• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 1 Nilai perusahaan

2.1.2 Corporate governance

2.1.2.1 Pengertian Good Corporate Governance

Organization Economic Cooperation and Development (OECD) berpendapat

bahwa Corporate Governance merupakan struktur hubungan serta kaitannya dengan tanggung jawab di antara pihak – pihak terkait yang terdiri dari pemegang saham, anggota dewan direksi dan komisaris termasuk manajer, yang dirancang untuk mendorong terciptanya suatu kinerja yang kompetitif yang diperlukan dalam mencapai tujuan utama perusahaan.

Menurut formulasi Komite Cadbury (1992), corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar

mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada shareholders.

Menurut Forum For Corporate Governance in Indonesia (FCGI, 2000),

corporate governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan

antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak – hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Dan tujuan dari Corporate Governance adalah meningkatkan nilai bagi pihak pemegang saham.

The Indonesian Institute For Corporate Governance (IICG) juga memiliki

definisi mengenai corporate governance. Menurut IICG, Good Corporate

Governance (tata kelola perusahaan guna memberikan nilai tambah perusahaan yang

baik) pada hakekatnya merupakan struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Struktur merupakan satu kesatuan yang terdiri dari dewan komisaris, dewan direksi, dan pihak – pihak yang berkepentingan

(stakeholders). Sistem merupakan suatu landasan operasional yang menjadi dasar

mekanisme check and balances kewenangan atas pengelolaan perusahaan. Proses merupakan cara untuk memastikan pelaksanaan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (tanggung jawab, akuntabilitas, keadilan, dan transparansi) dalam menentukan tujuan dan sasaran, pencapaian, pengukuran kinerja perusahaan.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Corporate

Governance adalah sistem yang mengatur, mengelola dan mengawasi proses

pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor, dan masyarakat sekitar. Good Corporate

Governance berusaha menjaga keseimbangan di antara pencapaian tujuan ekonomi

dan tujuan masyarakat. Tantangan dalam Corporate Governance adalah mencari cara untuk memaksimum penciptaan kesejahteraan sedemikian rupa sehingga tidak membebankan ongkos yang tidak patut kepada pihak ketiga atau masyarakat luas.

2.1.2.2 Manfaat Corporate Governance

Utama (2005) menyatakan bahwa konsep Corporate Governance timbul sebagai upaya untuk mengatasi perilaku manajemen yang mementingkan diri sendiri dan menciptakan mekanisme dan alat control untuk memungkinkan terciptanya sistem pembagian keuntungan dan kekayaan yang seimbang bagi stakeholders dan menciptakan efisiensi bagi perusahaan.

Menurut The Forum For Corporate Governance In Indonesia, kegunaan dari

Corporate Governance yang baik adalah :

1. Lebih mudah memperoleh modal.

2. Biaya modal (cost of capital) yang lebih rendah, yaitu sebagai dampak dari pengelolaan perusahaam yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan.

3. Memperbaiki kinerja usaha. 4. Mempengaruhi harga saham, serta 5. Memperbaiki kinerja ekonomi.

2.1.2.3 Prinsip – Prinsip Corporate Governance

Organization Economic Cooperation and Development (OECD)

mengembangkan seperangkat prinsip – prinsip Corporate Governance, atau yang lebih dikenal sebagai The OECD Pinciples Of Corporate Governance. Prinsip – prinsip dasar dari good corporate governance meliputi :

a) Fairness

Prinsip kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak yang sama kepada pemegang saham minoritas maupun mayoritas, termasuk hak-hak pemegang saham asing serta investor lainnya. Praktik kewajaran juga mencakup adanya sistem hukum dan peraturan serta penegakannya yang jelas dan berlaku bagi semua pihak. Hal ini penting untuk melindungi kepentingan pemegang saham dari praktik kecurangan (fraud) dan praktik-praktik insider trading yang dilakukan oleh agen/manajer. Prinsip kewajaran ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang timbul dari adanya hubungan kontrak antara pemilik dan manajer karena diantara kedua pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda (conflict of interest).

b) Transparancy

Prinsip dasar transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan

kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan dengan indikator-indikator yang sama. Pinsip ini diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akuntansi yang berbasis standar akuntansi dan best practices yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas, mengembangkan teknologi informasi dan sistem informasi akuntansi manajemen untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi.

c) Accountability

Prinsip akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara unit-unit pengawasan yang ada di perusahaan. Akuntabilitas dilaksanakan dengan adanya dewan komisaris, direksi independen dan komite audit. Akuntabilitas diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang timbul antara pemegang saham dan direksi serta pengendaliannya oleh komisaris. Praktik-praktik yang diharapkan muncul dalam menerapkan akuntabilitas diantaranya pemberdayaan dewan komisaris untuk melakukan monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen guna memberikan jaminan perlindungan kepada pemegang saham dan pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi.

d) Responsibility

Responsibilitas diartikan sebagai tanggungjawab perusahaan sebagai anggota masyarakat untuk mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku serta pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial. Responsibilitas menekankan pada adanya

sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Hal tersebut untuk merealisasikan tujuan yang hendak dicapai GCG yaitu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis dan pihak lainnya.

2.1.2.4 Mekanisme Penerapan Corporate Governance

Terdapat dua mekanisme dalam penerapan corporate governance sesuai kerangka corporate governance menurut World Bank (1999,) yaitu mekanisme intern dan mekanisme ekstern. Mekanisme intern berkaitan dengan pengendalian intern perusahaan khususnya peranan dewan komisaris. Dewan Komisaris berfungsi sebagai wakil pemegang saham khususnya dan stakeholders lainnya umumnya untuk mengawasi aktivitas manajemen sehingga asimetri informasi antara manajer dan pemegang saham dapat diatasi. Dengan asumsi dewan komisaris merupakan alat pengendalian dan merupakan elemen yang sangat penting dalam mekanisme intern

corporate governance. Anggota dewan komisaris dapat terjadi dari anggota yang

berasal dari dalam perusahaan (intern) dan dari luar perusahaan (ekstern). Dewan komisaris intern lebih banyak mengetahui seluk beluk perusahaan, tetapi mungkin tidak memiliki tingkat independensi yang besar dibanding anggota dewan komisaris

Mekanisme intern lainnya yaitu penunjukkan anggota dewan direktur dan dewan komisaris independen serta pembentukan komite audit oleh komisaris yang beranggotakan auditor independen dan staf internal audit

Pendapat dari anggota independen harus lebih mengacu kepada kepentingan

stakeholders, tidak hanya kepentingan komersial perusahaan, oleh karena itu,

pemilihan orangnya sangat menentukkan kinerjanya. Direktur Independen harus orang dari luar perusahaan yang tidak mempunyai hubungan afiliasi maupun jasa konsultasi serta tidak memiliki hubungan kekeluargaan dengan pihak manajemen.

Mekanisme lain dari Corporate Governance adalah mekanisme ekstern, yaitu mekanisme control yang memanfaatkan semua perangkat yang ada di luar perusahaan, baik ekonomi, hukum, dan social untuk mengontrol jalannya perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham dan stakeholders lainnya. Perangkat tersebut mencakup pasar uang dan pasar modal yang bersaing, perangkat hukum dan perundang – undangan yang lengkap, penerapan hokum yang konsisten dan adil, pasar barang dan jasa (termasuk tenaga kerja yang professional) yang aktif dan terbuka, konsumen yang aktif, tanggap dan sadar akan hak dan kewajibannya.

Mekanisme ekstern ini kadangkala lebih berperan dalam medisplinkan manajemen dan perusahaan dibanding mekanisme intern. Sebagai contoh pasar modal yang terbuka, aktif dan likuid memungkinkan para pemegang saham menindak secara langsung perilaku manajemen yang tidak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Mereka dapat melepas atau menjual saham kepasar apabila harapan mereka tidak terpenuhi. Dengan demikian nilai perusahaan akan turun apabila pemegang

saham secara serentak melakukan yang sama. Secara sistematis mekanisme GCG tersebut dapat dilihat dalam gambar di bawah ini

INTERNAL EKSTERNAL

PRIVATE REGULATORY

Gambar 2.1. Kerangka Mekanisme Corporate Governance Sumber : Cadbury 2000, Corporate Governance : A framework For Implementation

Dokumen terkait