• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRIORITAS NASIONAL 3: KESEHATAN

P

embangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Untuk itu, berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat Indonesia antara lain peningkatan akses upaya kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat; penyediaan sumber daya kesehatan; pemberdayaan peran aktif masyarakat dalam upaya pembangunan kesehatan; penyediaan jaminan kesehatan; penyediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan; serta pengembangan manajemen dan informasi kesehatan. Status kesehatan dan gizi masyarakat terus menunjukkan kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya UHH menjadi 71,1 tahun (2011), menurunnya AKI menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (2007), menurunnya AKB menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup (2007), menurunnya prevalensi kekurangan gizi menjadi 17,9 persen (2010), dan menurunnya prevalensi anak balita yang pendek menjadi 35,6 persen (2010).

Selanjutnya, upaya pengendalian kuantitas penduduk yang dilaksanakan melalui Program KB berkontribusi signiikan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Upaya ini menjadi sangat penting mengingat jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah akan menjadi beban pembangunan, sebaliknya penduduk besar dengan kualitas baik akan menjadi modal pembangunan. Melalui pembentukan keluarga kecil, diharapkan setiap keluarga dapat merencanakan kehidupannya menjadi lebih berkualitas dan sejahtera sehingga kebutuhan sosial dasar seperti kesehatan dapat terpenuhi. Hasil SP 2010 menunjukkan bahwa dalam periode 10 tahun (2000–2010), LPP Indonesia meningkat dari 1,45 persen menjadi 1,49 persen, dan secara absolut jumlah penduduk meningkat sebanyak 32,5 juta jiwa, yaitu dari 205,8 juta jiwa pada tahun 2000 berdasarkan SP 2000 menjadi 237,6 juta jiwa pada tahun 2010 berdasarkan SP 2010. Untuk itu, Keluarga Berencana menjadi salah satu substansi inti dalam Prioritas Nasional Kesehatan. Adapun substansi inti lainnya adalah Kesehatan Masyarakat, Sarana Kesehatan, Obat, Asuransi Kesehatan Nasional, dan Pengendalian Penyakit Menular.

B

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 46

77,34 persen (2009) menjadi 82,2 persen (2010). Namun demikian, disparitas cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih cukup lebar. Berdasarkan data Riskesdas 2010, secara umum cakupan pelayanan pada kawasan Indonesia bagian Timur lebih rendah jika dibandingkan dengan kawasan Indonesia bagian Barat. Capaian tertinggi 98,6 persen di Provinsi DI Yogyakarta diikuti Provinsi Bali, Kepulauan Riau, dan DKI Jakarta, sementara capaian terendah 26,6 persen di Provinsi Maluku Utara (Gambar 2.3.1.). Selain itu, pelayanan antenatal

juga penting untuk memastikan kesehatan ibu selama kehamilan dan menjamin ibu melakukan persalinan ditolong tenaga kesehatan. Kunjungan ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal pada trimester pertama kehamilan (K1) berdasarkan Riskesdas 2010 mencapai 72,3 persen, lebih tinggi dari kunjungan keempat yaitu 61,4 persen. Walaupun cakupan pelayanan antenatal cukup tinggi, namun kualitas pelayanan untuk memastikan diagnosis dini dan perawatan yang tepat bagi ibu hamil masih perlu terus ditingkatkan.

Selanjutnya, upaya untuk mencapai target penurunan kematian bayi menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2014 juga terus dilakukan melalui perbaikan status kesehatan anak. Berdasarkan Riskesdas Tahun 2010, cakupan imunisasi lengkap pada anak usia 12-23 bulan secara nasional terus meningkat mencapai 53,8 persen dan yang mendapat imunisasi campak 74,4 persen. Namun demikian, masih terjadi kesenjangan capaian yang cukup lebar antara kota dan desa dan antarkelompok sosial ekonomi (Gambar 2.3.2.). Sementara itu, kunjungan ke pelayanan kesehatan pada saat bayi berumur 6-48 jam (kunjungan neonatal pertama/KN1) mencapai 71,4 persen. Cakupan pelayanan kesehatan bayi sesuai dengan data dari Kementerian Kesehatan tahun 2011 mencapai 85,16 persen dan cakupan pelayanan kesehatan balita mencapai 80,95 persen. Sedangkan, perbaikan gizi terutama pada balita juga terus dilakukan untuk mendukung upaya peningkatan kesehatan anak. Data Riskesdas menunjukkan bahwa prevalensi kekurangan gizi pada anak balita menurun dari 18,4 persen (2007) menjadi 17,9 persen (2010), yang terdiri dari gizi kurang 13,0 persen dan gizi buruk 4,9 persen. Kemajuan juga terjadi pada upaya penurunan kekurangan gizi kronis yang diukur dengan prevalensi anak balita yang

pendek menurun dari 36,8 persen (2007) menjadi 35,6 persen (2010). Upaya perbaikan gizi tersebut disertai dengan peningkatan promosi kesehatan di tingkat keluarga untuk pemberian ASI eksklusif dan makanan pelengkap yang sesuai, suplementasi vitamin A, pemantauan pertumbuhan balita secara rutin, dan penanganan balita sakit.

Dalam kaitan upaya pengendalian penyakit menular yang difokuskan pada penyakit HIV dan AIDS, TB, dan malaria, berbagai upaya telah dilakukan baik dalam aspek yang bersifat preventif dan promotif maupun aspek yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Sampai dengan tahun 2011, prevalensi TB mencapai 289 per 100.000 penduduk sedangkan persentase kasus baru TB Paru (BTA positif ) yang ditemukan dan yang disembuhkan masing-masing 75,26 persen dan 86,22 persen. Sementara itu, prevalensi HIV pada populasi

Gambar 2.3.2. Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Menurut Karakteristik Sosial

Ekonomi, Tahun 2010

Sumber : Riskesdas, 2010

Kesehatan Terlatih Manurut Provinsi, Tahun 2010

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 47 dewasa terus dikendalikan untuk berada di bawah

0,5 persen, yaitu 0,3 persen. Angka penemuan kasus malaria yang diukur dengan API dapat diturunkan dari 1,96 (2010) menjadi 1,75 (2011) per 1.000 penduduk. Selanjutnya, terkait aspek penyehatan lingkungan berdasarkan Susenas 2010, penyediaan akses air minum dan sanitasi layak masih rendah, yaitu 44,19 persen dan 55,53 persen.

Berkaitan dengan revitalisasi KB, hasil-hasil yang dicapai pada tahun 2011 antara lain adalah meningkatnya angka pemakaian kontrasepsi/CPR yang ditandai dengan meningkatnya jumlah peserta KB, yaitu: (1) Meningkatnya pencapaian jumlah PB dari sasaran sebanyak 7,2 juta menjadi 9,58 juta yang diantaranya terdiri dari jumlah peserta KB baru dari keluarga miskin (keluarga pra-sejahtera/KPS dan keluarga sejahtera I/KS 1) dan rentan lainnya 4,29 juta, jumlah peserta KB baru yang menggunakan MKJP 1,54 juta (16 persen), serta jumlah peserta KB baru pria 773.935 (8,1 persen); dan (2) Meningkatnya pencapaian jumlah PA dari sasaran 27,5 juta menjadi 34,87 juta yang diantaranya terdiri dari peserta KB aktif dari keluarga miskin (KPS dan KS 1) dan rentan lainnya menjadi 14,6 juta, jumlah peserta KB aktif MKJP menjadi 8,49 juta (24,4 persen), serta jumlah peserta KB aktif pria 1,32 juta (3,7 persen).

Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sebagai salah satu komponen untuk perbaikan upaya kesehatan juga terus ditingkatkan. Jumlah puskesmas pada tahun 2010 mencapai 9.005 puskesmas dengan rasio 3,79 per 100.000 penduduk. Sementara itu sesuai dengan Proil Kesehatan 2010, jumlah rumah sakit pemerintah meningkat menjadi 794 rumah sakit, sedangkan rumah sakit swasta meningkat menjadi 838 rumah sakit dengan rasio TT rumah sakit terhadap penduduk 69,97 TT per 100.000 penduduk. Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan rujukan yang berstandar internasional, pada tahun 2011 telah dilakukan upaya pembinaan serta peningkatan sarana dan prasarana pada dua rumah sakit pemerintah di dua kota, yaitu RS Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RS Sanglah Denpasar yang saat ini dalam proses mendapatkan akreditasi world class.

Dalam rangka meningkatkan keterjangkauan masyarakat terhadap obat, ketersediaan obat dan vaksin di sarana pelayanan kesehatan terus ditingkatkan mencapai 87 persen sesuai dengan data Kementerian Kesehatan 2011. Berbagai upaya yang telah dilakukan mencakup penyediaan jumlah dan jenis obat generik; pemberlakuan daftar DOEN sebagai dasar pengadaan obat; evaluasi dan penilaian terhadap harga obat, khususnya obat generik HET; labelisasi obat generik termasuk pencantuman; peningkatan akses kefarmasian; dan penyuluhan penggunaan obat rasional. Disamping

itu, pengawasan terhadap sarana produksi dan distribusi obat dan makanan terus ditingkatkan. Selanjutnya, dalam rangka perlindungan terhadap risiko inansial akibat masalah kesehatan, pelaksanaan Jamkesmas berhasil mendorong peningkatan cakupan jaminan pembiayaan/asuransi kesehatan. Sampai dengan bulan Juni 2011, cakupan asuransi kesehatan telah mencapai 62,94 persen, terdiri dari asuransi kesehatan pegawai negeri sipil (PNS dan TNI/POLRI) 7,36 persen, Jamsostek 2,05 persen, asuransi perusahan, swasta dan lainnya 7,71 persen, Jamkesmas 32,30 persen, dan 13,52 persen tercakup dalam Jamkesda bagi penduduk miskin. Terkait dengan asuransi kesehatan, pada 2011 DSJN telah melaksanakan serangkaian kegiatan Penataan Kelembagaan Jaminan Sosial Nasional yang meliputi: perumusan kebijakan dan sinkronisasi Perundang-undangan SJSN, pengkajian penyelenggaraan SJSN termasuk di dalamnya kajian terhadap kesiapan pemerintah daerah menuju kepesertaan menyeluruh jaminan kesehatan (universal health coverage); serta monitoring pelaksanaan jaminan sosial dan kegiatan sosialisasi ke daerah.

Permasalahan

Permasalahan utama dalam pencapaian sasaran program kesehatan masyarakat adalah: (1) Masih rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak yang ditandai dengan masih rendahnya persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, masih rendahnya cakupan pelayanan antenatal, masih rendahnya cakupan imunisasi lengkap pada bayi, masih rendahnya cakupan kunjungan neonatal, dan belum optimalnya upaya perbaikan status gizi masyarakat; (2) Belum optimalnya upaya pengendalian penyakit yang ditandai dengan tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular; (3) Masih rendahnya kualitas kesehatan lingkungan, yang ditandai dengan masih rendahnya akses penduduk terhadap air minum dan sanitasi layak; dan (4) Masih terbatasnya jumlah, distribusi dan kualitas tenaga kesehatan, terutama di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan.

Selanjutnya, terkait dengan KB permasalahan yang dihadapi adalah masih rendah dan tidak signiikannya kenaikan pemakaian kontrasepsi, yang ditandai dengan: (1) Rendahnya aksesibilitas dan kualitas pelayanan KB bagi keluarga PUS, terutama PUS yang miskin (KPS dan KS-I); (2) Masih rendahnya pengetahuan PUS mengenai KB dan kesehatan reproduksi; (3) Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap efek samping dan komplikasi dari pemakaian alat dan obat kontrasepsi; (4) Masih tingginya disparitas pemakaian alat kontrasepsi dan kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi,

B

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 48

antarstatus sosial ekonomi; dan (5) Masih terbatasnya kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia pelaksana KB di daerah.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan sarana kesehatan, walaupun secara nasional jumlah fasilitas pelayanan kesehatan terus meningkat namun aksesibilitas masyarakat terutama penduduk miskin di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan masih terbatas, terkait dengan kendala jarak dan waktu untuk mencapai fasilitas pelayanan kesehatan. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah kualitas pelayanan kesehatan yang perlu terus ditingkatkan. Selanjutnya, walaupun ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan terus membaik namun jaminan keamanan, mutu, serta khasiat/manfaat obat dan makanan masih rendah yang ditandai dengan pengawasan obat dan makanan serta kualitas penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang masih belum optimal. Terkait dengan pembiayaan kesehatan, jaminan perlindungan kesehatan untuk seluruh masyarakat masih terbatas, terutama bagi penduduk miskin dan pekerja sektor informal. Permasalahan strategis lainnya adalah walaupun secara nasional status kesehatan dan gizi masyarakat terus membaik namun kesenjangan status kesehatan dan gizi masyarakat antarwilayah dan antartingkat sosial ekonomi masih terjadi.

Tindak Lanjut

Dengan memperhatikan permasalahan di atas, maka rencana tindak lanjut diprioritaskan pada upaya:

1. Pelaksanaan program kesehatan preventif terpadu yang meliputi peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita yang menjamin continuum of care, peningkatan cakupan imunisasi dasar, perbaikan status gizi masyarakat, serta penyediaan akses penduduk terhadap air minum dan sanitasi dasar berkualitas dan perubahan perilaku hygiene dan sanitasi.

2. Revitalisasi program KB yang ditekankan pada: (1) Pembinaan dan peningkatan kesertaan ber-KB melalui: (a) Meningkatkan pembinaan kesertaan dan kemandirian ber-KB melalui 23.500 klinik KB pemerintah dan swasta yaitu dengan memberikan dukungan sarana dan prasarana klinik serta menyediakan alokon dan pelayanan KB gratis bagi PUS miskin; (b) Mendekatkan pelayanan KB

pelayanan mobile secara berkala; (c) Meningkatkan kualitas pelayanan KB melalui pemberian informed choice; dan (d) Meningkatkan kapasitas sumber daya penyelenggara program KB di semua tingkatan; dan (2) Peningkatan Advokasi dan KIE melalui: (a) Peningkatan promosi dan penggerakan masyarakat mengenai pengendalian penduduk dan KB serta kesehatan reproduksi, terutama pada remaja dan PUS miskin; (b) Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terkait pengendalian jumlah penduduk, KB dan kesehatan reproduksi; (c) Peningkatan komitmen dan peran serta rumah sakit, rumah bersalin dan bidan terkait pelaksanaan KB pascapersalinan dan pascakeguguran; dan (d) Menggalang dan memperkuat kemitraan dengan LSM, swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan program kependudukan dan KB.

3. Peningkatan upaya kesehatan yang menjamin terintegrasinya pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier, termasuk peningkatan kualitas layanan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yang memenuhi standar bertaraf internasional.

4. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, p e m e r a t a a n , m u t u , d a n p e n g g u n a a n obat,terutama obat esensial generik.

5. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan, melalui: (1) Penerapan asuransi kesehatan nasional untuk masyarakat miskin dan diperluas secara bertahap; (2) Perluasan cakupan jaminan kesehatan melalui jaminan kesehatan kelas III di rumah sakit; dan (3) Penyediaan pembiayaan Jampersal yang mencakup pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan KB, didukung dengan penyelesaian rancangan perundang-undangan SJSN merujuk pada Undang-Undang BPJS, implementasi transformasi BPJS, dan implementasi kebijakan roadmap kepesertaan menyeluruh jaminan kesehatan.

6. Peningkatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, melalui: (1) Peningkatan kemampuan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko; (2) Penguatan penemuan penderita dan tata laksana kasus; (3) Peningkatan cakupan imunisasi dan sarana distribusi vaksin dalam jumlah cukup di lapangan; dan (4) Peningkatan KIE untuk mendorong gaya hidup sehat.

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014

49

Tabel 2.3.1. Pencapaian Pembangunan Prioritas Nasional 3:

Kesehatan, Tahun 2011

No. RPJMN 2010-2014 CAPAIAN

2010

CAPAIAN

2011 PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

SUBSTANSI INTI SASARAN INDIKATOR K/L TARGET 2011 TARGET 2012 1. KESEHATAN MASYARAKAT Pelaksanaan upaya kesehatan preventif terpadu yang meliputi: penurunan tingkat kematian ibu saat melahirkan dari 228 (2007) menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup (2014); penurunan tingkat kematian bayi dari 34 (2007) menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup (2014); pemberian imunisasi dasar kepada 90% bayi pada tahun 2014 penyediaan akses sumber air bersih yang menjangkau 67% penduduk dan akses terhadap sanitasi dasar berkualitas yang menjangkau 75% penduduk sebelum tahun 2014 Penurunan tingkat kematian ibu saat melahirkan dari 228 (2007) menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup (2014) Angka Kematian Ibu (AKI)

Kemenkes - - 228 a) 228 a)  Masih rendahnya akses

terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak yang ditandai dengan masih rendahnya persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan;

 Masih rendahnya cakupan pelayanan antenatal;

 Masih rendahnya cakupan imunisasi lengkap pada bayi;

 Masih rendahnya cakupan kunjungan neonatal;

 Belum optimalnya upaya perbaikan status gizi masyarakat.

Pelaksanaan program kesehatan preventif terpadu yang meliputi peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita yang menjamin continuum of care, peningkatan cakupan imunisasi dasar, perbaikan status gizi masyarakat. Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (cakupan persalinanoleh tenaga kesehatan (PN)) 86 88 82,2 c) 82,2c) Penurunan tingkat kematian bayi dari 34 (2007) menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup (2014) Angka Kematian Bayi (AKB) Kemenkes - - 34 a) 34 a) Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) 86 88 71,4 c) 71,4c) Pemberian imunisasi dasar kepada 90% bayi pada tahun 2014 Persentase bayi penerima imunisasi dasar Kemenkes 82 85 53,8 c) 53,8c) Penyediaan akses sumber air bersih yang menjangkau 67% penduduk dan akses terhadap sanitasi dasar berkualitas yang menjangkau 75% penduduk sebelum tahun 2014 Persentase jangkauan akses sumber air bersih

Kemen PU 62,5 63 45,1 c) 44,19g) Masih rendahnya kualitas

kesehatan lingkungan, yang ditandai dengan masih rendahnya akses penduduk terhadap air minum dan sanitasi layak.

Penyediaan akses penduduk terhadap air minum dan sanitasi dasar berkualitas dan perubahan perilaku hygiene

dan sanitasi. Persentase jangkauan sanitasi dasar berkualitas 67 69 55,5 c) 55,53g)

Bab 2.3

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014

No.

2010 2011 PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

SUBSTANSI INTI SASARAN INDIKATOR K/L TARGET 2011 TARGET 2012 2. SARANA KESEHATAN Ketersediaan dan peningkatan kualitas layanan rumah sakit berakreditasi internasional di minimal 5 kota besar di Indonesia dengan target 3 kota pada tahun 2012 dan 5 kota pada tahun 2014 Meningkatnya kualitas layanan rumah sakit berakreditasi internasional di minimal 5 kota besar di Indonesia dengan target 3 kota pada tahun 2012 dan 5 kota pada tahun 2014

Jumlah kota yang memiliki rumah sakit berakreditasi internasional *)

Kemenkes 2 kota 3 kota 2 kotaf) 2 kota b)  Aksesibilitas masyarakat

terutama penduduk miskin di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan masih terbatas;

 Kualitas pelayanan kesehatan masih rendah.

Peningkatan upaya kesehatan yang menjamin terintegrasinya pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier, termasuk peningkatan kualitas layanan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yang memenuhi standar bertaraf internasional.

3. OBAT Pemberlakuan Daftar Obat Esensial Nasional sebagai dasar pengadaan obat di seluruh Indonesia dan pembatasan harga obat generik bermerek pada tahun 2010

Diberlakukannya DOEN dan HET dalam pengadaan obat generik

Persentase diberlakukannya DOEN dan HET dalam pengadaan obat di seluruh Indonesia

Kemenkes 100% 100% 100%f) 100% f) Jaminan keamanan, mutu,

serta khasiat/manfaat obat dan makanan masih rendah yang ditandai dengan pengawasan obat dan makanan serta kualitas penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang masih belum optimal.

Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, mutu, dan penggunaan obat,terutama obat esensial generik. 4. ASURANSI KESEHATAN NASIONAL Penerapan Asuransi Kesehatan Nasional untuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100% pada tahun 2011 dan diperluas secara bertahap untuk keluarga Diterapkannya Asuransi Kesehatan Nasional untuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100% pada tahun 2011 dan diperluas secara bertahap untuk keluarga Indonesia lainnya antara tahun 2012-2014 Persentase cakupan keluarga miskin yang memiliki jaminan Kesehatan

Kemenkes 100% 100% 100%f) 100% f) Jaminan perlindungan

kesehatan untuk seluruh masyarakat masih terbatas, terutama bagi penduduk miskin dan pekerja sektor informal.

 Penerapan asuransi kesehatan nasional untuk masyarakat miskin dan diperluas secara bertahap;

 Perluasan cakupan jaminan kesehatan melalui jaminan kesehatan kelas III di rumah sakit;  Penyediaan pembiayaan jaminan persalinan (Jampersal) yang mencakup pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan KB, didukung dengan penyelesaian rancangan

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014

51

No. RPJMN 2010-2014 CAPAIAN

2010

CAPAIAN

2011 PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

SUBSTANSI INTI SASARAN INDIKATOR K/L TARGET 2011 TARGET 2012 Indonesia lainnya antara tahun 2012-2014 perundang-undangan SJSN merujuk pada Undang-Undang BPJS, implementasi transformasi BPJS, dan implementasi kebijakan roadmap kepesertaan menyeluruh jaminan kesehatan. 5. KELUARGA BERENCANA Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB melalui 23.500 klinik pemerintah dan swasta selama 2010-2014 Meningkatnya pembinaan, kesertaan, dan kemandirian ber-KB melalui 23.500 klinik KB pemerintah dan swasta 1. Peserta KB aktif **)

BKKBN 27,5 juta 28,2 juta 33,7 juta 34,87 juta  Rendahnya aksesibilitas

dan kualitas pelayanan KB bagi keluarga Pasangan Usia Subur (PUS), terutama PUS yang miskin (KPS dan KS-I);

 Masih rendahnya pengetahuan PUS mengenai KB dan kesehatan reproduksi;

 Adanya kekhawatiran masyarakat terhadap efek samping dan komplikasi dari pemakaian alat dan obat kontrasepsi;

 Masih tingginya disparitas pemakaian alat kontrasepsi dan kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi, baik antarprovinsi, antarwilayah desa-kota, dan antarstatus sosial ekonomi; dan  Pembinaan dan peningkatan kesertaan ber-KB melalui (a) Meningkatkan pembinaan kesertaan dan kemandirian ber-KB melalui 23.500 klinik

KB pemerintah dan swasta yaitu dengan memberikan dukungan sarana dan prasarana klinik serta menyediakan alat/obat kontrasepsi (alokon) dan pelayanan KB gratis bagi PUS miskin; (b) Mendekatkan pelayanan KB kepada sasaran PUS miskin dengan menggunakan pelayanan

mobile secara berkala; (c) Meningkatkan kualitas pelayanan KB melalui pemberian informed choice; dan (d) Meningkatkan kapasitas sumber daya penyelenggara program KB di semua tingkatan; dan

2. Peserta KB baru**)

7,2 juta 7,3 juta 8,6 juta 9,58 juta

3. Jumlah klinik KB pemerintah dan swasta yang melayani KB **) 23.500 23.500 23.500 23.500 4. Jumlah klinik KB pemerintah dan swasta yang mendapat dukungan sarana prasarana**) 4.700 4.700 4.700 4.700 5. Jumlah PPLKB, PLKB/PKB dan IMP yang mendapatkan dukungan operasional ***) - 4.671 PPLKB; 19.886 PKB/PLKB; 85.562 PPKBD; 391.474 Sub PPKBD -

-Bab 2.3

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014

No.

2010 2011 PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

SUBSTANSI INTI SASARAN INDIKATOR K/L TARGET 2011 TARGET 2012

6. Jumlah penyelenggara- an mekanisme operasional program KKB (Rakor di tingkat kecamatan, desa, staf meeting, mini lokakarya, serta pertemuan koordinasi IMP dengan kader) ***) - Rakor desa/kec/ lokakarya 6 kali/ tahun; pertemuan IMP 2 kali/tahun - -  Masih terbatasnya kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia pelaksana KB di daerah

 Peningkatan Advokasi dan KIE melalui: (a) Meningkatkan promosi dan penggerakan masyarakat mengenai pengendalian penduduk dan KB serta kesehatan reproduksi, terutama pada remaja dan PUS miskin; (b) Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terkait pengendalian jumlah penduduk, KB dan kesehatan reproduksi; (c) Peningkatan komitmen dan peran serta rumah sakit, rumah bersalin dan bidan terkait pelaksanaan KB pasca persalinan dan pasca keguguran; dan (d) Menggalang dan memperkuat kemitraan dengan LSM, swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan program kependudukan dan KB

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014

53

No. RPJMN 2010-2014 CAPAIAN

2010

CAPAIAN

2011 PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

SUBSTANSI INTI SASARAN INDIKATOR K/L TARGET 2011 TARGET 2012 6. PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular pada 2014, yang ditandai dengan: Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 per 100.000 penduduk; Menurunnya kasus malaria (Annual Parasite Index-API) dari 2 menjadi 1 per 1.000 penduduk; Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa (persen) hingga menjadi < 0,5. Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 per 100.000 penduduk Prevalensi Tuberkulosis Kemenkes 231 228 244 d) 289 b)

Belum optimalnya upaya pengendalian penyakit yang ditandai dengan tingginya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular

 Peningkatan kemampuan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko;

 Penguatan penemuan penderita dan tata laksana kasus;

 Peningkatan cakupan imunisasi dan sarana distribusi vaksin dalam jumlah cukup di lapangan; dan

 Peningkatan KIE untuk mendorong gaya hidup sehat.

Menurunnya kasus malaria (Annual Parasite Index-API) dari 2 menjadi 1 per 1.000 penduduk Annual Parasite Index (API) Kemenkes 1,75 1,5 1,96 f) 1,75 b) Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa (persen) hingga menjadi < 0,5

Prevalensi HIV Kemenkes < 0,5 < 0,5 0,2 e) 0,3 b)

Keterangan: a) SDKI, 2007

b) Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2011 c) Riskesdas, 2010

d) Laporan Global TB WHO, 2009

e) Hasil Estimasi Prevalensi HIV Kemkes 2009 f ) Kemkes, 2010

g) Susenas, 2010

*) RSCM Jakarta dan RS Sanglah Denpasar dalam proses untuk mendapatkan akreditasi world class

**) Statistik Rutin BKKBN, status capaian sampai dengan akhir Desember 2011

***) Merupakan kegiatan insiatif baru pada tahun 2012

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 55

Pencapaian

Secara nasional, tingkat kemiskinan mengalami penurunan meskipun tingkat penurunannya cenderung melambat. Pada tahun 2009 terjadi penurunan kemiskinan 1,27 persen dari tahun