• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Daerah Penyebaran Ikan Lemuru

Ikan lemuru tersebar di Laut India bagian Timur yaitu Phuket, Thailand, di pantai-pantai sebelah Selatan Jawa Timur dan Bali, Australia bagian Barat dan Lautan Pasifik sebelah Barat, Laut Jawa ke Utara hingga Filipina, Hongkong, Pulau Taiwan dan Jepang bagian Selatan (Whitehead, 1985). Selain di Perairan Selat Bali, ikan lemuru juga terdapat di perairan sebelah Selatan Ternate, Teluk Jakarta dan sewaktu-waktu tertangkap di perairan luar Jawa Tengah (Soerjodinoto,1960)

Penyebaran ikan lemuru di Perairan Selat Bali mempunyai batas wilayah tertentu. Daerah penyebaran waktu musim lemuru adalah ke arah Barat sampai ke Teluk Grajagan, sedangkan di daerah Pulau Bali dan Candi Kesuma daerah penyebarannya ke Tenggara hingga sampai ke Semenanjung Bukit. Penyebaran maupun pergerakan ikan lemuru di perairan Selat Bali belum dapat diungkapkan secara pasti apakah bergerak ke Utara melalui mulut selat, ataukah kembali lagi ke arah Selatan pada waktu musim Lemuru telah berlalu. Menurut Dwiponggo (1982) bahwa pada waktu tidak berada di Perairan Selat Bali, ikan lemuru berada lebih ke arah selatan di tepian paparan benua pada kedalaman 40-120 meter.

Berdasarkan penelitian akustik yang dilakukan oleh Balai Penelitian Perikanan Laut (BPPL) dengan menggunakan fish finder, ikan lemuru di Perairan Selat Bali terpusat di paparan Jawa dan Bali pada kedalaman kurang dari 200 meter, di luar paparan ikan lemuru tidak ditemukan. Pada siang hari ikan lemuru mempunyai kebiasaan bergerombol (scoolling) dalam jumlah yang cukup besar dan padat di dasar perairan, sedangkan pada malam hari akan naik ke permukaan dan lebih menyebar.

Pada siang hari, gerombolan ikan lemuru dapat ditemukan dekat dengan dasar perairan, sedangkan pada waktu malam hari ikan lemuru bergerak ke lapisan dekat permukaan membentuk gerombolan yang menyebar. Kadang dapat ditemukan gerombolan ikan lemuru di permukaan di siang hari ketika cuaca berawan dan gerimis.

Juvenile lemuru berada di daerah perairan yang dangkal, sehingga sering menjadi target alat tangkap tradisional. Ikan lemuru yang berada di daerah Perairan Teluk Pangpang, dekat ujung Sembulungan dan semenanjung Senggrong di sisi Pulau Jawa dan di Teluk Jimbaran Bali, masih relatif kecil ukurannya yaitu kurang dari 11 cm (lemuru sempenit). Kebanyakan ada sejak memasuki bulan Mei sampai September dan kadang meluas sampai bulan Desember. Ikan lemuru yang besar ukurannya akan berada di perairan yang lebih dalam dan secara umum ukuran ikan lemuru semakin bertambah besar bila semakin ke arah selatan.

Produksi ikan lemuru mulai meningkat pada bulan Agustus, namun hasil produksi masih lemuru sempenit. Pada bulan Desember sampai bulan Maret sudah mulai digantikan oleh ikan lemuru protolan, selanjutnya digantikan oleh peningkatan produksi ikan lemuru kucing. Dengan keadaan seperti tersebut bisa diperkirakan bahwa kegiatan penangkapan ikan lemuru pada bulan April sampai bulan Juli cukup membahayakan kelestarian sumberdaya ikan lemuru, karena lemuru sempenit dan protolan masih berukuran muda dan sebagian besar diduga belum matang gonad reproduksi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hartoyo, et.al. (1998) dapat diketahui bahwa besaran densitas ikan lemuru dapat dibagi menjadi 5 strata yaitu 5-10 meter ditemukan densitas sekitar 9.216 ekor/1000m3, 10-25 meter ditemukan densitas sekitar 46.390 ekor/1000m3, 25-50 meter ditemukan densitas sekitar 83.363 ekor/1000m3, 50-75 meter ditemukan densitas sekitar 71.533 ekor/1000m3, 75-125 meter ditemukan densitas sekitar 22.528 ekor/1000m3. 2.3 Alat Tangkap Purse Seine

Pada awal semester kedua tahun 1972, percobaan penangkapan ikan lemuru dengan purse seine (pukat cincin) di Muncar, Perairan Selat Bali sudah mulai diadakan. Sebelumnya, penangkapan masih dilakukan dengan alat yang

sederhana seperti payang, jaring (gillnet), bagan dan pancing. Dengan berkembangnya alat tangkap purse seine, maka jenis alat tangkap lainnya tidak berkembang. Hasil tangkapan ikan lemuru dengan menggunakan purse seine lebih besar jika dibandingkan dengan menggunakan alat tangkap lainnya. Sejak diperkenalkannya purse seine, dari tahun ke tahun pengoperasian alat tangkap ini di Perairan Selat Bali terus meningkat (Barus dan Nasution, 1982).

Berdasarkan efektivitas alat, maka purse seine tergolong efektif dan sering digunakan dalam usaha penangkapan ikan lemuru. Purse seine dapat digolongkan dalam surrounding nets atau jaring lingkar (Von Brandt, 2005). Pukat cincin (purse seine) adalah alat tangkap ikan yang terbuat dari jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang dengan banyak cincin di bagian bawahnya dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan. Cara operasinya adalah dengan melingkarkan jaring ini mengurung gerombolan ikan. Setelah ikan terkurung bagian bawah jaring ditutup dengan menarik tali yang dilewatkan pada cincin-cincin di bagian bawah jaring. Deskripsi lainnya dari pukat cincin yakni salah satu alat penangkap ikan yang dioperasikan dengan jalan melingkari gerombolan ikan, memagari secara vertikal dari permukaan kearah dalam, serta mengurung gerakan ikan dengan jalan penarikan tali cincin. Hal ini dimaksudkan agar ikan-ikan dapat terkurung oleh jaring sehingga pergerakannya dapat terhalang dari dua arah samping (horisontal) maupun dari arah bawah (vertikal).

Disebut pukat cincin karena dilengkapi dengan cincin untuk menarik tali cincin (purse line) atau tali kerut untuk menarik jaring saat operasi penangkapan. Pukat cincin (purse seine) terdiri dari beberapa bagian, yaitu sayap (wing), perut (body), bahu (shoulder), dan kantong (bunt) yang tidak menonjol. Pada bagian atas jaring terdapat tali ris atas, tali pelampung dan pelampung, sedangkan pada bagian bawahnya terdapat tali ris bawah, tali pemberat, cincin, bridle, becket, dan tali kolor.

Pada penggolongan alat penangkap ikan berdasarkan menurut Internasional Standard Statistical Classification on Fishing Gear (ISSCFG), pukat cincin (purse seine) termasuk jenis jaring lingkar dengan kode 01.0.0. Selanjutnya, menurut ISSCFG, jaring lingkar terdiri dari jaring lingkar bertali kerut (kode ISSCFG 01.1.0), pukat cincin satu kapal (kode ISSCFG 01.1.1), pukat cincin dua kapal

(kode ISSCFG 01.1.2) dan jaring lingkar tanpa tali kerut seperti lampara dan payang (kode ISSCFG 01.2.0).

Pukat cincin dapat dibedakan berdasarkan jumlah kapal yang digunakan, dikenal one boat purse seine dan two boat purse seine. Ada pula yang menggolongkan berdasarkan jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan sehingga kita kenal tuna purse seine, sardin purse seine, dan sebagainya (Von Brandt, 2005). Gambar mengenai sketsa one boat purse seine dan two boat purse seine disajikan pada Gambar 4 dan Gambar 5.

Gambar 4. Konstruksi pukat cincin (purse seine) satu kapal (one boat system) (Sumber : Von Brandt, 2005)

Gambar 5. Konstruksi pukat cincin (purse seine) dua kapal (two boat system) (Von Brandt, 2005)

Tali Pelampung Pelampumg Tali Ris Atas

Tali Ris Bawah

Tali Kolor Tali Pemberat

Cincin

Pemberat Pelampung

Tali Pelampung Tali Ris Atas

Tali ris Bawah

Tali Pemberat

Tali Kolor

Cincin Pemberat

Prinsip kerja alat tangkap purse seine yaitu melingkari gerombolan ikan dengan jaring. Setelah itu, jaring bagian bawah dikerutkan sehingga ikan akan terkumpul dibagian kantong. Operasi penangkapan alat tangkap purse seine

dengan dua kapal, yaitu:

- Perahu penangkap/catcher Boat yang dilengkapi dengan dua mesin diesel (One Boat Engine) yang dipasang pada lambung bagian kanan perahu, yang mempunyai tugas untuk membawa jaring serta melingkarkan jaring untuk mengurung gerombolan ikan.

- Perahu selerek / collesting boat yang dilengkapi dengan empat buah mesin diesel yang diletakkan pada lampung kiri dan kanan perahu. Perahu ini bertugas untuk menarik tali kolor atau purse line dan mengangkut hasil tangkapan

Dokumen terkait