. Karena itu, sudah seharusnya kita menyalurkan belas kasih Allah melalui sikap dan tindakan yang terbuka untuk menerima, memaafkan dan mengampuni sesama dalam kebersamaan di seminari ini.

2) Sebagai bahan refleksi, agar kita dapat semakin menghayati semangat saling mengampuni di seminari ini, sekarang kita akan melihat situasi konkrit lingkungan sekitar kita, dengan mencoba merenungkan pertanyaan berikut:

a) Apa usaha teman-teman agar mampu mengampuni sesama di komunitas seminari ini?

3) Arah rangkuman

Teman-teman Seminaris yang dikasihi Tuhan, mengampuni orang lain memang sangat sulit namun harus kita lakukan. Kita mesti terus menerus berusaha dan berjuang agar mampu memaafkan dan mengampuni kesalahan sesama. Perjuangan itu juga perlu disertai dengan rahmat dari Allah. Pengampunan dari Allah yang setiap kali kita terima merupakan dasar yang kokoh untuk mengampuni sesama. Yesus mengajarkan kepada kita agar senantiasa mengampuni orang lain secara terus menerus. Kita akan merasakan dampak dari kita mampu mengampuni orang lain. Hidup kita akan damai, kita dapat bebas bergaul dengan siapa saja tanpa ada yang mengganjal dihati, dan tentunya kita akan menjalani masa depan kita dengan lebih baik. Maka dari itu, marilah kita semakin menyadari kesatuan dan persaudaraan di seminari ini dengan saling mengasihi, mengampuni dan tidak mudah

menghakimi dan tidak saling curiga kepada sesama, serta menyadarkan bahwa kita adalah makhluk yang berdosa. Dalam kebersamaan kita di seminari ini hidup tenteram dan damai hanya dimungkinkan, jika kita saling mengasihi dan mengampuni.

f. Langkah V : Mengusahakan aksi konkret

1) Pengantar

Teman-teman yang dikasihi Tuhan, pada awal pertemuan kita telah bersama-sama membaca dan mendengarkan cergam “Tak adakah Jalan Kembali ”. Melalui cerita tersebut kita diajarkan untuk bisa menerima orang lain yang ingin hidup baik. Juga dalam pembicaraan sharing-sharing pengalaman hidup kita tadi, kita juga telah bersama-sama mencoba untuk merefleksikan apa yang selama ini kita lakukan, terutama sikap mengampuni sesama dalam komunitas di seminari ini. Selanjutnya tadi kita juga telah menghadapkan pengalaman-pengalaman hidup kita mengampuni orang lain, berkat bacaan Injil Matius 18:21–35 yang sudah kita dalami bersama tadi. Kemudian dari semuanya itu, kita telah memaknai pengalaman hidup kita dengan firman Allah, berkaitan dengan sikap mengampuni. Manusia yang menerima belas kasih Allah harus menunjukkan belas kasihnya kepada orang lain.

2) Memikirkan rencana-rencana dan bentuk keterlibatan kita yang baru (pribadi, kelompok atau bersama), terutama sikap saling mengampuni dalam komunitas di seminari ini.

a) Secara pribadi maupun bersama, rencana apa yang akan kita lakukan agar kita dapat semakin mampu mengampuni sesama di dalam seminari ini?

b) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan untuk mewujudkan rencana tersebut?

c) Kapan, dimana dan kepada siapa rencana tersebut saya laksanakan? 3) Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening memikirkan

secara pribadi tentang rencana-rencana pribadi/bersama yang akan dilakukan. Sambil merumuskan rencana tersebut, diputar musik instrumen.

4) Rencana-rencana pribadi dapat diungkapkan dalam kelompok besar untuk saling meneguhkan.

5) Kemudian, pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan bersama guna menentukan rencana bersama secara konkret, yang dapat segera diwujudkan, agar mereka semakin memperbaharui sikap bersama sebagai seorang seminaris di seminari St. Paulus Nyarumkop ini.

g. Penutup

1) Setelah selesai merumuskan rencana-rencana pribadi dan bersama, kemudian pendamping memberi kesempatan kepada peserta untuk mengungkapkan doa-doa permohonan secara spontan.

2) Pendamping mengajak peserta menyanyikan doa Bapa Kami untuk meneguhkan seluruh doa syukur dan permohonan yang telah diungkapkan.

3) Doa penutup :

Allah Bapa yang maha rahim, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau mendampingi kami sampai akhir pertemuan ini. Kami merasakan bimbingan-Mu yang menyadarkan kami untuk mau mengampuni sesama, terlebih yang pernah bersalah kepada kami. Kami merasa ditantang karena kami belum sungguh-sungguh menjadi saksi pengampunan dan damai bagi dunia. Kami mohon, ampunilah dosa dan kesalahan kami. Ajarilah kami agar mampu mengampuni orang lain sehingga semakin terwujudlah persaudaraan yang penuh kasih diantara kami. Semua ini kami serahkan kepada-Mu dengan perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Dokumen terkait