• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan tentang sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali telah banyak dilakukan. Hasil-hasil penelitian tentang potensi sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali banyak yang menunjukkan bahwa perikanan lemuru di Selat Bali telah mengalami tangkap lebih (over fishing). Pada Tabel 2 disajikan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan pendugaan stok ikan lemuru di Selat Bali.

Tabel 2. Hasil pendugaan stok ikan lemuru di Selat Bali atas dasar model surplus produksi

Tahun Model MSY (ton) Effort

optimum Tingkat eksploitasi 19861) Schaefer Fox 66.317 62.317 238 242 Overfishing Overfishing 19862) Schnute Gulland Schaefer Jacknife 80.332 60.559 49.440 49.581 207 123 260 259 Overfishing Overfishing Overfishing Overfishing 19923) Schaefer 40.000 180 Overfishing 20044) Schaefer Fox Walter Hilborn 10.921 44.966 11.688 191 68 175 Overfishing Overfishing Overfishing Sumber : Badan Pertimbangan Pengembangan Penelitian Universitas Brawijaya (2004) Keterangan : 1) oleh Martosubroto, Naamin dan Nurhakim (1986)

2) oleh Salim (1986)

3) oleh Universitas Diponegoro (1992) 4) oleh Universitas Brawijaya (2004)

Pada Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa hasil pendugaan stok yang didasarkan model surplus produksi dengan menggunakan model estimasi Schaefer, Fox, Schnute, Gulland dan Jacknife menujukkan bahwa sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali telah mengalami tingkat eksploitasi yang over fishing. Hasil pendugaan stok ikan lemuru atas dasar model analitik seperti yang disajikan pada Tabel 3 juga telah menujukkan tingkat eksploitasi yang fully exploited dan

overfihing.

Tabel 3. Hasil pendugaan stok ikan lemuru di Selat Bali atas dasar model analitik

Model Y/R max. (g) F optimum

Per tahun

Tingkat eksploitasi Beverton & Holt1)

Beverton & Holt2) Jones 3)

Thomson & Belt 4)

14,22 - 11,85 3,9 25,83 34.041 ton (total) 0,5 – 0,8 1,2 3 X= 0,8 Fully exploited Overfishing Overfishing Overfishing Sumber : Badan Pertimbangan Pengembangan Penelitian Universitas Brawijaya (2004) Keterangan : 1) oleh Ritterbush (1975)

2) oleh Gumilar (1985) 3) oleh Merta (1992)

Hasil kajian yang dilakukan oleh Universitas Brawijaya tahun 2004 diketahui bahwa tingkat mortalitas dan eksploitasi ikan lemuru menunjukkan angka yang sangat tinggi yaitu mortalitas alami (M) sebesar 0,49; mortalitas penangkapan (F) sebesar 4,99; mortalitas total (Z) sebesar 5,48; tingkat eksploitasi sebesar 0,91. Tingkat eksploitasi sumberdaya ikan lemuru sepanjang tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 sangat tinggi dan dapat dikatakan overfishing, karena banyaknya alat tangkap purse seine yang beroperasi di Selat Bali.

Penelitian yang dilakukan oleh Zulbainarni (2002) menyatakan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali telah mengalami gejala

economic overfishing. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Zulbainarni (2011) menunjukkan bahwa eksploitasi multispesies sumberdaya ikan pelagis di Selat Bali belum tejadi overfishing baik secara biologi maupun ekonomi, sehingga eksploitasi sumberdaya perikanan pelagis di Selat Bali dengan menggunakan alat tangkap purse seine dua kapal masih dapat ditingkatkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wiyono (2011) menunjukkan bahwa tekanan sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali relatif berat sehingga terjadi penurunan produksi yang berakibat over capacity. Nilai MSY sebesar 30.379,92 ton per tahun, effort MSY sebesar 4.600 trip per tahun dan jumlah armada purse seine optimum sebanyak 40 unit.

Kegiatan penelitian terdahulu mengenai sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali banyak dilakukan sehubungan dengan pendugaan stok sumberdaya, tetapi penelitian mengenai penilaian user fee untuk pengelolaan sumberdaya ikan lemuru belum dilakukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu kebaruan data analisis yang digunakan dan analisis pembahasan dilakukan sampai dengan penilaian mengenai besaran nilai user fee terkait dengan pengelolaan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali.

Perbedaan lainnya dengan penelitian terakhir terkait sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali yaitu penelitian yang dilakukan oleh Zulbainarni (2011) melakukan kajian tentang sumberdaya multispesies ikan pelagis di Selat Bali. Adapun Wiyono (2011) melakukan kajian tentang model dinamis perikanan lemuru di Selat Bali dengan analisis model bionomi dengan menggunakan data

dilakukan kajian tentang pengelolaan dan penilaian user fee sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali yang optimal melalui pendekatan model bionomi dengan data

times series selama 16 tahun, mulai dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2010. 1.6 Kerangka Pemikiran

Besarnya potensi sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali telah memberikan dampak terhadap peningkatan perekonomian di wilayah sekitarnya. Sumberdaya ikan lemuru merupakan target spesies tangkapan utama bagi nelayan di sekitar Selat Bali. Perikanan lemuru di Selat Bali menjadi sumber pendapatan utama bagi nelayan, sebagai bahan baku utama industri pengolahan ikan di sekitar Selat Bali dan juga dalam penyerapan tenaga kerja baik pada kegiatan on-farm maupun kegiatan off-farm.

Kegiatan penangkapan sumberdaya ikan lemuru yang semakin meningkat di Perairan Selat Bali telah memberikan tekanan terhadap keberadaaan sumberdaya ikan lemuru. Banyaknya pelaku yang melakukan aktivitas penangkapan ikan lemuru menyebabkan para nelayan saling berlomba untuk mendapatkan manfaat ekonomi yang sesuai dengan harapannya. Kondisi ini akhirnya menimbulkan persaingan dengan tujuan jangka pendek yang mengarah pada eksploitasi sumberdaya ikan secara berlebihan.

Pada tahun 2010 hasil tangkapan ikan lemuru di Selat Bali mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penurunan tersbut diduga disebabkan karena kegiatan eksploitasi sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali terjadi secara berlebihan pada tahun sebelumnya. Adanya kelangkaan sumberdaya ikan lemuru telah berdampak langsung bagi pendapatan nelayan di sekitar Selat Bali maupun bagi kegiatan ekonomi turunan lainnya seperti pengolah ikan dan pedagang ikan. Untuk menghindari dan mencegah terjadinya eksploitasi sumberdaya ikan yang tak terkendali, perlu kiranya dibuat sebuah kebijakan yang mengarah kepada pemanfaatan sumberdaya ikan secara bertanggung jawab, sehingga diperoleh manfaat ekonomi yang optimal dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya ikan. Untuk itulah diperlukannya kajian bionomi sumberdaya ikan, yaitu suatu kajian yang memadukan dinamika biologi perikanan dan faktor ekonomi perikanan tangkap. Kajian bionomi akan memberikan informasi yang dibutuhkan

untuk mengontrol tingkat eksploitasi agar tidak berlebih sekaligus mendorong melakukan upaya pemanfaatan dengan keuntungan yang optimal yang bisa dilakukan secara terus menerus.

Kajian bionomi pada penelitian ini diawali dengan observasi lapangan, melihat secara langsung kondisi perikanan lemuru di Perairan Selat Bali. Setelah itu, melakukan identifikasi terhadap data sekunder dan informasi lainnya yang mendukung dari Tahun 1995-2010. Data sekunder ini meliputi, data rumah tangga nelayan, armada, alat tangkap, produksi dan upaya penangkapan.

Proses selanjutnya adalah melakukan tabulasi data, dilanjutkan dengan melakukan analisis data dengan menggunakan model estimasi bionomi yaitu model Algoritma Fox, model Walters Hilborn (WH), model Schnute dan model Clark, Yoshimoto and Pooley (CYP). Dari model estimasi tersebut diperoleh parameter biologi berupa carrying capacity (K), coefficient of catchability (q), dan

instrinsic growth rate (r) dari sumberdaya ikan lemuru. Kemudian mengolah data primer untuk mendapatkan parameter ekonomi yang meliputi data harga output

(p), biaya input (c), discount rate ( ).

Analisis bionomi dilakukan dengan cara melakukan perhitungan terhadap data parameter biologi dan ekonomi untuk mendapatkan tingkat degradasi dan depresiasi serta pengelolaan optimal sumberdaya ikan. Hasil analisis bionomi ini kemudian menjadi dasar dalam perhitungan dalam penilaian user fee yang optimal. User fee merupakan bentuk pungutan sebagai kompensasi dari pada pelaku usaha yang telah melakukan pemanfaatan sumberdaya ikan. Nilai user fee

dapat dijadikan sebagai salah satu sumber dana dalam pengelolaan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali.

Tahap selanjutnya melakukan pembahasan mengenai alternatif kebijakan yang dapat dilakukan dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan lemuru yang optimal. Alternatif kebijakan yang disusun berdasarkan dari hasil analisis bionomi dan nilai user fee optimal dalam pengelolaan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali. Kerangka pemikiran penelitian sebagaimana terlihat pada Gambar 2.

Dokumen terkait