• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUBSTANSI INTI SASARAN INDIKATOR K/L TARGET 2011 TARGET 2012 Jumlah penduduk

Tindak Lanjut

SUBSTANSI INTI SASARAN INDIKATOR K/L TARGET 2011 TARGET 2012 Jumlah penduduk

yang berbasis e-KTP berbasis NIK dengan perekaman sidik jari 24,75 juta jiwa di 75 kab/kota 100,51 juta jiwa di 300 kab/kota masih dalam proses persiapan (proses lelang) Perekaman e-KTP untuk 34,5 juta penduduk Sumber:

1) Laporan Pemantauan Rencana Kerja Pemerintah 2011 Bidang Aparatur Negara, Direktorat Aparatur Negara, Bappenas

2) Laporan Pemantauan Rencana Kerja Pemerintah 2011 Bidang Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Direktorat Otonomi Daerah, Bappenas 3) Laporan Pemantauan Rencana Kerja Pemerintah 2011 Bidang Hukum dan HAM, Direktorat Hukum dan HAM, Bappenas

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 31

Pencapaian

Pembangunan pendidik an telah berhasil meningkatkan angka partisipasi pendidikan pada semua jenjang. Capaian tahun 2011 APM SD/SDLB/MI/Paket A dan APM SMP/SMPLB/MTs/ Paket B masing-masing 95,41 persen dan 75,64

persen. Pada tahun yang sama, APK jenjang pendidikan menengah (SMA/SMK/ SMLB/MA/Paket C) meningkat menjadi 75,81 persen, sedangkan APK pendidikan tinggi (PTN/PTS/PTA termasuk UT) meningkat menjadi 27,01 persen (Gambar 2.2.1).

PRIORITAS NASIONAL 2:

PENDIDIKAN

P

embukaan UUD 1945 mengamanatkan bahwa upaya mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan pembangunan bernegara. Dalam melaksanakan amanat tersebut, Pemerintah menempatkan pembangunan pendidikan sebagai salah satu faktor strategis pembangunan. UUD 1945 juga mengamanatkan bahwa anggaran pendidikan wajib dialokasikan minimal sebesar 20 persen dari APBN dan APBD. Sejak tahun 2009, kewajiban penyediaan anggaran pendidikan tersebut telah terpenuhi. Pada tahun 2 011, anggaran pendidikan dalam APBN-P 2011 telah mencapai sebesar Rp266,94 triliun atau 20,2 persen dari APBN.

Berbagai kebijakan telah dilakukan untuk meningkatkan tingkat pendidikan penduduk yang diikuti dengan upaya menurunkan kesenjangan partisipasi pendidikan antarkelompok status ekonomi dan antardaerah. Untuk meningkatkan partisipasi pendidikan penduduk usia sekolah, Pemerintah terus membangun USB dan RKB. BOS bagi seluruh siswa di satuan pendidikan yang menyelenggarakan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, baik pada tingkat SD, MI, SMP, MTs, maupun Madrasah Salaiyah ‘Ula dan Wustha, juga terus disediakan dan ditingkatkan cakupannya sejalan dengan semakin banyaknya penduduk usia 7-15 tahun yang mengakses pelayanan pendidikan. Adapun tujuan penyediaan BOS adalah untuk mengurangi bahkan membebaskan beban biaya pendidikan terutama bagi siswa tidak mampu.

Agar siswa miskin terus dapat bersekolah, disediakan pula subsidi bagi siswa miskin di semua jenjang pendidikan, serta diselenggarakan pendidikan jalur non formal (pendidikan kesetaraan Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA) untuk menampung penduduk usia sekolah, sebagai pengganti pendidikan formal yang tidak dapat diaksesnya. Sementara itu, untuk meningkatkan kualitas tata kelola pendidikan, penerapan MBS dan upaya penyelarasan pelembagaan otonomi PT dilakukan sebagai mekanisme perbaikan manajemen pendidikan.

B

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 32

pendidikan secara bertahap, penyaluran BOS pada tahun 2011 dilakukan melalui dana transfer daerah ke rekening kas umum daerah kabupaten/kota. Mekanisme tersebut sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mengalihkan alokasi anggaran dari pusat ke daerah untuk urusan yang menjadi kewenangan daerah. Penyaluran dana BOS dilakukan setiap awal triwulan, dan alokasi triwulan keempat digunakan untuk menyesuaikan total alokasi BOS untuk satu tahun di masing-masing kabupaten/kota. Pada tahun 2011 telah disediakan dana BOS bagi 27.973.000 siswa SD, 9.965.000 siswa SMP, dan 6.316.269 siswa MI/MTs/Salafiyah Ula/Salafiyah

Wustha. Sampai dengan akhir tahun 2011, dana BOS telah tersalurkan kepada sekitar 26.701.267 siswa SD, 9.364.983 siswa SMP, serta 6.078.338 siswa MI/ MTs/ Salaiyah Ula/Salaiyah Wustha.

Pemerintah juga terus berusaha menyediakan sarana dan prasarana pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sejak tahun 2009, Pemerintah secara bertahap menyediakan bahan ajar yang bermutu dan murah melalui pembelian hak cipta buku dari penciptanya, sehingga buku pelajaran dapat dijual dengan harga yang lebih murah. Sampai dengan tahun 2011, Pemerintah telah membeli hak cipta 1.838 judul buku dari 495 jilid buku teks pelajaran untuk semua jenjang pendidikan, meningkat 301 judul (dari 93 jilid) dari buku teks pelajaran yang telah dibeli hak ciptanya pada tahun 2010. Selain itu, peningkatan juga terjadi pada proporsi satuan pendidikan jenjang menengah yang memiliki sambungan internet dengan muatan pendidikan dari 22,8 persen pada tahun 2010 menjadi 24,5 persen pada tahun 2011.

Penyempurnaan kurikulum di jenjang pendidikan dasar dan menengah diarahkan pada pengembangan dan penyempurnaan kurikulum yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya dan bahasa Indonesia. Sampai dengan tahun 2011, kurikulum yang telah disempurnakan telah diterapkan pada sekitar 15 persen sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Cakupan penerapan kurikulum yang telah disempurnakan akan terus diperluas pada tahun-tahun berikutnya. Terkait dengan evaluasi hasil belajar, Pemerintah terus mengevaluasi proses persiapan dan pelaksanaan UN termasuk di dalamnya pengembangan soal-soal UN.

Untuk menjamin kualitas proses dan hasil pembelajaran, kepala sekolah dan pengawas sekolah diikutkan dalam pelatihan terakreditasi untuk menjadikan kepala sekolah sebagai manajer sistem pendidikan yang unggul dan pengawas sekolah sebagai entitas penjamin kualitas (quality assurance). Pada tahun 2011 telah dilakukan pelatihan peningkatan kapasitas bagi 10.644 orang kepala sekolah dan 10.472 orang pengawas sekolah jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK. Dengan demikian sampai dengan 2011 telah dilakukan pelatihan peningkatan kapasitas bagi 47.306 kepala sekolah dan 32.030 pengawas sekolah.

Perubahan cara pandang lulusan dari job seeker menjadi job creator sangat penting bagi siswa yang putus sekolah atau bagi lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, penguasaan pengetahuan kewirausahaan oleh lulusan merupakan salah satu hal yang dapat menjamin lulusan agar tidak menganggur, memiliki alternatif selain menjadi pekerja upahan, dan bahkan menciptakan lapangan kerja mandiri. Pendidikan kewirausahaan diarusutamakan dalam kurikulum yang disempurnakan dan diajarkan pada semua jenjang pendidikan. Selain dilakukan pada 15 persen sekolah yang telah menerapkan kurikulum yang disempurnakan, sebanyak 154 PT telah mengembangkan dan menerapkan pendidikan berbasis kewirausahaan, 51 PT diantaranya telah menyelenggarakan Pusat Kewirausahaan dan 15 PT lainnya telah melaksanakan kegiatan kewirausahaan sampai dengan pembiayaan dari dunia usaha, serta sisanya, sebanyak 88 PTN, baru memiliki PMW.

Disamping melaksanakan proses sertiikasi guru, telah dikembangkan standar, sistem, program, bahan dan model diklat bagi guru yang digunakan untuk menerapkan sistem evaluasi kinerja guru.

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 33 Seiring dengan meningkatnya akses pendidikan

dan meningkatnya proses pembelajaran maka perlu ditingkatkan pula kualitas hasil pembelajaran. Dalam hal ini, Pemerintah terus berupaya meningkatkan kapasitas guru dalam mengajar, menerapkan sistem evaluasi kinerja profesional tenaga pendidik, serta memperbaiki distribusi guru antarsatuan pendidikan dan antardaerah. Sampai dengan tahun 2011, sebanyak 40 persen guru telah mengikuti program peningkatan kompetensi dan profesionalisme melalui continuous professional development.

Pada tingkat pendidikan tinggi, peningkatan kualitas dan daya saing pendidikan ditandai dengan jumlah perguruan tinggi yang masuk ke dalam peringkat 500 terbaik versi lembaga pemeringkat independen internasional. Pada tahun 2010, delapan universitas di Indonesia yang berhasil menembus peringkat 200 besar di wilayah Asia, yaitu UI, UGM, UNAIR, ITB, IPB, UNDIP, UNS, dan UNIBRAW. Sedangkan pada 2011, dari delapan PT tersebut, tiga PT yaitu UI, UGM, dan ITB, berhasil mencatatkan diri dalam ranking 500 besar perguruan tinggi internasional versi Quacquarelli Symonds (QS).

Selanjutnya, kualitas pembangunan pendidikan agama dan keagamaan terus didukung dan ditingkatkan. Standar Nasional Pendidikan untuk pendidikan agama dan pendidikan keagamaan telah disosialisasikan ke seluruh Kantor Kementerian Agama di tingkat kabupaten/kota. Pada tahun berikutnya, Standar Nasional Pendidikan ini rencananya akan disosialisasikan, diujicobakan, dan diterapkan ke seluruh satuan pendidikan agama dan keagamaan, sehingga pada tahun 2013 sudah dapat diterapkan di seluruh satuan pendidikan agama dan keagamaan.

Permasalahan

Pelaksanaan program-program pembangunan pendidikan pada tahun 2011 masih menghadapi beberapa permasalahan yang menyebabkan tidak tercapainya target-target yang telah ditetapkan untuk masing-masing substansi inti prioritas pembangunan pendidikan. Capaian APM jenjang pendidikan SD/ SDLB//MI/Paket A dan SMP/SMPLB/MTs/Paket B telah melebihi target tahun 2011 RPJMN, namun capaian APK pada jenjang SMA/SMK/SMLB/MA/Paket C masih berada di bawah target yang ditetapkan. Dikhawatirkan target APK SMA/SMK/MA/Paket C sebesar 85 persen pada tahun 2014 tidak dapat tercapai tanpa adanya upaya-upaya percepatan yang dilakukan pada tahun-tahun 2012 dan 2013.

Realisasi jumlah siswa penerima BOS untuk jenjang SD/ SMP dan MI/MTs/Salaiyah Ula/Salaiyah Wustha sampai dengan akhir tahun 2011 masih belum mencapai target. Hal ini disebabkan adanya perbedaan perkiraan jumlah siswa dengan jumlah siswa sebenarnya, terdapatnya beberapa sekolah yang tidak bersedia menggunakan

dana BOS. Selain itu, penyaluran BOS untuk SD dan SMP mengalami banyak kendala, terutama keterlambatan sampainya dana BOS ke sekolah. Kerumitan dan birokrasi penyaluran dana dari SKPD pendidikan kabupaten/kota ke sekolah dipandang sebagai penyebab keterlambatan di samping belum siapnya sebagian besar aparat pemerintah daerah untuk melaksanakan mekanisme tersebut. Penyaluran ke sekolah swasta dalam bentuk hibah dan ke sekolah negeri dalam bentuk belanja barang semakin memperumit permasalahan yang ada. Selain itu, dana BOS yang disalurkan langsung ke kabupaten/kota menyebabkan rentang kendali Pemerintah untuk mempercepat penyaluran dana BOS sangat lemah karena luasnya cakupan kendali, 497 kabupaten/kota. Selanjutnya, prinsip-prinsip MBS belum berfungsi secara optimal, terutama untuk sekolah-sekolah negeri.

Sampai dengan tahun 2011, kurikulum yang telah disempurnakan baru diterapkan di 250 satuan pendidikan yang menjadi target pengembangan uji coba kurikulum. Kurikulum yang telah diujicobakan tersebut belum dievaluasi sehingga belum dapat direplikasikan. Hal ini mungkin akan menjadi kendala dalam pencapaian target 2014, yaitu penerapan kurikulum yang disempurnakan pada seluruh satuan pendidikan.

Ketersediaan prasarana pembelajaran juga masih menghadapi masalah, karena banyak ruang kelas SD/ MI dan SMP/MTs dalam kondisi rusak berat/ sedang. Dalam hal ketersediaan sarana pembelajaran, masih banyak satuan pendidikan yang belum memiliki fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang tersambung dengan internet bermuatan pendidikan. Satuan pendidikan yang telah memiliki fasilitas tersebut juga belum dapat memanfaatkannya dengan optimal untuk kegiatan pembelajaran. Sementara itu, penyediaan buku bahan ajar yang berkualitas dan murah baru mencapai sekitar 64 persen dari target yang harus dicapai pada akhir tahun 2014.

Terkait dengan kualitas satuan pendidikan, RPJMN 2010-2014 mengarahkan agar satuan pendidikan dapat memenuhi standar mutu sesuai dengan sertiikasi ISO 9001: 2008. Target tersebut ditujukan bagi 100 persen PTN, 50 persen PTS dan 100 persen SMK. Capaian PTS yang telah memiliki sertiikat ISO 9001:2008 cukup rendah dibandingkan target yang ditetapkan. Hal ini disebabkan masih banyak PTS yang mengutamakan penjaminan mutu melalui sertiikasi BAN-PT daripada ISO 9001:2008. Capaian yang masih rendah pada jenjang SMK dikarenakan jumlah SMK yang sangat banyak dan kondisinya sangat bervariasi.

Selain permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target-target substansi inti pada tahun 2011, masih terdapat beberapa permasalahan di bidang pendidikan, antara lain belum optimalnya peningkatan akses, kualitas dan relevansi pendidikan;

B

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 34

pemerataan pendidik dan tenaga kependidikan; belum memadainya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan; serta masih belum memadainya kualitas hasil pembelajaran yang dirasakan masyarakat.

Belum meratanya akses terhadap pendidikan di semua jenjang, termasuk akses terhadap pendidikan agama dan pendidikan keagamaan merupakan permasalahan yang dihadapi dalam aspek akses pendidikan. Dari aspek kualitas pendidikan masih menghadapi permasalahan, belum optimalnya tingkat kesiapan anak bersekolah, masih besarnya peluang peningkatan kemampuan kognitif, karakter, dan soft-skill lulusan, serta masih belum optimalnya kualitas pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Dalam hal ketenagaan, permasalahan yang perlu mendapat perhatian adalah: pemerataan distribusi guru, peningkatan kualiikasi akademik dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, seperti rehabilitasi gedung sekolah dan ruang kelas yang rusak, penyediaan laboratorium dan peralatan yang berkualitas, penyediaan perpustakaan berkualitas beserta buku ajar yang murah dan berkualitas, serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Untuk meningkatkan manfaat pembangunan pendidikan bagi masyarakat, peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan menengah serta peningkatan kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan tinggi dan penelitiannya merupakan permasalahan yang juga harus dijawab oleh pembangunan pendidikan.

Tindak Lanjut

Dalam menjawab permasalahan tersebut di atas, pembangunan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar untuk tahun berikutnya antara lain akan diarahkan pada pemantapan/rasionalisasi implementasi BOS termasuk dengan memperbaiki mekanisme penyaluran dana BOS, yaitu yang pada tahun 2011 melalui transfer daerah ke kabupaten/kota, pada tahun 2012 menjadi transfer daerah ke provinsi. Dengan perubahan mekanisme tersebut, diharapkan penyaluran dana BOS ke sekolah akan lebih cepat, lebih tepat jumlah, dan lebih tepat sasaran, sehingga sekolah dapat lebih tepat memanfaatkannya. Pembangunan pendidikan jenjang pendidikan dasar juga diarahkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penuntasan rehabilitasi ruang kelas SD/MI dan SMP/MTs yang rusak berat pada tahun 2012 dan dilanjutkan dengan rehabilitasi ruang kelas rusak sedang, sehingga diharapkan tidak ada ruang kelas yang rusak lagi pada tahun

dasar dilakukan melalui peningkatan mutu proses pembelajaran serta penguatan pelaksanaan proses belajar mengajar dengan iklim sekolah yang mendukung tumbuhnya sikap saling menghargai, sportif, kerja sama, kepemimpinan, kemandirian, partisipatif, kreatif, dan inovatif (soft skills).

Pada jenjang pendidikan menengah, pembangunan pendidikan ke depan akan ditujukan untuk meningkatkan akses pendidikan menengah jalur formal dan non-formal untuk dapat menampung peningkatan jumlah lulusan SMP/MTs/sederajat sebagai dampak penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun. Kegiatan-kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan antara lain melalui: rehabilitasi gedung-gedung SMA/SMK/MA/sederajat, peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan vokasi termasuk untuk mendukung pelaksanaan MP3EI di enam koridor ekonomi, serta peningkatan pendidikan kewirausahaan untuk jenjang pendidikan menengah.

Pada jenjang pendidikan tinggi, kebijakan yang akan ditempuh antara lain adalah: (1) Peningkatan akses dan pemerataan pendidikan tinggi dengan memperhatikan keseimbangan antara jumlah program studi sejalan dengan tuntutan kebutuhan pembangunan termasuk untuk pelaksanaan MP3EI di enam koridor ekonomi; (2) Penguatan otonomi dan manajemen pendidikan tinggi dalam rangka membangun universitas riset (research university) menuju terwujudnya universitas kelas dunia (world class university); (3) Peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan tinggi, seperti perpustakaan dan laboratorium; (4) Peningkatan kualiikasi dosen melalui bantuan pendidikan S2/S3 baik di dalam maupun di luar negeri; (5) Peningkatan pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi, termasuk pelatihan technopreneurship bagi dosen dan mahasiswa; serta (6) Pemberian beasiswa perguruan tinggi untuk siswa SMA/SMK/MA yang berprestasi dan kurang mampu. Dalam hal peningkatan profesionalisme tenaga pendidik, tindak lanjut yang akan dilakukan antara lain difokuskan pada peningkatan kualiikasi akademik, sertiikasi, evaluasi, pelatihan, pendidikan, dan penyediaan berbagai tunjangan guru, serta penguatan kapasitas dan kompetensi guru dalam menjalankan paradigma pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), serta mendorong jiwa kewirausahaan, melalui pengembangan profesional berkelanjutan (continuous professional development). Sementara itu, peningkatan kualitas tenaga kependidikan diarahkan pada pemberdayaan peran kepala sekolah

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014 35 sebagai manajer sistem pendidikan yang unggul, dan

revitalisasi peran pengawas sekolah sebagai entitas quality assurance. Selain itu, pemenuhan ketersediaan tenaga pendidik difokuskan pada peningkatan eisiensi, efektivitas, pengelolaan, dan pemerataan distribusi guru, serta penyediaan tenaga pendidik di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan sesuai dengan standar pelayanan minimal.

Peningkatan kualitas pendidikan agama dan keagamaan juga akan ditindaklanjuti melalui peningkatan jumlah dan kapasitas guru, kapasitas penyelenggara, pemberian bantuan dan fasilitasi penyelenggaraan pendidikan, serta pengembangan kurikulum dan metodologi pembelajaran pendidikan agama dan keagamaan yang efektif sesuai dengan SNP paling lambat pada tahun 2013.

Upaya di atas akan didukung oleh: (1) Pengembangan kurikulum baik nasional maupun lokal yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

budaya dan seni, serta perkembangan global, regional, nasional, dan lokal; (2) Penguatan sistem evaluasi, akreditasi dan sertiikasi termasuk sistem pengujian dan penilaian pendidikan dalam rangka penilaian kualitas dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional; (3) Peningkatan ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan seperti laboratorium, perpustakaan, dan didukung oleh ketersediaan buku-buku mata pelajaran yang berkualitas dan murah, untuk memenuhi standar pelayanan minimal termasuk di daerah pemekaran baru; serta (4) Peningkatan penerapan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di bidang pendidikan termasuk penyediaan internet bermuatan pendidikan mulai jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Seluruh kebijakan di atas juga akan ditujukan untuk mengurangi kesenjangan taraf pendidikan antarwilayah, gender, dan antartingkat sosial ekonomi.

B

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014

Pendidikan, Tahun 2011

No. RPJMN 2010 – 2014 CAPAIAN

2010

CAPAIAN

2011 PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

SUBSTANSI INTI SASARAN INDIKATOR K/L TARGET 2011 TARGET 2012 1. AKSES PENDIDIKAN DASAR-MENENGAH: Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan dasar dari 95% di 2009 menjadi 96% di 2014 dan APM pendidikan setingkat SMP dari 73% menjadi 76% dan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan setingkat SMA dari 69% menjadi 85%; Pemantapan/ rasionalisasi implementasi BOS, penurunan harga buku standar di tingkat sekolah dasar dan menengah sebesar 30-50% selambat-lambatnya 2012 dan penyediaan sambungan internet ber-content pendidikan ke sekolah tingkat menengah selambat-lambatnya 2012 dan terus diperluas ke tingkat sekolah dasar. Meningkatnya APM pendidikan dasar dari 95% di 2009 menjadi 96% di 2014. APM SD/SDLB/MI/ Paket A  Kemen dikbud  Kemenag

95,30%b 95,69% 95,41% 95,41%c  Masih banyak ruang kelas

SD/MI dan SMP/MTs dalam kondisi rusak sedang/berat;

 Masih belum memadainya ketersediaan dan kualitas sarana prasarana pendidikan: - Perpustakaan, - Laboratorium, - Bahan ajar Meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan dasar melalui:  Penuntasan rehabilitasi ruang kelas SD/MI dan SMP/MTs yang rusak berat dan rusak sedang sehingga diharapkan tidak ada lagi ruang kelas yang rusak pada tahun 2014;

 Peningkatan mutu proses pembelajaran serta penguatan pelaksanaan proses belajar mengajar dengan iklim sekolah yang mendukung tumbuhnya sikap saling menghargai, sportif, kerja sama, kepemimpinan, kemandirian, partisipatif, kreatif, dan inovatif (soft skills). Meningkatnya APM pendidikan setingkat SMP dari 73% di 2009 menjadi 76% di 2014 APM SMP/SMPLB/ MTs/Paket B  Kemen dikbud  Kemenag 74,70%b 75,40% 75,64% 75,64%c Meningkatnya APK pendidikan setingkat SMA dari 69% menjadi 85% di 2014. APK SMA/SMK/ SMLB/ MA/Paket C  Kemen dikbud  Kemenag

76,00%b 79,00% 70,53% 75,81%c Meningkatkan akses, kualitas,

dan relevansi pendidikan menengah, melalui:

 Penyediaan akses pendidikan jalur formal dan non-formal untuk menampung peningkatan jumlah lulusan SMP/MTs/ sederajat

Evaluasi Dua Tahun Pelaksanaan RPJMN 2010-2014

37

No. RPJMN 2010 – 2014 CAPAIAN

2010

CAPAIAN

2011 PERMASALAHAN TINDAK LANJUT

SUBSTANSI INTI SASARAN INDIKATOR K/L TARGET 2011 TARGET 2012