• Tidak ada hasil yang ditemukan

No. Halaman

1 Panduan wawancara lembaga pemerintahan ... 82 2 Panduan wawancara LSM ... 83 3 Panduan wawancara Pemanfaat air ... 84 4 Panduan wawancara masyarakat ... 85 5 Panduan wawancara ketua kelompok tani ... 86 6 Lokasi-lokasi penelitian...87 7 Masukan pemanfaat air untuk pengelola TNGGP ketika proses pembentukan Forpela...88 8 Daftar pemanfaat yang memanfaatkan air dari kawasan TNGGP (di sekitar

desa Tangkil dan Cinagara)...89 9 Daftar perusahaan pemanfaat air bersih di sekitar lokasi penelitian...89 10 Skoring masing-masing pihak...90 11 Rekomendasi Skema Pembayaran Jasa Lingkungan Air di TNGGP...94 12 MoU kerjasama antara Forpela dengan Balai Taman Nasional Gunung

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) memiliki peran penting dalam perlindungan sistem tata air serta pemberdayaan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan Forpela TNGGP (2009), kawasan ini merupakan hulu dari empat Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS tersebut adalah DAS Citarum (sub DAS Cikundul dan Cilaku), DAS Ciliwung, DAS Cisadane (sub DAS Cisadane Hulu), dan DAS Cimandiri (sub DAS Cimandiri Hulu dan Cicatih).

CI Indonesia (2009), menyatakan bahwa daerah hulu yang didominasi oleh hutan memiliki peran penting sebagai daerah tangkapan air, mengontrol aliran air, menjaga wilayah hilir dari banjir dan erosi serta fungsi lainnya. Puspaningsih (1999) menyebutkan pula bahwa daerah hulu memiliki fungsi lindung, fungsi hidrologis dan merupakan daerah resapan air untuk konsumsi daerah hilir. Selain itu, daerah hulu merupakan daerah pertanian bagi masyarakat hulu itu sendiri.

Kawasan TNGGP memiliki nilai manfaat dari fungsi hidrologis yang berjalan. Darusman (1993), menyebutkan bahwa nilai manfaat air yang disediakan kawasan ini adalah sebesar Rp 4,341 milyar/tahun atau setara dengan Rp 280 juta/ha taman nasional/tahun. Selain itu, terdapat 11 desa dan 83 pemanfaat yang memiliki jaringan air langsung ke kawasan ini (USAID 2009).

Keberlangsungan sistem tata air sangat bergantung pada kelestarian ekosistem hutan (Suprayitno 2008). Perubahan yang terjadi pada daerah hulu akan berdampak pada sistem tata air yang mengalir pada daerah hilir. Dampak pada daerah hilir antara lain banjir, penurunan debit air untuk irigasi, kurangnya pasokan air minum, serta perubahan kualitas dan kuantitas air (CI Indonesia 2009). Selain itu, industri dan pemanfaat air yang berada di sekitar kawasan TNGGP akan terkena dampak pengurangan debit air untuk kebutuhan mereka.

Perlindungan sistem tata air pada kawasan TNGGP tidak dapat dilakukan sendiri. Hal tersebut memerlukan peran serta dari masyarakat, khususnya masyarakat desa penyangga kawasan TNGGP. Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui mekanisme pembayaran jasa lingkungan.

Mekanisme pembayaran jasa lingkungan atau Payment for Environmental Services (PES) dilakukan untuk meminimalisasi kerusakan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar kawasan. Mekanisme yang dilakukan di TNGGP bertujuan untuk membangun kemitraan untuk mendukung upaya konservasi kawasan TNGGP dan meningkatkan mata pencaharian masyarakat desa penyangga melalui pengembangan inkubasi usaha terpadu (Forpela TNGGP 2009).

Keberlanjutan mekanisme pembayaran jasa lingkungan air diharapkan akan meningkatkan posisi kawasan TNGGP sebagai penyedia jasa lingkungan air dan pusat pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan. Selain itu, penerapan dari mekanisme pembayaran jasa lingkungan air tersebut dapat dijadikan pertimbangan dalam pembentukan kebijakan untuk mengatur pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan konservasi.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui mekanisme pembayaran jasa lingkungan air di kawasan TNGGP. 2. Mengetahui keterlibatan para pihak dalam mekanisme pembayaran jasa

lingkungan air di kawasan TNGGP.

3. Mengevaluasi mekanisme pembayaran jasa lingkungan air di kawasan TNGGP.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah informasi mengenai mekanisme pembayaran jasa lingkungan air serta penerapannya di TNGGP. Bagi para pihak terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana evaluasi serta dapat menghasilkan sebuah rekomendasi bagi proses perumusan kebijakan dan peraturan perundangan terkait mekanisme pembayaran jasa lingkungan.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini terfokus pada mekanisme pembayaran jasa lingkungan air yang berjalan di kawasan TNGGP. Hal-hal yang diteliti meliputi: latar belakang mekanisme, penetapan nilai kompensasi, skema pembayaran jasa lingkungan yang dilakukan, para pihak yang terlibat, peranan para pihak, tingkat kepentingan dan pengaruh para pihak, serta hak dan kewajiban para pihak. Selain itu, penelitian ini

juga melihat perkembangan mekanisme yang ada serta kendala dan solusi yang ditawarkan. Lokasi penelitian difokuskan pada desa Tangkil (KT Garuda Ngupuk dan Saluyu) dan Cinagara (KSM Cinagara Asri), pemanfaat air dan pihak lain yang berada di sekitar lokasi tersebut (meliputi resort Tapos, Cimande, dan Bodogol).

1.5 Kerangka Pemikiran

Pertanyaan-pertanyaan penelitian yang harus dijawab antara lain:

1. Bagaimana sejarah dan proses berjalannya mekanisme PJL di kawasan tersebut? Apa saja hal yang disepakati para pihak selama berlangsungnya mekanisme tersebut? Apa saja norma dan peraturan yang diacu para pihak selama berlangsungnya mekanisme tersebut? Sejauh mana perkembangan mekanisme PJL yang berlangsung di kawasan tersebut? Apa saja output yang diharapkan?

2. Siapa saja pihak yang terlibat dalam mekanisme PJL di kawasan tersebut? Apakah keterlibatan para pihak tersebut sudah tepat atau masih terdapat pihak lain yang seharusnya dilibatkan dalam mekanisme tersebut? Selain itu, apa peranan, hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang terlibat? Bagaimana pemenuhan hak dan kewajiban masing-masing pihak serta penegakan mekanisme yang berjalan?

3. Apakah mekanisme yang dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip PJL dan masih tergolong mekanisme PJL? Apa saja kendala yang dihadapi selama berlangsungnya mekanisme tersebut? Apa solusi dan rekomendasi untuk hal- hal tersebut?

Pertanyaan penelitian tersebut tergambar dalam bagan alir kerangka pemikiran penelitian (Gambar 1). Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab melalui analisis deskriptif menggunakan triangulasi data (poin 1 dan 3) serta analisis para pihak (poin 2). Sebelumnya dilakukan wawancara kepada pihak- pihak terkait serta penelusuran dokumen yang berhubungan dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan air di kawasan TNGGP.

Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran penelitian. Taman Nasional Gunung Gede

Pangrango (TNGGP)

Banjir; penurunan debit air untuk irigasi serta industri; kurangnya pasokan air minum, serta perubahan kualitas dan kuantitas air.

Organisasi, yang meliputi : -Pihak-pihak yang terkait -Peran para pihak

-Penegakan mekanisme (insentif, disinsentif)

Mekanisme non PJL Kinerja mekanisme PJL berdasarkan : -Realita di lapangan

-Studi Literatur

-Manfaat bagi kedua belah pihak Norma, yang meliputi :

-Peraturan-peraturan terkait -Perjanjian-perjanjian para pihak yang diacu bagi pelaksanaan mekanisme

Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL)

Nilai manfaat air yang disediakan kawasan ini adalah sebesar Rp 4,341 milyar/tahun atau setara dengan Rp 280 juta/ha taman nasional/tahun.

- membangun kemitraan untuk mendukung upaya

konservasi kawasan TNGGP

- meningkatkan mata pencaharian masyarakat desa penyangga melalui pengembangan inkubasi usaha terpadu.

Masyarakat desa Tangkil dan Cinagara (desa penyangga TNGGP)

Pemanfaat air dari kawasan TNGGP Daerah tangkapan air,

mengontrol aliran air, menjaga wilayah hilir dari banjir dan erosi serta merupakan daerah pertanian bagi masyarakat hulu itu sendiri

BAB II