• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRIORITAS NASIONAL 6: INFRASTRUKTUR

Dalam dokumen Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010 2014 (Halaman 125-143)

P

embangunan infrastruktur nasional berfungsi sebagai daya dukung dan daya gerak terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial. Pembangunan infrastruktur didorong melalui peningkatan partisipasi swasta, masyarakat, dan pemerintah dalam pelayanan dan penyelenggaraan sarana dan prasarana. Pelaksanaan Prioritas Nasional Infrastruktur mencakup beberapa substansi inti: Pengelolaan tanah dan tata ruang, Pembangunan jalan, Perhubungan, Perumahan rakyat, Pengendalian banjir, dan Transportasi perkotaan.

Pencapaian pembangunan infrastruktur tahun 2011 untuk jalan adalah peningkatan kapasitas jalan (pelebaran) dan jembatan sepanjang 3.160 km dan 8.180 m; untuk perumahan rakyat adalah pembangunan 147.723 RSH bersubsidi, 3 tower rusunami, 65 twin block rusunawa yang diperkirakan menyediakan rumah layak huni untuk 214.974 keluarga yang kurang mampu; untuk infrastruktur sumber daya air adalah pembangunan dan rehabilitasi prasarana pengendali banjir sepanjang 463 km dan 77 km yang tersebar di seluruh Indonesia, penyelesaian pekerjaan tambahan pembangunan Kanal Banjir Timur Jakarta dan penyelesaian Waduk Gonggang di Jawa Timur; untuk infrastruktur komunikasi dan informatika adalah pembentukan ICT Fund, beroperasinya akses telekomunikasi di 30.413 desa, PLIK di 5.706 desa ibukota kecamatan sebagai bagian dari program USO.

B

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 100

Gambar 2.6.2. Jumlah km Jalan yang Ditingkatkan Kapasitasnya (pelebaran)

Sumber : Kemen PU, 2011

yang telah memiliki Peraturan Daerah tentang RTRW. Dengan demikian, percepatan penyelesaian RTRW menjadi hal penting yang harus segera diselesaikan dalam mendukung upaya sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan.

Pencapaian substansi inti jalan dan perhubungan, pada tahun 2011 meliputi preservasi jalan sepanjang

36.347 km (Gambar 2.6.2) dan jembatan sepanjang 215.638 m, peningkatan kapasitas jalan (pelebaran) sepanjang 3.160 km dan jembatan sepanjang 8.180 m dan berbagai kemajuan dalam transportasi darat, transportasi di wilayah terpencil dan pedalaman, perkeretaapian, pelabuhan, dan transportasi udara.

Terkait dengan transportasi darat, dalam rangka mengembangkan sistem transportasi massal berbasis bus, telah dilaksanakan program pengembangan BRT di 13 lokasi, yaitu Bogor, Yogyakarta, Pekanbaru, Manado, Palembang, Gorontalo, Batam, Semarang, Bandung, Solo, Tangerang, Provinsi Maluku

dan Bali. Dalam rangka mendukung program transportasi ramah lingkungan telah dilaksanakan pengadaan dan pemasangan converter kit untuk BRT. Untuk mendukung program penyediaan sarana transportasi antarmoda dan antarpulau yang terintegrasi (domestic connectivity) telah dilaksanakan Pemanfaatan Tanah (bidang)

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 101 pembangunan Terminal Tipe A (antarprovinsi) dan

terminal antarlintas batas negara yang tersebar di 5 lokasi dari 15 lokasi yang direncanakan.

Sementara itu, untuk mendukung pelayanan transportasi di wilayah terpencil dan pedalaman telah dicapai: (1) Penetapan 157 trayek angkutan jalan perintis di 25 provinsi (tumbuh 9,8 persen dari tahun 2010), dan penyelesaian pembangunan 17 kapal berupa kapal penyeberangan perintis baru dan kapal kerja, yaitu untuk lintas penyeberangan perintis Padang-Mentawai, Mengkapan-Kampung Balak, Karimun–Selat Belia, Kupang–Ende, Melong–Marampit, Kolonedale-Baturube, Air Nanang-Geser-Gorom-Kasui, Ambon-Ambalau-Wamsisi-Namrole-Leksula, Tobelo-Daruba, Wahai-Waigama, Dobo-Timika, Ancam-Tarakan, Cadangan Kapal Perintis KTI di NTT, Cadangan Kapal Perintis KTI di Maluku dan Papua, Kapal Penyeberangan Sungai di Papua; (2) Penyelesaian pembangunan kapal kerja baru yaitu tug boat/kapal tunda untuk lintas penyeberangan Merak-Bakauheni, dan Kapal Pembersih Alur di Kalimantan Tengah; (3) Penyelesaian Pembangunan 9 Kapal Penyeberangan Perintis Lanjutan, yaitu untuk lintas penyeberangan perintis Labuhan Haji-Sinabang, Tanjung Pinang-Karimun, Dabo-Kuala Tungkal, Tagulandang-Siau-Biaro, Namlea-Sanana, Ilwaki-Kisar-Moa-Lakor, Babang-Obi-Namlea-Sanana, Nabire-Manokwari, Kuala Tungkal-Tanjung-Uban; dan (4) Penyelesaian Pembangunan Breakwater, yaitu di Pelabuhan Penyeberangan Kendal, Lamongan, Waikelo dan Merak.

Untuk mendukung konektivitas nasional, telah dilaksanakan pembangunan 15 unit dermaga penyeberangan baru, 38 unit dermaga penyeberangan lanjutan dan 11 unit dermaga penyeberangan yang telah selesai pembangunannya yang tersebar di 12 lokasi. Disamping itu, pada transportasi laut telah dilaksanakan pembangunan pelabuhan baru sebanyak 18 kegiatan dan pembangunan pelabuhan lanjutan sebanyak 133 pelabuhan, serta terdapat 7 pelabuhan strategis yang telah dibangun, antara lain Pelabuhan Dumai, Pelabuhan Probolinggo, Pelabuhan Kariangau, Pelabuhan Pantoloan, Pelabuhan Bitung, Pelabuhan Ternate dan Pelabuhan Arar-Sorong. Selain itu telah pula dibangun SBNP yang terdiri dari 15 unit menara suar dan 68 unit rambu suar

Capaian pembangunan infrastruktur perkeretaapian pada tahun 2011 adalah: (1) Penataan kawasan jalur KA pada lintas Jakarta Kota-Tanjung Priok dan Tanjung Priok-Pasar Senen; (2) Elektriikasi jalur KA eksisting antara Serpong-Parungpanjang sepanjang 11,7 km; (3) Rehabilitasi dan peningkatan jalur KA sepanjang 292,4 Km’sp dari target sepanjang 310,9 Km’sp; (4) Pembangunan jalur KA baru termasuk Jalur Ganda sepanjang 140,98 Km’sp, diantaranya adalah untuk lintas Cirebon-Kroya antara Prupuk–Patuguran (19,7 Km’sp), lintas Bojonegoro-Surabaya Pasarturi Segmen Lamongan-Duduk (13,9 Km’sp), Lintas Serpong-Maja

(4,05 Km’sp), dan Lintas Serpong-Parungpanjang (11,75 Km’sp); serta (5) Peningkatan kapasitas lintas dan kualitas persinyalan KA lintas Medan-Belawan. Sementara itu, untuk meningkatkan pelayanan pada jalur akses Bandara Soekarno-Hatta, telah diterbitkan Pepres Nomor 83 Tahun 2011 tentang Penugasan PT. KAI untuk Menyelenggarakan Prasarana dan Sarana KA Bandara Soekarno Hatta dan Jalur Lingkar Jakarta-Bogor-Depok-Tanggerang-Bekasi.

Terkait dengan transportasi udara, capaian pada tahun 2011 adalah: (1) Pembangunan dan pengembangan bandar udara strategis, yaitu Bandara Juanda-Surabaya, Bandara Hasanuddin Makassar, Pembangunan Bandara Kuala Namu-Medan Baru, Bandara Samarinda Baru, Bandara Lombok Baru; (2) Beroperasinya Bandara Internasional Lombok pada 1 Oktober 2011, serta pengadaan 459 unit peralatan Fasilitas Keamanan Penerbangan dan rehabilitasi 16 unit peralatan Fasilitas Keamanan Penerbangan (xray baggage dual view, walkthroughmetal detector, pengadaan kendaraan PKP-PK dan lain lain) untuk meningkatkan keselamatan transportasi udara; dan (3) Percepatan pelaksanaan pembangunan bandara baru di 24 lokasi, antara lain Bandara Muara Bungo-Jambi, Muara Teweh Baru-Kalteng, Morowali-Sulteng, Tojo Una Una-Sulteng, Bone-Sulsel, Saumlaki Baru-Maluku, Tual Baru (Ibra)-Baru-Maluku, Surabaya II (Mbay), Miangas-Sulawesi Utara, Tebelian-Kalimantan Barat, Moa-Maluku, Werur-Papua Barat, Kufar-Seram Bagian Timur, Namniwel-Maluku, Waisai Raja Ampat-Papua Barat, Enggano-Bengkulu, Sumarorong Tahap II-Mamasa, Sinak Baru-Papua, Waghete Baru-Papua, Kamanap Baru-Papua, Purukcahu-Kalimantan Barat, Pekonserai-Lampung Barat, Bawean-Jawa Timur, dan Buntu Kunik-Sulsel.

Substansi inti perumahan rakyat meliputi penyediaan tempat tinggal dan lingkungan layak huni, khususnya untuk MBR, yang terdiri dari pembangunan rumah baru dan peningkatan kualitas perumahan. Penyediaan rumah baru dilakukan melalui RSH, rusunami, rusunawa dan perumahan swadaya. Sementara itu, peningkatan kualitas perumahan dilakukan melalui peningkatan kualitas perumahan swadaya dan penyediaan PSU. Selain itu Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan turut meningkatkan aksesibilitas perumahan bagi MBR melalui penyediaan fasilitas likuiditas untuk KPR Sejahtera. Cakupan penyediaan rumah layak huni yang menjadi substansi inti perumahan rakyat terdiri dari pembangunan RSH bersubsidi, rusunawa dan rusunami. Sepanjang tahun 2011 telah terbangun 147.723 RSH bersubsidi, 3 tower rusunami, 65 twin block rusunawa yang diperkirakan menyediakan rumah layak huni untuk 67.257 keluarga yang kurang mampu, baik yang dilakukan oleh Pemerintah, maupun melalui peran serta sektor swasta dan

B

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 102

terkait perumahan yaitu Program Pembangunan Rumah Murah dan Sangat Murah (Kluster 4) dan Penanganan Rumah Bagi Warga Baru di Perbatasan NTT-Timor Leste. Capaian pelaksanaan Instruksi Presiden pada tahun 2011 adalah 53.141 unit rumah sangat murah, dan 7.120 unit rumah bagi warga baru di perbatasan NTT-Timor Leste.

Berkaitan dengan pencapaian substansi inti pengendalian banjir khususnya di Jakarta dan DAS Bengawan Solo sepanjang tahun 2011 antara lain: (1) Penyelesaian pekerjaan tambahan Kanal Banjir Timur Jakarta (Paket 30 dan 31); dan (2) Penyelesaian Waduk Gonggang di Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur yang merupakan satu dari rencana pembangunan tujuh buah waduk di WS Bengawan Solo. Selain itu, dalam rangka mengamankan kawasan lainnya telah dibangun 463 km dan direhabilitasi 77 km prasarana pengendali banjir yang tersebar di seluruh Indonesia untuk mengamankan kawasan seluas 19,5 ribu hektar. Dalam rangka pengamanan terhadap bahaya banjir lahar/sedimen telah dibangun 43 buah dan direhabilitasi 18 buah pengendali sedimen/lahar untuk mengamankan kawasan seluas 130 hektar. Pencapaian substansi inti komunikasi dan informatika mencakup penuntasan pembangunan jaringan serat optik di Indonesia bagian timur sebelum 2013 dan maksimalisasi tersedianya akses komunikasi data dan suara bagi seluruh rakyat yang direalisasikan dalam bentuk: (1) Pembangunan infrastruktur broadband (backbone dan ekstensi) melalui proyek Palapa Ring; (2) Pembentukan ICT Fund sebagai salah satu sumber pembiayaan proyek Palapa Ring; dan (3) Penyediaan jasa akses telekomunikasi (Desa Berdering) dan internet PLIK melalui proyek USO.

Dalam hal penyediaan infrastruktur broadband di 88 persen ibukota kabupaten/kota, melalui proyek Palapa Ring, PT Telkom berkomitmen akan membangun jaringan broadband di 422 ibukota kabupaten/kota (85 persen dari total kabupaten/kota) hingga tahun 2014 dengan dana perusahaan. Adapun 75 ibukota kabupaten/kota lainnya (15 persen dari total kabupaten/kota) yang terdapat di wilayah non komersial akan dibangun oleh Pemerintah dengan memanfaatkan ICT Fund. Jangkauan infrastruktur broadband sudah mencapai 311 ibukota kabupaten/ kota (63 persen) pada tahun 2010 dan diperkirakan akan bertambah ke 17 ibukota kabupaten/kota lainnya pada tahun 2011 sehingga jangkauan layanan broadband akan mencapai 328 ibukota kabupaten/kota (66 persen). Capaian utama terkait pembangunan infrastruktur broadband sepanjang tahun 2011 adalah: (1) Kesepakatan demarkasi rute pembangunan yang akan dibangun oleh PT Telkom dan Pemerintah; (2) Penentuan dukungan pemerintah berbentuk iskal inansial untuk proyek Palapa Ring; (3) Perluasan tugas pokok dan fungsi

persetujuan dukungan pemerintah berbentuk iskal inansial kepada Menteri Keuangan sesuai dengan Perpres Nomor 56 Tahun 2011 pasal 17A ayat (4); dan (5) Penerbitan Permen Kominfo Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pemanfaatan Pembiayaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT Fund) yang di antaranya mengatur ruang lingkup pemanfaatan ICT Fund. Hingga akhir tahun 2011 pemanfaatan ICT Fund sebagai dukungan pemerintah untuk proyek Palapa Ring belum terlaksana karena masih menunggu persetujuan dari Kementerian Keuangan.

Terkait dengan pelaksanaan Program USO, pada tahun 2010 penyediaan jasa akses telekomunikasi (Desa Dering) telah mencapai 27.670 desa atau 83,4 persen, sedangkan pada tahun 2011, telah mencapai 30.413 desa atau 91,7 persen dari target 33.184 desa dengan rincian 22 provinsi sudah mencapai 100 persen dan 11 provinsi lainnya bervariasi antara 45-99 persen. Kesebelas provinsi yang belum memenuhi target tersebut berada di Sulawesi (baru mencapai 71 persen), Maluku (64,2 persen), dan Papua (56,3 persen). Adapun penyediaan jasa akses internet (PLIK) pada tahun 2010 telah mencapai 4.269 desa ibukota kecamatan atau 74,3 persen. Pada tahun 2011 PLIK telah mencapai 5.706 desa ibukota kecamatan atau 99,3 persen dari target 5.748 desa dengan rincian 31 provinsi sudah mencapai 100 persen dan dua provinsi lainnya yaitu Jawa Tengah dan DI Yogyakarta masing-masing mencapai 92 persen dan 96 persen. Pencapaian tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.6.3. Pencapaian pengembangan investasi infrastruktur melalui skema kerjasama pemerintah dan swasta sampai dengan tahun 2011: (1) Telah dioperasikannya jalan tol sepanjang 57,64 km yaitu jalan tol JORR W1, Kanci-Pejagan dan Semarang-Solo Seksi 1 (Semarang-Ungaran) dan Surabaya-Mojokerto Seksi 1A-1 sepanjang 1,89 km; (2) 3 proyek KPS air minum dalam proses transaksi: air minum Umbulan, air minum Maros, dan air minum Bandar Lampung; (3) 1 proyek KPS air minum dalam persiapan transaksi yaitu air minum Bali Selatan; dan (4) Sedang dilakukannya penyiapan studi kelayakan proyek KPS, antara lain: (a) 1 terminal kargo di Pekanbaru dan 2 terminal multimoda di Palembang dan Bandung, (b) 2 kereta api yaitu kereta api batubara di Kalimantan Tengah dan kereta api Bandara Soekarno Hatta-Manggarai, (c) 1 proyek KPS transportasi laut yaitu terminal cruise Tanah Ampo, Bali (penyiapan studi dan persiapan transaksi), (d) 1 proyek KPS transportasi udara yaitu Bandara Kertajati, dan (e) 7 proyek KPS air minum dalam penyiapan studi kelayakan: air minum DKI Jakarta-Bekasi-Karawang (Jatiluhur), air minum Padang, air minum Pekanbaru Selatan, air minum Bekasi Utara, air minum Semarang Barat, air minum Lamongan, dan air minum Palu.

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 103 Gambar 2.6.3. Diagram Pencapaian Desa Dering dan PLIK 2010 dan 2011

Sumber : Kemenkominfo, 2011

Permasalahan

Permasalahan dalam pengelolaan pertanahan adalah belum jelasnya batas kawasan hutan dan non hutan di beberapa provinsi. Sementara itu, dalam penyelenggaraan penataan ruang, belum selesainya RTRW untuk seluruh provinsi/kabupaten/kota disebabkan oleh: (1) Masih adanya permasalahan alih fungsi kawasan hutan yang belum selesai; (2) Terbatasnya kualitas SDM bidang penataan ruang; (3) Masih kurangnya data, informasi dan pedoman bidang penataan ruang di daerah; (4) Masih kurangnya pembinaan teknis bidang penataan ruang; dan (5) Prosedur penetapan Perda RTRW yang tidak sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah, dalam hal ini DPRD juga sangat berperan.

Permasalahan dalam pencapaian pembangunan transportasi diantaranya: (1) Berlarutnya permasalahan pengadaan lahan untuk pembangunan infrastruktur transportasi sehingga menghambat percepatan penyelesaiaan pekerjaan; (2) Masih rendahnya tingkat keselamatan pelayanan jasa transportasi; (3) Menurunnya kualitas dan kapasitas infrastruktur transportasi di pusat-pusat kegiatan nasional serta di wilayah terpencil, pedalaman dan perbatasan sehingga mengakibatkan rendahnya daya saing dan meningkatnya biaya logistik; (4) Kurang optimalnya peran swasta, masyarakat dan pemerintah daerah dalam penyediaan infrastruktur transportasi; serta (5) Tingginya tingkat kemacetan transportasi khususnya di wilayah perkotaan.

Sementara itu, permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan rumah layak huni pada tahun 2011 antara lain: (1) Terbatasnya akses masyarakat berpenghasilan rendah terhadap penguasaan dan legalitas lahan; (2) Terbatasnya akses masyarakat terhadap pembiayaan perumahan; (3) Belum optimalnya dan tersedianya kelembagaan penyelenggaraan pembangunan

perumahan dan permukiman; (4) Belum mantapnya pasar primer dan pembiayaan sekunder perumahan; (5) Masih rendah eisiensi dalam pembangunan perumahan; serta (6) Belum optimalnya pemanfataan sumber daya perumahan dan permukiman. Khusus terkait dengan pembangunan RSH, rusunawa dan rusunami, permasalahan pencapaian target didominasi dengan kesiapan lahan, perijinan dan infrastruktur pendukung seperti listrik, air minum, sanitasi dan moda transportasi. Hal ini menyebabkan belum optimalnya pemanfaatan rusunawa yang telah terbangun.

Terkait dengan pengendalian banjir, permasalahan utamanya masih dihadapkan pada kendala lahan. Kanal Banjir Timur Jakarta, yang telah mulai beroperasi sejak akhir TA 2010, masih menyisakan pekerjaan tambahan yaitu belum sesuainya lebar penampang basah saluran di beberapa tempat karena terkendala pembebasan tanah yang masih berlarut-larut. Selain itu belum diperolehnya izin penggunaan kawasan hutan juga menyebabkan tertundanya pelaksanaan konstruksi isik Waduk Bendo di Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur yang rencananya sudah dapat dimulai pada tahun 2011.

Berikutnya, permasalahan pada pembangunan komunikasi dan informatika adalah pada rencana penggunaan sebagian dana ICT Fund oleh Kemenkominfo untuk proyek Palapa Ring sebagai dukungan pemerintah berbentuk iskal inansial yang masih menunggu persetujuan Kemenkeu. Hingga akhir tahun 2011, rencana tersebut belum dapat direalisasikan karena belum selesainya penyusunan regulasi tentang mekanisme pemberian dukungan pemerintah dalam bentuk iskal inansial, khususnya mengenai pemanfaatan dana yang sudah tersedia, tidak seperti rancangan awal yang menggunakan dana on top.

B

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 104

keterlambatan penyelesaian Desa Berdering di sebelas provinsi di Sulawesi, Maluku dan Papua disebabkan oleh adanya perselisihan antara penyedia jasa akses dan kontraktor. Adapun implementasi PLIK tidak menghadapi permasalahan berarti, mengingat capaian yang sudah melebihi target.

Tindak Lanjut

Tindak lanjut yang dilakukan dalam pengelolaan tanah dan tata ruang adalah menargetkan 100 kabupaten/kota pada tahun 2012 untuk indikator neraca penatagunaan tanah dan 353.015 bidang tanah untuk indikator inventarisasi P4T. Terkait dengan amanat UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, maka pada tahun 2012 akan disusun Perpres mengenai penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Sementara itu, dalam rangka percepatan penyelesaian RTRW, akan dilakukan: (1) Sosialisasi peraturan dan pedoman bidang penataan ruang ke daerah; (2) Bimbingan teknis penataan ruang untuk meningkatkan kualitas SDM; (3) Penyelenggaraan klinik percepatan penyelesaian RTRW di tingkat provinsi/kabupaten/kota; dan (4) Terobosan bidang hukum terkait alih fungsi kawasan hutan melalui implementasi holding zone, sesuai amanat PP Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Kemudian, dalam upaya sinkronisasi rencana pembangunan dan rencana tata ruang akan dilakukan penyusunan panduan sinkronisasi, sosialisasi panduan sinkronisasi dan pendampingan dalam melakukan sinkronisasi dengan target utama Pemerintah Provinsi.

Pada pembangunan transportasi, tindak lanjut yang dilakukan antara lain percepatan pembangunan sarana dan prasarana transportasi untuk mengurangi kesenjangan permintaan dan penawaran, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sektor rill, serta untuk mengurangi disparitas antarkawasan. Di samping itu, juga terus dilakukan upaya meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan dalam kondisi yang terbatas, termasuk mempertahankan dan meningkatkan keselamatan pengguna jasa transportasi. Dalam rangka keterjangkauan seluruh masyarakat untuk memanfaatkan jasa transportasi, perlu dikaji ulang untuk optimalisasi kebijakan subsidi dan PSO, terutama untuk angkutan kelas ekonomi, baik angkutan jalan, angkutan KA, angkutan laut, maupun angkutan udara. Sementara itu, upaya yang diperlukan untuk melanjutkan reformasi, restrukturisasi, dan pemantapan desentralisasi

jaringan pelayanan transportasi secara antarmoda dan intermoda; (2) Peningkatan iklim kompetisi secara sehat agar dapat meningkatkan eisiensi dan memberikan alternatif bagi pengguna jasa dengan tetap mempertahankan keberpihakan pemerintah sebagai regulator terhadap pelayanan umum yang terjangkau oleh masyarakat; (3) Penyusunan SPM dan pelaksanaan desentralisasi sektor transportasi; dan (4) Peningkatan kelembagaan, SDM dan teknologi untuk peningkatan daya saing produk lokal/dalam negeri di sektor transportasi.

Terkait dengan penyediaan rumah layak huni, tindak lanjut yang dilakukan adalah optimasi pemanfaatan rusunawa, peningkatan pembangunan rumah, peningkatan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, deregulasi/regulasi peraturan terkait pembangunan perumahan, serta peningkatan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan perumahan.

Dalam rangka penanganan secara terpadu DAS Bengawan Solo pada tahun 2012 ditargetkan beberapa kegiatan antara lain: (1) Pembangunan konstruksi isik Waduk Bendo di Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur; dan (2) Penyelesaian pembangunan Bojonegoro Barrage yang juga berfungsi sebagai penyedia air baku untuk keperluan rumah tangga, perkotaan dan Industri di hilir Bengawan Solo.

Terkait dengan pembangunan infrastruktur broadband, Pemerintah melalui Kementerian Kominfo dan Tim Kerja Konektivitas Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia akan memantau pelaksanaan komitmen PT Telkom untuk membangun hingga 85 persen ibukota kabupaten/ kota hingga tahun 2014. Bersamaan dengan itu, Kementerian Keuangan juga diminta untuk segera memberikan kepastian atas usulan pemanfaatan ICT Fund berbentuk Dukungan Pemerintah iskal inansial untuk proyek Palapa Ring sehingga pembangunan infrastruktur broadband di 15 persen ibukota kabupaten/kota lainnya dapat segera berjalan. Terkait dengan pelaksanaan program USO khususnya Desa Berdering, penyedia jasa akses sudah menyatakan komitmen untuk menyelesaikan seluruh target pekerjaan, dengan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh Kementerian Kominfo. Selain itu, untuk meningkatkan kualitas pemanfaatan akses Desa Berdering dan PLIK yang sudah disediakan, Kementerian Kominfo bekerjasama dengan kementerian/lembaga dan pemerintah daerah pengguna jasa terutama dalam hal penyediaan content.

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014

105

Tabel 2.6.1. Pencapaian Pembangunan Prioritas Nasional 6:

Infrastruktur, Tahun 2011

No. RPJMN 2010-2014 CAPAIAN

2010

CAPAIAN

2011 PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

SUBSTANSI INTI SASARAN INDIKATOR K/L TARGET 2011 TARGET 2012 1. TANAH DAN TATA

RUANG: Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan tata ruang secara terpadu Terlaksananya pengaturan dan penataan penguasaan dan pemilikan tanah, serta pemanfaatan dan penggunaan tanah secara optimal. Neraca Penatagunaan Tanah di daerah

BPN 100 kab/kota 100 kab/kota 100 kab/kota 99 kab/kota Belum jelasnya batas kawasan hutan dan non hutan di lapangan.

 Melanjutkan penatagunaan tanah pada 100 kabupaten/ kota;  Inventarisasi P4T dengan target 353.015 bidang tanah;  Penyusunan Perpres mengenai penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Terlaksananya pengaturan dan penataan penguasaan dan pemilikan tanah, serta pemanfaatan dan penggunaan tanah secara optimal.

Inventarisasi P4T BPN 335.655 bidang 353.015 bidang 317.154 bidang 280.244 bidang Terlaksananya pengembangan peraturan perundang-undangan bidang pertanahan dan Hubungan Masyarakat Tersusunnya peraturan perundang-undangan pengadaan tanah untuk kepentingan umum

BPN 1 paket 1 paket 1 paket 1 paket

Serasinya rencana tata ruang dengan rencana pembangunan

Jumlah rencana tata ruang yang telah disinkronkan program pembangunannya

Kemen PU 33 Provinsi 32 Provinsi 33 Provinsi 33 Provinsi Belum selesainya RTRW untuk seluruh daerah:

 Masih adanya permasalahan alih fungsi kawasan hutan yang belum selesai;

 Terbatasnya kualitas SDM

Belum selesainya RTRW:

 Sosialisasi peraturan dan pedoman bidang penataan ruang ke daerah;

 Bimbingan teknis penataan ruang untuk meningkatkan kualitas SDM;

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014

No.

2010 2011 PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

SUBSTANSI INTI SASARAN INDIKATOR K/L TARGET 2011 TARGET 2012

bidang penataan ruang

 Masih kurangnya data, informasi dan pedoman bidang penataan ruang di daerah;

 Masih kurangnya pembinaan teknis bidang penataan ruang; dan

 Prosedur penetapan Perda RTRW yang tidak sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah, dalam hal ini DPRD juga sangat berperan

 Klinik percepatan penyelesaian RTRW di tingkat provinsi/ kabupaten/kota;

 Terobosan bidang hukum terkait alih fungsi kawasan hutan melalui

implementasi holding zone, sesuai amanat PP 15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Sinkronisasi rencana pembangunan dan rencana tata ruang:  Penyusunan panduan sinkronisasi,  Sosialisasi panduan sinkronisasi dan  Pendampingan dalam melakukan sinkronisasi dengan target utama Pemerintah Provinsi. Tersusunnya kebijakan pemetaan dasar rupabumi dan meningkatnya jumlah cakupan peta rupabumi Indonesia 1. Jumlah NLP Peta Rupabumi skala 1:10.000 (Sumatera dan selatan Jawa) 2. Jumlah NLP Peta Rupabumi skala 1:50.000 wilayah gap 3. Jumlah NLP Peta Rupabumi skala 1:250.000 wilayah gap Bakosur tanal 1. 226 2. 631 3. 10 1. 118 2. 201 3. 20 1. 90 2. 160 3. 0 1. 72 2. 175 3. 50  Perijinan pemotretan (security clearence) dan penugasan security oicer

untuk data acquisition

untuk skala 1:50.000;

 Pemberian ijin diberikan secara parsial (per wilayah) sehingga mengurangi efektiitas pengambilan data

Koordinasi dengan 11 instansi

Dalam dokumen Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010 2014 (Halaman 125-143)