• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR DAN PASCAKONFLIK

Dalam dokumen Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010 2014 (Halaman 185-188)

P

emihakan terhadap upaya pembangunan di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonlik direleksikan dalam program aksi yang disusun dengan pendekatan kewilayahan, sehingga penanganannya memerlukan dukungan lintas bidang disertai sinergi kebijakan dan program serta koordinasi yang efektif. Program aksi ditujukan untuk pengutamaan dan penjaminan pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar serta keberlangsungan kehidupan damai di wilayah pascakonlik, yang dijabarkan ke dalam empat substansi inti yang meliputi: (1) Kebijakan, yaitu pelaksanaan kebijakan khusus dalam bidang infrastruktur dan pendukung kesejahteraan lainnya yang dapat mendorong pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonlik selambat-lambatnya dimulai pada 2011; (2) Kerjasama Internasional, yaitu pembentukan kerja sama dengan negara-negara tetangga dalam rangka pengamanan wilayah dan sumber daya kelautan; (3) Keutuhan Wilayah, yaitu penyelesaian pemetaan wilayah perbatasan RI dengan Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Filipina pada 2010; dan (4) Daerah Tertinggal, yaitu pengentasan daerah tertinggal sedikitnya di 50 kabupaten paling lambat tahun 2014.

Sasaran dan target pembangunan tahun 2011 dirumuskan sebagai berikut: (1) Terlaksananya kebijakan khusus dalam bidang infrastruktur dan pendukung kesejahteraan lainnya yang dapat mendorong pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonlik. Target sasaran ini pada tahun 2011 adalah terumuskannya delapan kebijakan atau program khusus dalam penanganan permasalahan daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonlik di lokasi-lokasi yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014 dengan alokasi anggaran yang memadai pada setiap K/L yang terkait dengan pelaksanaan program aksi; (2) Meningkatnya kerjasama dengan negara-negara tetangga dalam rangka pengamanan wilayah dan sumberdaya kelautan, yang didukung oleh ketersediaan sarana prasarana pengamanan dan pengawasan yang handal. Target sasaran ini pada tahun 2011 adalah: (a) Terselenggaranya kerjasama pengamanan wilayah dan sumber daya kelautan dengan sepuluh negara tetangga yang berbatasan darat dan laut; (b) Terwujudnya perkembangan kualitas dan kuantitas pembinaan wilayah pertahanan; dan (c) Menurunnya aktivitas illegal ishing; (3) Tersusunnya pemetaan wilayah perbatasan RI dengan Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Filipina pada 2010-2014 yang disertai dengan upaya percepatan penyelesaian delimitasi batas pada segmen-segmen batas yang belum disepakati. Target dari sasaran ini pada tahun 2011 adalah: (a) Tersusunnya NLP peta perbatasan dan pulau; (b) Terselenggaranya perundingan perbatasan; dan (4) Meningkatnya rata-rata pertumbuhan ekonomi, menurunnya persentase penduduk miskin, dan meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang ditunjukan dengan capaian IPM di daerah tertinggal dengan target masing-masing pada tahun 2011 adalah 6,4 persen, 17,6 persen, dan 69,6 persen.

B

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 160

Pencapaian substansi inti kebijakan pada tahun 2011 adalah terlaksananya sembilan kebijakan khusus sebagai pendorong pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonlik, antara lain: (1) Terbangunnya permukiman transmigrasi untuk 5.164 KK di 31 kawasan transmigrasi; (2) Tersedianya 50 unit bus perintis, pemberian subsidi operasi 147 rute bus perintis, pembangunan baru dan lanjutan 5 unit kapal penumpang dan perintis, pembangunan baru dan lanjutan 30 unit kapal penyeberangan perintis, pembangunan 8 unit bus air, pengoperasian 76 lintas kapal penyeberangan perintis dalam provinsi dan 8 lintas antarprovinsi, subsidi pelayaran perintis sebanyak 61 trayek di 30 pangkalan perintis, penyelesaian pembangunan 3 unit kapal perintis tipe 1200 GT, penyelesaian pembangunan 1 unit kapal perintis tipe 500 DWT, pembangunan baru 1 unit kapal perintis tipe 500 SWT (multi-years 2011-2012), pembangunan baru 1 unit kapal perintis tipe 750 SWT (multi-years 2011-2012), pembangunan baru 1 unit kapal perintis tipe 1200 SWT (multi-years 2011-2012), pemberian subsidi operasi angkutan udara perintis untuk 96 rute di 15 provinsi; (3) Tersedianya jasa akses layanan kominfo berupa 30.413 Desa Berdering atau 91,7 persen dari target dan 5.706 desa PLIK atau 99,3 persen dari target; (4) Teridentiikasi dan terpetakannya 36 pulau-pulau kecil; (5) Fasilitasi pembangunan infrastruktur di 34 pulau-pulau kecil, termasuk pulau-pulau kecil terluar; (6) Tersusunnya tiga dokumen pengelolaan batas wilayah dan kawasan perbatasan yang meliputi: (a) Desain Besar Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan 2011-2025, (b) Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan 2011-2014, serta (c) Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011 dan 2012; (7) Tersalurkannya subsidi pendidikan bagi 3.807.845 siswa SD/SDLB, 1.532.642 siswa SMP/SMPLB, 647.296 siswa SMA, 137.778 siswa SMK, dan 269.251 mahasiswa; tersalurkannya subsidi pendidikan bagi siswa MI (745.759), MTs (592.015), MA (397.620), MTs (137.778) dan mahasiswa PTA (58.254); tersalurkannya tunjangan khusus bagi 46.896 orang tenaga pendidik dan tenaga kependidikan sekolah di daerah terpencil; tersalurkannya tunjangan khusus bagi 3.026 orang tenaga pendidik dan tenaga kependidikan madrasah di daerah terpencil; dan (8) Terbangunnya 83 puskesmas perawatan di perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar berpenduduk; terlaksananya pelayanan kesehatan rujukan di 14 RS bergerak di DTPK, tersedianya tenaga kesehatan sebanyak 1.376 orang yang didayagunakan di DTPK, tersedianya 433 residen senior yang didayagunakan di DTPK, terlaksananya pembinaan kesehatan haji sesuai standar sebanyak 50 persen dari seluruh kabupaten/kota; (9) Tersusunnya Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat melalui Perpres Nomor 65 Tahun 2011 dan

Papua Barat melalui Perpres Nomor 66 Tahun 2011. Capaian tersebut merupakan kebijakan baru di luar target yang telah ditetapkan, mengingat dalam pelaksanaan Inpres Nomor 5 Tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat, dinilai kurang optimal dalam mendorong sinkronisasi antar program dan berbagai sumber pendanaan, sehingga program yang dijalankan belum berdampak signiikan terhadap peningkatan kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat. Oleh karena itu, Presiden RI memberi arahan mengenai perlunya percepatan pembangunan melalui airmative action khususnya di Provinsi Papua dan Papua Barat yang diwujudkan melalui penyusunan Perpres Nomor 65 dan 66 Tahun 2011.

Capaian dalam pembentukan kerja sama dengan negara-negara tetangga dalam rangka pengamanan wilayah dan sumber daya kelautan pada tahun 2011 adalah: (1) Tersedianya sarana dan prasarana perbatasan sebanyak 206 pos pertahanan dari total kebutuhan minimal sebanyak 396 pos pertahanan (tidak melakukan pembangunan); (2) Terlaksananya penggelaran satuan TNI di pos-pos penjagaan di wilayah perbatasan RI-Malaysia, RI-Filipina, RI-Timor Leste, dan RI-Papua Nugini; Terlaksananya Operasi Bakti TNI secara terpilih di wilayah perbatasan melalui TMMD; (3) Pengamanan sumber daya kelautan melalui operasi mandiri, patroli terkoordinasi Ausindo dan Malindo (dengan Australia dan Malaysia), operasi bersama dengan Bakorkamla; penangkapan 104 unit kapal perikanan yang melakukan tindak pelanggaran bidang perikanan; (4) Terlaksananya pengawasan di 3 WPP Bagian Barat dan 6 WPP di Bagian Timur.

Sedangkan hasil-hasil yang dicapai pada substansi inti keutuhan wilayah melalui penyelesaian pemetaan wilayah perbatasan RI pada tahun 2011 adalah: (1) Tersusunnya: (a) Peta Batas Wilayah Negara (Joint Mapping) Koridor Perbatasan Darat RI-PNG, RI-Malaysia skala 1:50.000 sebanyak 12 NLP, dan (b) Pemetaan Kawasan Perbatasan Darat RI-PNG, RI-Malaysia, dan RI-RDTL Skala 1:50.000 serta Skala 1:25.000 sebanyak 89 NLP; (2) Terlaksananya 6 perundingan, 3 kali perundingan teknis batas darat, 3 kali perundingan teknis batas maritim, tersusunnya 2 dokumen kajian, 1 kajian LKI lebih besar 200 NM dan 1 dokumen pengkajian serta pemetaan batas negara dan geopolitik; (3) Tersusunnya 94 wilayah penataan batas provinsi/kabupaten/kota; (4) Tersusunnya 40 Border Sign Post RI-RDTL; (5) Tersusunnya 77 pilar, terdiri dari 12 pilar batas RI-Malaysia, 5 pilar batas RI-PNG, 60 pilar batas RI-RDTL; (6) Tersusunnya 255 NLP basis data batas wilayah; (7) Tersedianya data hasil inventarisasi WP3WT sebanyak 194 satuan pekerjaan (SP); (8) Terlaksananya penyusunan kebijakan inventarisasi WP3WT sebanyak 1 paket; (9) Terlaksananya 29 kali perundingan yang terdiri dari 5 kali perundingan antara RI-RDTL, 17 kali

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 161 perundingan antara RI-Malaysia, 3 kali perundingan

antara RI-PNG; 2 kali perundingan antara RI-Filipina, 1 kali perundingan antara RI-Singapura, dan 1 kali perundingan antara RI-Vietnam.

Capaian substansi inti daerah tertinggal mengenai pengentasan daerah tertinggal di sedikitnya 50 kabupaten paling lambat 2014, pada tahun 2011 dihitung berdasarkan proyeksi dengan menggunakan data aktual sampai dengan tahun 2010, yaitu: (1) Perkiraan pertumbuhan ekonomi daerah tertinggal tahun 2011 sebesar 5,68 persen. Hal tersebut berbeda dengan target tahun 2011 yaitu 6,4 persen dikarenakan dampak dari krisis ekonomi global yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah tertinggal, (2) Perkiraan persentase penduduk miskin di daerah tertinggal tahun 2011 sebesar 19,46 persen. Hal tersebut berbeda dengan target tahun 2011 yaitu 17,6 persen, dan (3) Perkiraan peningkatan IPM di daerah tertinggal tahun 2011 sebesar 66,57. Hal tersebut berbeda dengan target tahun 2011 yaitu 69,6 dikarenakan masih minimnya ketersediaan pelayanan dan akses terhadap pelayanan dasar. Diperlukan pemihakan yang lebih besar terhadap daerah tertinggal agar dapat mencapai target pembangunan daerah tertinggal tahun 2014 sesuai dengan RPJMN 2010-2014.

Permasalahan

Permasalahan yang terkait dengan pencapaian sasaran dan target Prioritas Nasional 10, antara lain: (1) Belum optimalnya perumusan dan pelaksanaan kebijakan dan program khusus serta alokasi pendanaan yang belum sesuai dengan kebutuhan spesiik daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonlik di lokasi-lokasi yang sudah ditetapkan; (2) Belum idealnya jumlah dan kualitas sarana prasarana pengamanan dan pengawasan yang tersedia untuk menyelenggarakan upaya pengamanan wilayah dan sumber daya kelautan secara intensif termasuk untuk mendukung pengamanan melalui kerjasama dengan negara tetangga; (3) Belum optimalnya koordinasi antar instansi dalam penyediaan dan pemanfaatan peta batas wilayah dan kawasan perbatasan; (4) Belum optimalnya pencapaian pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di daerah tertinggal karena dihadapkan pada beberapa kendala antara lain belum optimalnya pengelolaan potensi sumber daya lokal, belum optimalnya tindakan airmatif kepada daerah tertinggal, masih lemahnya koordinasi antar pelaku pembangunan, dan terbatasnya sarana dan

prasarana dasar wilayah; dan (5) Terkait dengan inventarisasi WP3WT, permasalahan yang dihadapi adalah cakupan wilayah untuk kegiatan inventarisasi berbeda luasnya antara satu daerah dengan daerah lain tapi jumlah anggaran yang disediakan sama untuk setiap daerah.

Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut pelaksanaan Program Aksi Prioritas Nasional 10, antara lain: (1) Meningkatkan kualitas perumusan kebijakan dan program khusus untuk menuntaskan permasalahan daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonlik yang memerlukan intervensi spesiik dalam penanganannya; (2) Meningkatkan sinergitas pelaksanaan kebijakan dan program antarsektor, antardaerah, maupun antara pusat-daerah beserta keberpihakan pendanaan dalam pelaksanaan kebijakan khusus untuk mempercepat pembangunan di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonlik di lokasi-lokasi yang telah ditetapkan; (3) Mempererat kerjasama antarnegara dalam upaya pengamanan wilayah dan pengawasan sumber daya kelautan yang didukung oleh upaya peningkatan ketersediaan sarana prasarana pengamanan dan pengawasan; (4) Meningkatkan koordinasi antarinstansi dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemetaan batas wilayah dan kecamatan perbatasan serta mendorong pemanfaatan hasil pemetaan oleh instansi terkait di pusat dan daerah; (5) Meningkatkan upaya diplomasi batas untuk mempercepat penyelesaian delimitasi batas negara; (6) Memperbaiki skema dan mekanisme perencanaan yang dapat mengoptimalkan kinerja K/L dalam memantau kebijakan sebagaimana arahan RKP dan RPJMN; (7) Meningkatkan koordinasi dan sinergitas antarpelaku pembangunan termasuk fasilitasi kegiatan stimulan di daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonlik melalui optimalisasi peran KPDT dan BNPP, maupun UP4B yang baru terbentuk; (8) Penyusunan target dan sasaran RKP 2013 Prioritas Nasional 10 sejalan dengan Rencana Aksi Pengembangan Kawasan (daerah tertinggal, perbatasan dan P4B) dan Renja K/L secara iteratif; (9) Meningkatkan peran koordinasi dari KPDT, BNPP, dan UP4B untuk mendukung percepatan pembangunan di daerah tertinggal, perbatasan, Papua dan Papua Barat; dan (10) Tersedianya data hasil inventarisasi WP3WT sebanyak 184 SP dan terlaksananya penyusunan kebijakan inventarisasi WP3WT sebanyak 1 paket.

B

Dalam dokumen Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010 2014 (Halaman 185-188)