• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Kuesioner penelitian ... 75  2 Dokumentasi penelitian ... 81 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berkembangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan memunculkan sebuah gaya hidup baru di masyarakat secara global. Gaya hidup “Go Green-Back to Nature” menjadi sebuah tren baru yang menimbulkan banyak tuntutan kebutuhan pangan organik. Research Institute of Organic Agriculture FiBL dan IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement) menemukan bahwa permintaan pangan organik yang tampak dari pertumbuhan pasar pangan organik di Asia bahkan meningkat 15-20% per tahunnya1). Hal ini tentunya harus diselaraskan dengan pertanian organik. Petani-petani tanaman pangan di Indonesia pun dituntut untuk Go Organik demi memenuhi permintaan konsumen. Petani harus mengurangi penggunaan produk-produk yang berbahan dasar kimia atau sintetis, termasuk untuk pestisida kimia.

Pestisida memang seolah-olah menjadi kebutuhan pokok bagi petani untuk mengamankan produksi pertaniannya. Pestisida kimia telah diakui secara luas dapat mengendalikan bermacam hama dan penyakit tanaman pertanian. Pestisida kimia secara umum dinilai memiliki beberapa kelebihan antara lain praktis penggunaannya, hasilnya lebih cepat diketahui, dan lebih efisien baik dari segi waktu maupun ekonomi (Dadang & Prijono 2008). Namun sayangnya, pestisida kimia juga membawa akibat yang merugikan. Menurut Dadang dan Prijono (2008), dampak-dampak pestisida kimia yaitu menurunkan populasi musuh alami yang mengakibatkan biodiversitas organisme pada ekosistem menurun, adanya resistensi hama (hama menjadi kebal), gangguan kesehatan bagi pengguna maupun masyarakat, dan adanya residu petisida pada hasil tani. Hal ini membuat konsumen mulai menghindari pangan yang mengandung residu pestisida kimia. Berdasarkan survey dari Whole Foods Market2 ), sebanyak 70% konsumen

1)

Willer H, Kilcher L. 2009. The World of Organic Agriculture. Statistics and Emerging Trends 2009 [internet]. [diunduh 29 Juli 2012]. IFOAM, Bonn, and FiBL, Frick. Diambil dari http://orgprints.org/18380/16/willer-kilcher-2009.pdf.

2)

menyatakan bahwa alasan utama mereka membeli pangan organik adalah untuk menghindari residu pestisida.

Berbagai alternatif yang berkaitan dengan pengurangan pestisida kimia digali dan dikembangkan. Salah satu alternatif yang dikembangkan adalah pestisida organik, yaitu pestisida yang diperoleh dari ekstrak tumbuhan maupun mikroorganisme. Pestisida organik menjadi sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan pestisida kimia dan tuntutan masyarakat akan makanan organik tersebut.

Pestisida organik merupakan komponen penting yang harus diperhatikan dalam pertanian Go Organik, terutama dalam pertanian tanaman pangan yang banyak menggunakan pestisida. Kentang adalah salah satu tanaman pangan yang paling banyak menggunakan pestisida karena kentang merupakan tanaman setahun yang sangat rentan terserang hama dan penyakit. Salah satu daerah yang memproduksi kentang secara besar-besaran dan menggunakan pestisida berlebihan adalah daerah Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah. Dataran Tinggi Dieng yang terletak dalam dua wilayah kabupaten, Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, dikenal sebagai salah satu sentra produsen kentang di Indonesia. Menurut FAO, tanah dataran tinggi seperti di daerah Dieng yang memiliki iklim sejuk dan drainase bagus ini sesuai untuk budidaya tanaman kentang (Yuwono et al. 2010).

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen merupakan setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain, dan tidak untuk diperdagangkan (BNN 2006). Petani kentang sebagai konsumen pestisida organik juga memiliki perilaku- perilaku konsumen yaitu perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman & Kanuk 2004).

Satu faktor internal (individual) yang memengaruhi perilaku konsumen adalah niat. Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa niat adalah suatu

bentuk pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu. Menurut Theory of Planned Behavior dari Fishbein dan Ajzen, tindakan seseorang adalah realisasi dari keinginan atau niat seseorang untuk bertindak. Perilaku tertentu dari seorang konsumen sering kali ditentukan oleh intensi atau niat dari konsumen untuk melakukan perilaku tertentu tersebut (Sumarwan 2011).

Pada proses pembelian, niat pembelian konsumen ini berkaitan erat dengan motivasi yang dimilikinya untuk memakai ataupun membeli produk tertentu. Motivasi adalah kekuatan pendorong dalam diri seseorang yang memaksanya untuk melakukan suatu tindakan termasuk keinginan untuk membeli atau niat pembelian (Akbar 2010). Selain motivasi, niat pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh persepsinya terhadap apa yang diinginkan. Persepsi seseorang merupakan proses yang membuat seseorang memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan rangsangan-rangsangan yang diterima menjadi suatu gambaran yang berarti dan lengkap tentang dunianya sehingga pada akhirnya menentukan minat atau niat pembelian akan suatu produk. Penelitian yang dilakukan oleh Supriatna (2011) mengenai minat beli terhadap pakaian batik menunjukkan bahwa minat beli seseorang berhubungan dengan persepsinya.

Menurut Theory of Planned Behavior, faktor yang memengaruhi niat adalah sikap pada tindakan, norma subyektif menyangkut persepsi seseorang yaitu apakah orang lain yang dianggap penting akan memengaruhi perilakunya, dan persepsi seseorang mengenai apakah suatu perilaku dapat dilakukan olehnya atau kontrol perilaku (Dharmmesta 1998 dalam Sigit 2006; Furneaux 2005). Hasil penelitian Trisnawati (2011) menyatakan bahwa variabel sikap dan norma subjektif memang memiliki hubungan erat dengan niat, tetapi tidak terdapat hubungan yang nyata antara kontrol perilaku atau persepsi pengendalian perilaku dengan niat.

Beberapa penelitian di Institut Pertanian Bogor mengenai perilaku petani sebagai konsumen terkait dengan pestisida telah dilakukan. Penelitian Heryansyah (2010) mengemukakan bahwa sebagian besar petani sayuran dan jagung masih

lebih memilih untuk menggunakan pestisida dalam melakukan tindakan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) di lahannya padahal keuntungan ekonomi yang diperoleh petani tersebut lebih rendah daripada petani yang menggunakan teknik pengendalian kombinasi antara pestisida kimia dengan pestisida organik atau musuh alami hama. Namun, penelitian mengenai niat pembelian dengan subjek petani sebagai konsumen pestisida organik belum banyak dilakukan di Indonesia.

Penelitian Heryansyah (2010) tersebut masih belum mengkaji penyebab mayoritas petani masih memilih menggunakan pestisida kimia dan belum menggunakan pestisida organik yang belakangan ini sudah banyak beredar di pasaran. Oleh karena itu, untuk meningkatkan penggunaan pestisida organik di kalangan petani terutama petani kentang di Dataran Tinggi Dieng, perlu dilakukan sebuah riset yang menganalisis motivasi dan persepsi petani kentang di Dataran Tinggi Dieng terhadap pestisida organik dan menganalisis niat pembelian pestisida organik berdasarkan Theory of Planned Behavior.

Rumusan Masalah

Menurut Girsang (2009), penggunaan pestisida besar-besaran di Indonesia dimulai pada saat dicanangkannya program intensifikasi pangan melalui program nasional BIMAS. Pestisida telah dimasukkan sebagai paket teknologi yang wajib digunakan petani peserta sehingga pada akhirnya membuat petani merasa pestisida merupakan suatu kebutuhan pokok dalam pertanian terutama tanaman pangan hingga kini. Akan tetapi, penggunaan pestisida kimia yang berlebihan telah menyebabkan kerugian pada lingkungan yang berujung pada kerugian bagi manusia.

Penelitian yang dilakukan Thirtawati (2002) di Cianjur mengemukakan bahwa terdapat ketidakkonsistenan antara pengetahuan dengan tindakan petani dalam penggunaan pestisida serta teridentifikasi bahwa petani mulai memiliki sikap positif terhadap lingkungan dan dampak pestisida pada lingkungan. Hal ini selaras dengan fenomena di kalangan petani kentang Dataran Tinggi Dieng. Pemaparan mengenai kerugian-kerugian pestisida organik dan keuntungan dan pentingnya penggunaan pestisida organik sudah tersampaikan kepada sebagian

besar petani kentang Dataran Tinggi Dieng. Pemaparan tersebut terfasilitasi oleh program pemerintah, yaitu Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), pelaksanaan penyuluhan-penyuluhan dari universitas-universitas terdekat, dan banyaknya program KKN atau KKP bertema pertanian dari berbagai universitas di Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Akan tetapi, penggunaan pestisida organik masih lebih rendah daripada pestisida kimia. Penggunaan pestisida kimia di Dataran Tinggi Dieng tidak memperhitungkan nilai ambang ekonomi. Penelitian Bondansari et al. (2011) menemukan bahwa peningkatan jumlah pestisida kimia yang digunakan petani kentang Dataran Tinggi Dieng mencapai 15 liter/ha/tahun untuk pestisida cair dan 13 kg/ha/tahun untuk pestisida padat. Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh pemakaian pestisida kimia yang berlebihan telah menyebabkan rusaknya kondisi tanah pada lahan pertanian di Dataran Tinggi Dieng. Hal ini pada akhirnya menyebabkan turunnya produktivitas pertanian kentang yang pada awalnya menjadi alasan penggunaan pestisida. Bahkan, pada tahun 2010 diketahui ribuan petani kentang di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, diduga kuat terpapar pestisida. Hasil pemeriksaan darah sejumlah petani menunjukkan kadar racun atau cholinesterase mereka tinggi. Hasil tersebut didapat dari riset yang dilakukan oleh tim dari Yogyakarta pada 2007-2008 serta pemeriksaan di Puskesmas Batur3).

Pembelian atau konsumsi pestisida organik dapat diidentifikasi lebih awal melalui niat pembelian dari konsumen, dalam hal ini petani kentang di Dataran Tinggi Dieng. Konsumsi pestisida organik di kalangan petani ini dapat ditingkatkan dengan memunculkan keinginan membeli atau niat pembelian terhadap pestisida organik. Niat pembelian tersebut dipengaruhi oleh motivasi petani itu sendiri untuk membeli yang didorong oleh kebutuhan yang dirasakan petani. Selain itu, niat pembelian juga dipengaruhi oleh persepsi petani terhadap pestisida organik yang dikenal memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan. Theory of Planned Behavior juga menjabarkan bahwa niat pembelian juga dipengaruhi oleh sikap konsumen terhadap suatu tindakan, yaitu penggunaan pestisida organik; norma subjektif konsumen berdasarkan kelompok-kelompok

3)

acuannya; dan persepsi konsumen itu sendiri terhadap kontrol perilaku yang dapat ia lakukan.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan permasalahan- permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana motivasi, persepsi, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik?

2. Bagaimana hubungan karakteristik contoh dengan motivasi, persepsi, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik?

3. Bagaimana hubungan motivasi dan persepsi contoh dengan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik?

4. Bagaimana pengaruh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku contoh terhadap niat pembelian pestisida organik?

Tujuan Tujuan Umum

Menganalisis motivasi petani, hubungan antara persepsi dengan niat pembelian, serta menganalisis pengaruh dalam model Theory of Planned Behavior mengenai pembelian produk pestisida organik.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi motivasi, persepsi, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik;

2. Menganalisis hubungan karakteristik contoh dengan motivasi, persepsi, sikap terhadap perilaku, norma subjektif, persepsi pengendalian perilaku, dan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik;

3. Menganalisis hubungan motivasi dan persepsi contoh dengan niat pembelian contoh terhadap pestisida organik;

4. Menganalisis pengaruh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi pengendalian perilaku contoh terhadap niat pembelian pestisida organik.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan, beberapa manfaat tersebut adalah :

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan sebuah proses pembelajaran dan latihan dalam pemikiran yang sistematis terutama dalam bidang riset konsumen.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui motivasi, persepsi, dan aplikasi teori perilaku terencana pada niat pembelian pestisida organik di kalangan petani kentang terutama di Dataran Tinggi Dieng.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemasaran pestisida organik agar pestisida organik dapat menembus pasar dan bersaing dengan pestisida kimia, terutama di lingkungan Dataran Tinggi Dieng.

Dokumen terkait