Gabungan Perkumpulan Petani Penggunan Air Papah
GP3A Papah berada di Kecamatan Sentolo dengan luas area 1003 Ha yang termasuk dalam Daerah Irigasi Papah. Sumber air untuk irigasi di P3A- P3A yang berada di wilayah Papah berasal dari Kalibawang. Bendung Papah berlokasi di Desa Sukoreno, Kecamatan Sentolo. Sumber air utama berasal dari sungai sedangkan sumber air penunjang (suplesi) berasal dari air tanah. Kondisi debit air di Musim Tanam I adalah 1600 liter/ detik, debit air di Musim Tanam II yaitu 1400 liter/ detik dan debit air di Musim Tanam III 400 liter/ detik. Air irigasi di P3A Papah sebagian besar digunakan untuk irigasi pertanian dan juga kolam ikan.
Penarikan iuran pengelolaan irigasi telah dilaksanakan oleh pengurus GP3A Papah dengan besaran yang ditentukan melalui musyawarah petani. Realisasi penarikan iuran dari para petani 51 persen - 75 persen. Realisasi jumlah iuran yang terkumpul dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan organisasi dan kinerja pengelolaan irigasi. Kegiatan lain sebagai upaya penambahan dana untuk pengelolaan irigasi juga dilakukan. Hal tersebut ditegaskan dengan pernyataan di bawah ini.
“… terdapat sebuah bangunan yang dibangun dari dana
pengairan dan dikontrakkan dengan biaya sewa sebesar Rp.4.500.000,- selama dua tahun. Dana dibagikan ke P3A yang termasuk dalam wilayah Papah untuk kelancaran air, seperti untuk bersih-bersih, diberi jatah Rp.150.000,- untuk setiap P3A dan sisanya disimpan di kas gabungan” (Pengurus GP3A, 22
Maret 2016).
Kebijakan pengurus jika tidak ada upaya penambahan dana ialah dengan mengurangi atau tidak melaksanakan kegiatan. Pengurus juga melakukan usaha sendiri lainnya, seperti mengajukan usulan/ proposal ke pemerintah daerah, maupun bantuan dari pihak lain selain iuran anggota untuk pengelolaan irigasi.
Saluran sekunder yang berada di Papah yaitu Saluran Sekunder Konklangan dan Saluran Sekunder Cangkring. Pengurus Gabungan P3A Papah terdiri dari ketua, sekretaris I dan sekretaris II, bendahara, koordinator ulu-ulu, ulu-ulu timur dan ulu-ulu barat. Pemasukan IPAIR sebesar lima persen dari dana yang dikeluarkan untuk operasi dan pemeliharaan irigasi digunakan untuk jasa pengurus Gabungan P3A dan administrasi Gabungan P3A.
Terdapat bentuk-bentuk pelanggaran dalam GP3A yang disebutkan dalam anggaran rumah tangga Bab V, Pasal 17 yaitu:
2. Tunggakan pembayaran IPAIR. 3. Pencurian air.
4. Merusak saluran dan atau bangunan milik perkumpulan dan atau milik pemerintah.
5. Menyimpang dari pola dan tata tanam yang telah disepakati.
Bentuk-bentuk hukuman untuk pelanggaran tersebut dirinci sebagai berikut: 1. P3A yang sama sekali tidak bersedia membayar IPAIR, dikenakan sanksi tidak
dilayani air.
2. P3A yang menunggak wajib iuran dikenakan tambahan (denda) sebanyak lima persen tiap musim keterlambatan dari jumlah yang belum dibayar.
3. P3A yang terbukti menyimpang dari kesepakatan pembagian air dikenakan sanksi yang ditetapkan dalam Rapat Gabungan P3A setelah ada bukti dan saksi pelanggaran.
4. P3A yang terbukti merusak bangunan dan atau saluran milik pemerintah diwajibkan untuk memperbaiki sampai selesai dan apabila menolak maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan Perundangan yang berlaku, dan apabila bangunan/ saluran sekunder milik Gabungan maka dikenakan sanksi tidak diberi air dalam satu musim.
5. P3A yang menyimpang dari pola tanam yang telah disepakati diberi sanksi berupa tidak diberi air dalam musim tersebut.
Gabungan P3A Papah saat ini terdiri dari tujuh belas P3A yang terbagi di beberapa desa di tiga kecamatan Kabupaten Kulon Progo. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Sentolo, Kecamatan Pengasih dan Kecamatan Lendah. Desa di Kecamatan Sentolo yang termasuk dalam area kerja GP3A Papah adalah Desa Sukoreno (yaitu, P3A Wargo Rukun, P3A Suka Makmur, P3A Sido Dadi, P3A Tri Daya Makmur dan P3A Jaya Makmur), Desa Tuksono (yaitu P3A Sedyo Makmur, P3A Tani Mulyo dan P3A Tani Maju), Desa Demangrejo (yaitu P3A Ngudi Lestari dan P3A Sido Makmur) dan Desa Srikayangan (P3A Tri Guna Tirta). Area kerja yang terdapat di Kecamatan Lendah terletak di Desa Ngetakrejo (P3A Suka Bangun) dan Desa Gulurejo (P3A Suka Maju). Desa yang termasuk ke dalam wilayah kerja GP3A Papah di Kecamatan Pengasih adalah Desa Kedungsari (yaitu P3A Sari Makmur, P3A Sedyo Akur dan P3A Sido Makmur) dan Desa Mergosari (P3A Dwi Manunggal).
Gambar 4 memperlihatkan skema irigasi GP3A Papah dari hulu ke hilir. Gambar 4 menunjukkan dengan jelas posisi P3A-P3A dengan asal sumber air utama, yaitu Bendung Papah. P3A yang terletak di Desa Sukoreno memiliki air yang cukup di setiap musim tanam (MT), baik MT I, MT II dan MT III. Mereka mengakui debit air berkurang di MT II dan MT III dibanding dengan MT I akibat menurunnya curah hujan, tetapi hal tersebut tidak mengganggu persediaan air untuk usaha pertanian. Kecukupan air ini disebabkan posisi Bendung Papah berada di Desa Sukoreno. Desa lain selain Desa Sukoreno mengalami kesulitan air, terutama saat MT III. Desa yang paling sulit mendapatkan air adalah desa yang terletak paling ujung, yaitu Desa Ngentakrejo, Desa Srikayangan dan Desa Kedungsari. Mesin diesel digunakan para petani secara bergiliran pada MT III untuk memompa air dari saluran sekunder menuju sawah mereka masing-masing. Kondisi air yang berbeda di setiap desa dan di setiap musim tanam ditanggulangi dengan baik di Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten Kulon Progo merupakan satu-satunya kabupaten yang memiliki peraturan bupati berkaitan
dengan tata tanam. Peraturan tersebut menentukan komoditas yang harus ditanam di setiap musim tanam dan juga berisi penentuan jadwal pembagian musim tanam di setiap wilayah, termasuk di Daerah Irigasi Papah. Komoditas yang ditanam adalah padi untuk MT I dan MT II serta palawija untuk MT III. Waktu tanam ditentukan secara bergilir untuk setiap desa. Maksud pembagian ini agar air irigasi digunakan secara bergantian. Bisa dibayangkan jika penanaman dilakukan secara serentak maka desa yang terletak di paling ujung tidak akan mendapatkan air karena habis digunakan oleh desa sebelumnya sepanjang aliran tersier. Konflik akan banyak muncul karena perebutan air.
Tabel 8 Kondisi P3A di Daerah Irigasi Papah Nama P3A Tanggal
Didirikan Jumlah Anggota (orang) Pintu Sadap Luas Wilayah (Ha) Iuran (per Ha/Th) Wargo
Rukun 13 Juli 1989 67 Worawari 15 Rp.60.000
Suka
Makmur 15 Maret 1990 300 Banggan 79 Rp.80.000 Sido Dadi 30 Desember
1985 625 Semen 79 Rp.60.000
Sedyo Makmur
15 Januari
1996 - Pathuk 56 Rp.130.000
Tani Mulyo 22 Februari
1992 250 Gendingan 39 Rp.100.000
Suka Bangun 5 Januari 1985 500 Cangkring 90 Rp.60.000 Tani Maju 9 November
1992 700 Pathen 42 Rp.130.000
Suka Maju 19 Agustus
1987 259 Klipuh 59 Rp.60.000
Tri Daya
Makmur 30 Maret 1990 257 Kemendung 45 Rp.60.000 Tri Guna
Tirta 19 Juli 1989 919 Pergiwatu 215 120 Kg
Sido Makmur 10 April 1990 200 Sempu 38 100 Kg
Ngudi Lestari 6 April 1990 187 Kenteng 36 100 Kg Sari Makmur 24 September
1992 204 Karongan 49 Rp.160.000
Sedyo Akur 5 November
1992 147 Milir 47 Rp.60.000
Dwi
Manunggal 5 Januari 1985 256 Cumetuk 45 Rp.170.000 Jaya Makmur 28 September
1990 - Mertan 49 Rp.60.000
Sido Makmur 2 Januari
2014 105 Gletak 20 Rp.60.000
43
Makmur Sukoreno
P3A Wargo Rukun
Sukoreno a Suk P3A
Mak mu r Suk oren o P3A Sido Dadi Sukoreno P3A Sedyo Makmur Tuksono Salamrejo P3A Tani Mulyo Tuksono P3A Tani Maju Tuksono P3A Sedyo Akur Kedungsari Bangun Ngentakrejo P3A Sido Makmur Demangrejo P3A Tri Guna Tirta Srikayangan P3A Tri Daya
Makmur Sukoreno P3A Sido Makmur Kedungsari P3A Dwi Manunggal Kedungsari Mergosari P3A Sari Makmur Kedungsari P3A Ngudi Lestari Demangrejo P3A Suka Maju Gulurejo
Sal. Sekunder Pendem/ Srikayangan
Sal. Sek u n d er Ko n g k lan g a n Kali Rowojembangan/ Monggo K. Papah
Data singkat mengenai keseluruhan P3A di Daerah Irigasi Papah terangkum dalam Tabel 8. P3A Suka Bangun dan P3A Dwi Manunggal merupakan P3A paling tua di Daerah Irigasi Papah karena berdiri sejak tahun 1985. Ada salah satu P3A yang baru berdiri tahun 2014 yaitu P3A Sido Makmur. Jumlah anggota P3A terbanyak adalah P3A Tri Guna Tirta, sebanyak 919 orang. P3A Tri Guna Tirta menaungi paling banyak anggota dan memiliki luas wilayah paling luas, yaitu sebesar 215 Ha, karena hanya P3A ini yang mengelola pengairan di satu desa secara menyeluruh. Berbeda dengan desa lainnya lainnya yang dikelola oleh beberapa P3A, Desa Srikayangan hanya memiliki P3A Tri Guna Tirta. Komposisi dari anggota setiap P3A dapat terdiri dari petani dengan status pemilik, penyewa, penggarap atau gabungan diantaranya.
Operasional P3A didukung oleh dana yang diterima atau dihasilkan oleh P3A tersebut. Pendapatan P3A terdiri dari berbagai sumber. Pendapatan dapat berasal dari iuran pengguna air atau yang lebih dikenal dengan singkatan IPAIR. Pendapatan lainnya berasal dari iuran pangkal, sumbangan dan bantuan pemerintah. Pendapatan digunakan untuk jasa pengurus, administrasi, kas dan cadangan serta untuk pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi. Iuran pangkal diterapkan di seluruh P3A saat ada anggota baru yang bergabung, biasanya sebesar dua ribu rupiah, tetapi ada satu P3A yang tidak menerapkan iuran pangkal, yaitu P3A Tani Mulyo.
Penarikan IPAIR di lapangan tidak semua sesuai dengan yang tertulis dalam AD/ART setiap P3A. Ketidaksesuaian penarikan IPAIR terutama terjadi dalam segi komoditas yang digunakan sebagai alat pembayaran, yaitu uang atau gabah kering. IPAIR P3A Suka Bangun yang tertulis di Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah sebesar Rp.30.000/Ha/MT, namun pada kenyataannya pengambilan iuran air tidak menggunakan uang tetapi menggunakan gabah sebanyak satu ember atau sekitar 18 liter/1000 m2/MT. Iuran P3A Tani Maju menurut anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ditetapkan sebesar Rp. 65.000/Ha/MT, namun pada pelaksanaannya iuran ditarik sebesar Rp 10.000/1000m2/MT. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah P3A Suka Maju menuliskan bahwa iuran air yang disepakati adalah sebesar Rp.30.000/Ha/MT, tetapi aplikasi penarikan iuran di lapangan disepakati berupa gabah sebanyak 10 Kg/1000m2/MT. Pendapatan P3A Sido Makmur terdiri dari iuran rutin anggota sebesar 50 Kg/Ha/musim tanam dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG), namun pada pelaksanaannya pembayaran dilakukan dalam bentuk uang, walaupun sudah dua tahun ini iuran rutin tidak berjalan. P3A Jaya Makmur Iuran anggota yang rutin dibayar berupa gabah sekitar 25 Kg/Ha/MT, berbeda dengan yang tertulis di anggaran dasar dan rumah tangga sebesar Rp. 30.000/Ha/MT. Anggaran Dasar P3A Sido Makmur menuliskan bahwa iuran rutin anggota jumlahnya sebesar Rp. 30.000/Ha/MT, tetapi yang terjadi di lapangan berbeda. Iuran anggota ditarik dalam bentuk gabah sebanyak satu ember per seribu meter persegi atau sekitar 30 Kg-50 Kg/Ha/MT.
Perbedaan yang tertulis dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah dengan yang terjadi di lapangan telah disepakati bersama. P3A yang mengubah pembayaran dari uang menjadi gabah kering memberikan alasan bahwa penarikan iuran berupa uang berlangsun tidak lancar. Petani merasa berat mengeluarkan uang karena nilai nominalnya terlihat besar, berbeda dengan penarikan gabah saat panen, petani akan mudah membayar karena gabah yang dibayarkan hanya sebagian kecil dari panen yang didapatkannya. P3A yang mengubah pembayaran
dari uang menjadi gabah memiliki pertimbangan lain, yaitu masalah kepraktisan. Uang dianggap lebih praktis dibanding gabah kering yang harus ditimbang, diangkut ke tempat penyimpanan dan kemudian dilelang atau dijual.