• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Dataran tinggi Dieng terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateau) berada di dua wilayah, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Wilayah terbesar Dataran Tinggi Dieng milik Kabupaten Banjarnegara dan merupakan dataran paling tinggi di Jawa (Sekneg RI 2007). Rata-rata ketinggiannya adalah 6.802 kaki atau 2.093 m dpl dengan suhu siang hari antara 150C dan 100C pada malam hari (Turasih 2011). Pada waktu musim kemarau, suhu dapat turun drastis di bawah titik 00C. Dataran Tinggi Dieng dikelilingi gugusan gunung antara lain Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, Gunung Perahu, Gunung Rogojembangan, serta Gunung Bismo. Kondisi penggunaan lahan hutan negara di Dieng berdasarkan citra Landsat ETM+ pada tahun 2005 adalah terdiri dari hutan, non hutan, cagar alam, dan danau/telaga. Dari keseluruhan luas wilayah penggunaan lahan seluas 483,300 ha (50,15%) berupa non hutan. Kondisi ideal hutan yang berada di Dieng idealnya berupa kawasan hutan lindung.

Dataran Tinggi Dieng merupakan salah satu sentra penghasil kentang di Indonesia. Kondisi sosial ekomomi masyarakat rata-rata mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan buruh tani dengan rata-rata 77,36% dari total keseluruhan penduduk yang bekerja (Winoto 2011). Berdasarkan data BPS (2010), produksi kentang dari Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 288,654 ton, sedangkan menurut Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara tahun 2009, kapasitas produksi kentang Kabupaten Banjarnegara adalah 133.417,5 ton/tahun (DIPERTAN 2009). Hal ini menunjukkan Kabupaten Banjarnegara atau daerah Dataran Tinggi Dieng merupakan daerah produsen kentang yang sangat tinggi produktivitasnya.

Karakteristik petani

Jenis Kelamin. Jumlah contoh pada penelitian ini sebanyak 100 petani. Hampir seluruh contoh berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 97 persen (Tabel 4). Pertanian merupakan mata pencaharian utama mayoritas masyarakat Dataran

Tinggi Dieng. Oleh karenanya, pertanian umum dikelola oleh kepala keluarga yaitu suami (laki-laki). Pertanian baru dikelola oleh perempuan apabila suami tidak mampu mengelola pertanian, suami memiliki mata pencaharian lain, atau hal-hal lain yang menjadi pertimbangan khusus.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

n %

Laki-laki 97 97,0

Perempuan 3 3,0

Total 100 100,0

Usia. Usia contoh merupakan lama hidup contoh. Perbedaan usia

konsumen akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek ataupun jenis produk (Sumarwan 2011). Rentang usia contoh dalam penelitian ini adalah 22-52 tahun dengan rata-rata usia contoh adalah 35,79 tahun. Usia contoh ini termasuk dalam kategori usia dewasa awal, dewasa lanjut, separuh baya, dan tua menurut siklus hidup konsumen yang dikemukakan oleh Sumarwan (2011). Tabel 5 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (56%) tergolong dalam dewasa lanjut.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan usia

Usia (tahun) Jumlah

n % Dewasa awal (19-24) 1 1,0 Dewasa lanjut (25-35) 56 56,0 Separuh baya (36-50) 40 40,0 Tua (51-65) 3 3,0 Total 100 100,0

Min - max (tahun) 22 – 52

Rataan ± Sd 35,79 ± 6,33

Pendidikan. Tingkat pendidikan seseorang akan memengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah yang kemudian menentukan proses keputusan dan pola konsumsi seseorang (Sumarwan 2011). Pendidikan dapat diketahui dari latar belakang pendidikan formal dan/atau informal yang pernah ditempuh contoh dalam satuan tahun. Pendidikan informal dalam penelitian ini adalah pendidikan pesantren yang umum ditempuh oleh masyarakat setempat setelah menempuh pendidikan formal

hingga jenjang SD atau SMP. Pendidikan yang telah ditempuh oleh contoh berada pada berbagai tingkat pendidikan. Berdasarkan Tabel 6, dapat diketahui bahwa persentase terbesar tingkat pendidikan contoh (41%) adalah SMP atau sederajat. Sedangkan persentase terendah tingkat pendidikan contoh (1%) adalah tidak sekolah dan Diploma 3. Hal yang menarik bahwa terdapat contoh yang menamatkan pendidikan sampai jenjang Strata 1 (S1) yaitu sebesar 3,0 persen.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan

Pendidikan Jumlah

n %

Tidak Bersekolah 1 1,0

SD 35 35,0

SMP atau sederajat 41 41,0

SMA atau sederajat 17 17,0

Diploma 2 2 2,0

Diploma 3 1 1,0

Strata 1 (S1) 3 3,0

Total 100 100,0

Penghasilan Tani. Penghasilan tani merupakan jumlah uang yang

diperoleh contoh dari hasil pertanian kentang per bulan. Jumlah tersebut didapat dari jumlah uang yang didapat dari hasil panen dikurangi modal kemudian dibagi lama bulan masa tunggu panen kentang (4 bulan). Hasil menunjukkan penghasilan tani terendah dari contoh adalah Rp60.000,- dan penghasilan tani tertinggi adalah Rp25.000.000,-. Berdasarkan range yang jauh tersebut, pembagian kategori penghasilan tani dibuat dalam rentang 2 juta rupiah sehingga didapat gambaran bahwa lebih dari separuh contoh (60%) memiliki penghasilan tani dibawah 2 juta rupiah per bulan (Tabel 7).

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan penghasilan tani Penghasilan per Bulan dari Pertanian (Rp) Jumlah

n % 0 - 2.000.000 60 60,0 2.000.001 - 4.000.000 22 22,0 4.000.001 - 6.000.000 9 9,0 > 6.000.000 9 9,0 Total 100 100,0 Min - max (Rp) 60.000 – 25.000.000 Rataan ± Sd 3.092.500 ± 4.087.910

Pendapatan Keluarga. Pendapatan keluarga merupakan jumlah uang yang diperoleh keluarga contoh per bulan dari berbagai sumber pendapatan keluarga (pertanian dan sumber lain). Hasil pada Tabel 8 menunjukkan pendapatan keluarga contoh yang paling rendah adalah adalah Rp250.000,- dan pendapatan keluarga contoh paling tinggi adalah Rp25.000.000,-. Separuh contoh (50%) memiliki pendapatan keluarga dibawah 2 juta rupiah.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga

Pendapatan Keluarga (Rp) Jumlah

n % 0 - 2.000.000 50 50,0 2.000.001 - 4.000.000 29 29,0 4.000.001 - 6.000.000 6 6,0 > 6.000.000 15 15,0 Total 100 100,0 Min - max (Rp) 250.000 – 25.000.000 Rataan ± Sd 3.667.200 ± 4.404.560

Jumlah Sumber Pendapatan. Jumlah sumber pendapatan adalah jumlah semua sumber pendapatan keluarga contoh. Lebih dari separuh contoh (60%) memiliki jumlah sumber pendapatan 1 sumber, yaitu pertanian saja (Tabel 9). Jumlah sumber pendapatan mengindikasikan cadangan sumber pendapatan keluarga apabila pertanian tidak menghasilkan sesuai harapan karena pertanian merupakan bidang mata pencaharian yang sangat bergantung pada kondisi iklim dan cuaca serta harga pasar sehingga seringkali hasilnya susah diprediksi.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jumlah sumber pendapatan

Jumlah Sumber Pendapatan Jumlah

n % 1(pertanian saja) 60 60,0 2 (dua) 28 28,0 3 (tiga) 9 9,0 4 (empat) 2 2,0 5 (lima) 1 1,0 Total 100 100,0 Karakteristik Pertanian

Luas Lahan yang Diolah. Luas lahan yang diolah contoh dalam bertani kentang beragam dan memiliki range yang sangat jauh, yaitu luas terendah adalah 0,02 hektar dan terluas adalah 4 hektar. Pembagian kategori dilakukan dengan

membuat cut off point pada titik 1 dan 2 hektar. Petani dengan luas lahan lebih kecil dari 1 hektar mendominasi hasil contoh dengan persentase sebesar 69 persen (Tabel 10).

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan luas lahan yang diolah Luas Lahan yang Diolah (ha) Jumlah

n %

< 1 69 69,0

1 – 1,99 18 18,0

≥ 2 13 13,0

Total 100 100,0

Min - max (ha) 0,02 – 4,00

Rataan ± Sd 0,77 ± 0,79

Status Kepemilikan Lahan. Status kepemilikan lahan pada umumnya akan menentukan peran petani dalam pengambilan keputusan terkait pengolahan lahan dan menggambarkan pula tingkatan kemampuan petani dalam kepemilikan lahan. Status kepemilikan lahan yang diolah contoh dalam bertani kentang dibedakan menjadi lahan majikan, dimana petani menjadi buruh dan tidak memiliki lahan sendiri; lahan sewa; lahan sendiri; dan petani yang memiliki lahan sendiri sekaligus menyewa lahan lain. Hasil pada Tabel 11 menunjukkan bahwa hampir tiga per empat contoh (74%) merupakan petani yang memiliki lahan sendiri.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan status kepemilikan lahan

Status Kepemilikan Lahan Jumlah

n % Lahan majikan (petani sebagai buruh) 1 1,0

Lahan sewa 4 4,0

Lahan sendiri 74 74,0

Lahan sendiri dan sewa 21 21,0

Total 100 100,0

Pengalaman Berusaha Tani. Pengalaman berusaha tani mengindikasikan banyaknya hal yang telah dialami dan dipelajari petani dalam hal pertanian, baik dari pengalaman diri sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh selama rentang tahun tersebut akan menjadi sebuah proses belajar bagi konsumen yang berikutnya akan menyebabkan perubahan-perubahan perilaku, pengetahuan, dan sikap (Sumarwan 2011). Lamanya contoh bermata

kemudian dikategorikan per 10 tahun. Lebih dari separuh contoh (53%) memiliki pengalaman berusaha tani selama 10 – 19 tahun (Tabel 12).

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pengalaman berusaha tani Pengalaman Berusaha Tani (tahun) Jumlah

n % < 10 tahun 28 28,0 10 – 19 tahun 53 53,0 20 – 29 tahun 14 14,0 ≥ 30 tahun 5 5,0 Total 100 100,0 Min - max (Rp) 0,40 – 37,00 Rataan ± Sd 13,34 ± 7,71 Motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen. Schiffman dan Kanuk (2004) mendefinisikan motivasi sebagai sebuah dorongan yang membuat seseorang melakukan suatu perbuatan. Dorongan tersebut merupakan produksi dari ketidaknyamanan sebagai hasil dari tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang.

Tabel 13 Motivasi contoh terhadap pembelian pestisida organik

No Motivasi Persentase (%) Tidak Setuju Setuju Motivasi Intrinsik Alasan Keamanan

1 Aman terhadap petani yang menggunakan pestisida 6 94

2 Aman terhadap tanaman kentang 6 94

3 Aman terhadap tanah/lahan pertanian 6 94

Alasan Keuntungan Ekonomi

4 Harganya sesuai dengan kualitas 22 78

5 Meningkatkan daya jual 30 70

Alasan Pembelajaran

6 Coba-coba 30 70

7 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan 6 94

Motivasi Ekstrinsik 8 Meniru-niru petani lain yang menggunakan pestisida

organik 59 41

9 Saran dari penyuluh pertanian 28 72

10 Menggunakan pestisida organik akan menaikkan gengsi/kebanggaan

54 46

11 Ajakan teman-teman petani yang sudah menggunakan pestisida organik

Motivasi dalam penelitian ini merupakan faktor-faktor yang menjadi kekuatan pendorong atau menjadi alasan contoh untuk membeli pestisida organik. Tabel 13 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menjadi motivasi utama petani dalam pembelian dan/atau penggunaan pestisida organik adalah alasan keamanan (terhadap petani, tanaman kentang, maupun tanah/lahan pertanian) dan alasan pembelajaran (meningkatkan pengetahuan dan keterampilan). Meniru-niru petani lain yang menggunakan pestisida organik dan alasan untuk menaikkan gengsi/kebanggaan merupakan motivasi ekstrinsik yang paling tidak menjadi pertimbangan/motivasi utama konsumen dalam pembelian pestisida organik.

Persepsi

Persepsi, sama halnya dengan motivasi, merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen. Menurut Sumarwan (2011), persepsi konsumen adalah bagaimana seorang konsumen melihat realitas di luar dirinya atau dunia sekelilingnya. Persepsi ini akan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, harapan, dan kebutuhan seseorang. Persepsi dalam penelitian ini merupakan interpretasi contoh terhadap atribut-atribut pestisida organik. Tabel 14 menggambarkan sebaran contoh berdasarkan persepsi terhadap pestisida organik dengan semakin tinggi nilai mewakili persepsi semakin positif. Pernyataan mengenai keamanan pestisida organik terhadap petani, tanaman kentang, maupun lahan pertanian memiliki sebaran contoh sebagian besar di area positif (8 – 10), begitu pula dengan kemudahan aplikasi pestisida organik. Bahkan, hampir separuh contoh (n=49) mempersepsikan bahwa pestisida organik sangat aman terhadap tanah atau lahan pertanian.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan persepsi

No Pernyataan Jawaban

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Harga pestisida organik (sangat

mahal - sangat murah) 8 3 7 7 26 18 18 6 1 6

2

Ketuntasan dalam

mengendalikan hama atau penyakit (sangat tidak tuntas – sangat tuntas)

2 3 10 18 27 11 15 11 0 3

3

Kecepatan daya bunuh atau daya basmi (sangat lambat – sangat cepat)

Tabel 14 Lanjutan

No Pernyataan Jawaban

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 4

Keamanan terhadap tanaman kentang (sangat berbahaya – sangat aman)

0 0 0 1 2 5 11 25 19 37

5

Keamanan terhadap petani yang menggunakan pestisida (sangat berbahaya – sangat aman)

1 0 1 1 2 4 11 20 20 40

6

Keamanan terhadap tanah/lahan pertanian (sangat berbahaya – sangat aman)

0 0 0 1 1 7 7 14 21 49

7

Harga dikaitkan dengan kualitas (sangat tidak sesuai – sangat sesuai)

3 3 4 4 15 12 24 23 4 8

8

Kemudahan memperoleh pestisida organik (sangat sulit – sangat mudah)

6 4 18 14 10 12 7 12 9 8

9

Kondisi dan penampilan kemasan pestisida organik (sangat tidak menarik – sangat menarik)

2 2 6 9 22 19 14 17 5 4

10

Kemudahan aplikasi pestisida organik (sangat sulit – sangat mudah)

2 2 4 6 9 8 13 33 10 13

11

Gengsi dari pestisida organik (sangat tidak bergengsi – sangat bergengsi)

2 2 2 6 14 15 17 20 7 15

Lebih dari tiga per empat contoh (78%) memiliki persepsi sedang terhadap pestisida organik (Tabel 15). Hal tersebut berarti contoh memiliki pandangan dan interpretasi yang cukup positif terhadap atribut-atribut pestisida organik. Skor terendah persepsi contoh adalah 38 dan skor tertinggi adalah 104 dengan skor minimum dan maksimum yang mungkin diperoleh berturut-turut adalah 11 dan 110 (skala Semantik Diferensial 1-10 dengan 11 pertanyaan).

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan skor total persepsi

Persepsi Jumlah n % Rendah (38-60) 11 11,0 Sedang (61-83) 78 78,0 Tinggi (84-104) 11 11,0 Total 100 100,0 Min-max 38 – 104 Rataan±Sd 73,61 ± 10,64

Dimensi TPB (Sikap terhadap Perilaku, Norma Subjektif, Persepsi Pengendalian Perilaku, dan Niat Pembelian)

Sikap terhadap Perilaku. Sikap terhadap perilaku dalam penelitian ini merupakan sikap contoh terhadap perilaku atau tindakan penggunaan pestisida organik. Sikap terhadap perilaku memiliki dua komponen, yaitu: keyakinan perilaku dan evaluasi (Ajzen 1991). Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa proporsi terbesar contoh setuju memiliki keyakinan perilaku jika menggunakan pestisida organik akan mendapat banyak keuntungan (n=71), dapat menjaga kelestarian lingkungan (n=62), residu pestisida di kentang (n=71) dan di tanah (n=77) akan lebih sedikit, dan dapat menghindari kekebalan hama (n=66).

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan sikap terhadap perilaku

No Pernyataan Jawaban

STS TS S SS

Keyakinan perilaku

1 Saya akan mendapat banyak keuntungan

apabila menggunakan pestisida organik 0 17 71 12 2 Saya menggunakan pestisida organik agar

dapat menjaga kelestarian lingkungan 0 3 62 35

3

Residu pestisida di kentang akan lebih sedikit bila saya menggunakan pestisida organik

0 8 71 21

4

Residu pestisida di tanah akan lebih sedikit bila saya menggunakan pestisida organik

1 6 77 16

5 Saya dapat menghindari kekebalan hama

bila menggunakan pestisida organik 0 18 66 16

Evaluasi

6

Saya ingin memperoleh keuntungan seperti petani-petani lain yang menggunakan pestisida organik

0 2 75 23

7

Saya bangga bila dapat menjaga kelestarian lingkungan dengan menggunakan pestisida organik

0 1 58 41

8 Saya ingin residu pestisida di kentang

sedikit 0 3 67 30

9 Saya ingin residu pestisida di tanah sedikit 0 1 69 30 10 Saya tidak ingin hama menjadi kebal

terhadap pestisida 0 5 65 30

Keterangan: STS=Sangat Tidak Setuju; TS=Tidak Setuju; S=Setuju; SS=Sangat Setuju

Proporsi terbesar contoh pada aspek evaluasi juga berada pada tingkatan setuju bahwa petani ingin memperoleh keuntungan seperti petani-petani lain

lingkungan (n=58), ingin residu pestisida di kentang (n=67) dan di tanah (n=69) sedikit, dan tidak menginginkan hama menjadi kebal terhadap pestisida (n=65). Hal ini berarti mayoritas contoh memiliki kepercayaan perilaku dan evaluasi yang cukup baik terhadap penggunaan pestisida organik.

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan skor sikap terhadap perilaku

Sikap Jumlah n % Rendah (29-46) 43 43,0 Sedang (47-63) 40 40,0 Tinggi (64-80) 17 17,0 Total 100 100,0 Min-max 29 – 80 Rataan±Sd 51,36 ± 11,12

Hampir separuh contoh (43%) memiliki sikap terhadap perilaku penggunaan pestisida organik rendah dan dengan persentase yang tidak jauh berbeda (40%), contoh memiliki sikap terhadap perilaku dalam kategori sedang (Tabel 17). Hal tersebut berarti contoh belum memiliki memiliki keyakinan yang kuat bahwa menggunakan pestisida organik akan memberikan manfaat yang cukup banyak bagi contoh. Skor terendah sikap terhadap perilaku yang diperoleh contoh adalah 29 dan skor tertinggi adalah 80 dengan skor minimum dan maksimum yang mungkin diperoleh berturut-turut adalah 5 dan 80 (skala Likert 1- 4 dengan 5 pasang pertanyaan).

Norma subjektif. Norma subjektif dalam penelitian ini adalah persepsi contoh terhadap tekanan sosial (pikiran pihak-pihak yang dianggap berkepentingan dan memiliki harapan kepada contoh untuk menggunakan pestisida organik) dan sejauh mana keinginan contoh untuk memenuhinya. Norma subjektif memiliki dua komponen, yaitu: keyakinan normatif dan motivasi mematuhi (Ajzen 1991). Berdasarkan Tabel 18, proporsi terbesar contoh setuju memiliki kepercayaan normatif bahwa kebanyakan orang (n=63), keluarga (n=61), konsumen (n=69), penyuluh pertanian (n=68), dan teman-teman petani (n=62) contoh mengharapkan contoh menggunakan pestisida organik. Sama halnya pada aspek motivasi mematuhi, lebih dari separuh contoh (n=67) setuju untuk ingin melakukan apa yang dikatakan kebanyakan orang agar menggunakan

pestisida organik, dan mayoritas contoh setuju untuk ingin mematuhi keinginan keluarga (n=83), konsumen (n=80), penyuluh pertanian (n=86), dan teman-teman petani (n=86) untuk menggunakan pestisida organik. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas contoh yakin bahwa kebanyakan orang, keluarga, konsumen, penyuluh pertanian, dan teman-teman petani memiliki peran yang penting bagi contoh terhadap kemungkinan penggunaan pestisida organik.

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan norma subjektif

No Pernyataan Jawaban

STS TS S SS

Keyakinan normatif

1 Kebanyakan orang menginginkan saya

menggunakan pestisida organik 0 31 63 6

2 Keluarga saya menginginkan saya menggunakan

pestisida organik 0 29 61 10

3 Konsumen kentang saya menghendaki saya

menggunakan pestisida organik 0 22 69 9

4

Penyuluh pertanian mengatakan bahwa

menggunakan banyak pestisida kimia tidak baik sehingga menganjurkan saya menggunakan pestisida organik

1 13 68 18

5 Teman-teman petani saya menyarankan saya

menggunakan pestisida organik 0 28 62 10

Motivasi Mematuhi

6

Saya ingin melakukan apa yang dikatakan

kebanyakan orang agar saya menggunakan pestisida organik

0 29 67 4

7 Saya ingin melakukan apa yang keluarga saya

inginkan tentang pestisida organik 0 15 83 2 8 Saya ingin melakukan apa yang konsumen saya

kehendaki tentang pestisida organik 0 11 80 9 9 Saya ingin mengikuti anjuran penyuluh pertanian

agar menggunakan pestisida organik 0 6 86 8 10 Saya ingin melakukan apa yang teman-teman petani

saya sarankan tentang pestisida organik 0 7 86 7 Keterangan: STS=Sangat Tidak Setuju; TS=Tidak Setuju; S=Setuju; SS=Sangat Setuju

Tabel 19 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (54%) memiliki norma subjektif dalam kategori sedang. Hal tersebut berarti contoh memiliki keyakinan yang cukup kuat bahwa orang-orang di sekitarnya menginginkannya menggunakan pestisida organik dan contoh pun cukup ingin mematuhinya. Skor minimum dan maksimum yang mungkin diperoleh berturut-turut adalah 5 dan 80 (skala Likert 1-4 dengan 5 pasang pertanyaan).

Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan skor norma subjektif

Norma Subjektif Jumlah

n % Rendah (24-37) 30 30,0 Sedang (38-51) 54 54,0 Tinggi (52-64) 16 16,0 Total 100 100,0 Min-max 24 – 64 Rataan±Sd 42,23 ± 8,51

Persepsi Pengendalian Perilaku. Persepsi pengendalian perilaku

berbeda dengan persepsi. Persepsi pengendalian perilaku dalam penelitian ini adalah persepsi contoh tentang faktor-faktor yang dapat menjadi pengendali perilaku penggunaan pestisida organik dan seberapa besar contoh dapat mengendalikannya. Persepsi pengendalian perilaku terdiri dari dua komponen, yaitu keyakinan pengendalian dan kekuatan faktor pengendalian (Ajzen 1991). Berdasarkan Tabel 20, proporsi terbesar contoh setuju memiliki keyakinan perilaku bahwa contoh bisa menggunakan pestisida organik apabila memiliki andil dalam pengambilan keputusan di lahan (n=84), harga pestisida organik relatif lebih murah atau sama dengan pestisida kimia (n=61), dan tersedia di toko- toko sekitar desa (n=74). Contoh juga setuju bahwa lebih mudah menggunakan pestisida organik apabila semakin sedikit ragam hama dan penyakit yang menyerang (n=75) dan memiliki alat-alat yang memadai untuk aplikasi pestisida organik (n=85).

Sementara itu, hampir seluruh contoh (n=93) menyatakan tidak setuju pada pernyataan invers bahwa contoh tidak memiliki andil dalam pengambilan keputusan di lahan yang berarti mereka memiliki andil dalam pengambilan keputusan di lahan. Contoh juga tidak setuju pada pernyataan invers lainnya bahwa harga pestisida organik relatif lebih mahal daripada pestisida kimia (n=61). Lebih dari separuh contoh menyatakan setuju untuk ketiga pernyataan terakhir, yaitu bahwa hama dan penyakit yang menyerang pada masa tanam ini relatif beragam (pernyataan invers; n=79), contoh memiliki alat-alat yang memadai untuk aplikasi pestisida organik (n=63), dan toko-toko pertanian di sekitar desa contoh menjual pestisida organik (n=53). Hal ini berarti mayoritas contoh sudah memiliki kekuatan faktor pengendalian yang cukup tinggi untuk dapat

menggunakan pestisida organik, kecuali dalam hal terkait faktor hama dan penyakit yang menyerang pada masa tanam ini.

Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan persepsi pengendalian perilaku

No Pernyataan Jawaban

STS TS S SS

Keyakinan Pengendalian

1

Saya yakin dapat menggunakan pestisida organik apabila saya memiliki andil dalam pengambilan keputusan di lahan ini

0 6 84 10

2

Saya yakin saya bisa menggunakan pestisida organik bila harganya relatif sama atau lebih murah dibandingkan pestisida kimia

0 4 61 35

3

Saya yakin semakin sedikit ragam hama dan penyakit yang menyerang akan semakin mudah saya menggunakan pestisida organik

0 6 75 19

4

Pengaplikasian pestisida organik akan lebih mudah bila saya memiliki alat-alat yang memadai

0 1 85 14

5

Saya akan menggunakan pestisida organik apabila terdapat di toko-toko pertanian di sekitar desa saya

0 10 74 16

Kekuatan Faktor Pengendalian

6* Saya tidak memiliki andil dalam pengambilan

keputusan di lahan ini 5 93 2 0

7* Harga pestisida organik relatif lebih mahal

daripada pestisida kimia 2 61 36 1

8* Hama dan penyakit yang menyerang pada masa

tanam ini relatif beragam 0 15 79 6

9 Saya memiliki alat-alat yang memadai untuk

pengaplikasian pestisida organik 0 33 63 4 10 Toko-toko pertanian di sekitar desa saya

menjual pestisida organik 2 41 53 4

Keterangan: STS=Sangat Tidak Setuju; TS=Tidak Setuju; S=Setuju; SS=Sangat Setuju; * Pernyataan invers

Tabel 21 menunjukkan bahwa lebih dari separuh contoh (51%) memiliki persepsi pengendalian perilaku dalam kategori rendah. Hal tersebut berarti contoh memiliki keyakinan yang rendah akan kemampuannya dalam mengendalikan perilaku penggunaan pestisida organik. Skor terendah persepsi pengendalian perilaku yang diperoleh contoh adalah 32 dan skor tertinggi adalah 55 dengan skor minimum dan maksimum yang mungkin diperoleh berturut-turut adalah 5 dan 80 (skala Likert 1-4 dengan 5 pasang pertanyaan).

Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan skor persepsi pengendalian perilaku Persepsi Pengendalian Perilaku Jumlah

n % Rendah (32-39) 51 51,0 Sedang (40-47) 31 31,0 Tinggi (48-55) 18 18,0 Total 100 100,0 Min-max 32 – 55 Rataan±Sd 40,88 ± 5,58

Niat Pembelian. Niat pembelian dalam penelitian ini adalah seberapa besar kecenderungan contoh untuk membeli pestisida organik yang diukur melalui kesetujuan contoh terhadap enam pernyataan yang diberikan. Hampir sebagian besar contoh menyatakan tidak setuju pada semua pernyataan invers dan setuju pada semua pernyataan lainnya (Tabel 22). Hal ini menunjukkan bahwa contoh memiliki niat pembelian yang cukup tinggi.

Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan niat pembelian

No Pernyataan Jawaban

STS TS S SS 1 Saya akan membeli pestisida organik

dalam bulan ini 0 23 72 5

2 Saya akan membeli pestisida organik

dalam 6 bulan ke depan 1 10 84 5

3 Saya akan membeli pestisida organik

dalam satu tahun ke depan 1 5 85 9

4*

Saya akan membeli pestisida organik hanya untuk masa tanam kentang sekarang

7 85 8 0

5*

Saya akan membeli pestisida organik hanya untuk masa tanam kentang berikutnya

6 79 15 0

6 Saya akan membeli pestisida organik

untuk setiap masa tanam 0 11 71 18

Keterangan: STS=Sangat Tidak Setuju; TS=Tidak Setuju; S=Setuju; SS=Sangat Setuju; * Pernyataan invers

Tabel 23 menunjukkan bahwa lebih dari tiga per empat contoh (77%) memiliki niat pembelian pestisida organik dalam kategori sedang. Hal tersebut berarti contoh memiliki kecenderungan yang cukup untuk membeli pestisida organik. Skor terendah niat pembelian pestisida organik yang diperoleh contoh adalah 13 dan skor tertinggi adalah 22 dengan skor minimum dan maksimum

yang mungkin diperoleh berturut-turut adalah 6 dan 24 (skala Likert 1-4 dengan 6 pertanyaan).

Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan skor niat pembelian

Niat Jumlah n % Rendah (13-15) 11 11,0 Sedang (16-18) 77 77,0 Tinggi (19-22) 12 12,0 Total 100 100,0 Min-max 13 – 22 Rataan±Sd 17,74 ± 1,82

Hubungan Antara Karakteristik Contoh dengan Motivasi, Persepsi, dan Dimensi TPB

Hubungan Karakteristik Contoh dengan Motivasi. Tabel 24

menunjukkan bahwa semakin tinggi lama pendidikan contoh akan semakin rendah motivasi (r= -0,167; p<0,1) dan motivasi eksternal (r= -0,180; p<0,1) contoh terhadap pestisida organik. Hasil menunjukkan pula semakin banyak jumlah sumber pendapatan contoh, semakin besar motivasi contoh terhadap pestisida organik (r=0,190; p<0,1). Berbeda dengan jumlah sumber pendapatan, pendapatan keluarga tidak memiliki hubungan dengan motivasi. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa jumlah sumber pendapatan tidak memiliki hubungan dengan pendapatan keluarga yang berarti meningkatnya jumlah sumber pendapatan tidak seiring dengan peningkatan pendapatan keluarga.

Tabel 24 Hubungan karakteristik contoh dengan motivasi

Karakteristik Contoh Koefisien Korelasi Motivasi Motivasi Intrinsik Motivasi Ekstrinsik Jenis Kelamin S -0,001 -0,047 0,039 Usia -0,023 -0,035 0,001 Lama Pendidikan -0,167* -0,111 -0,180*

Penghasilan Tani per Bulan -0,038 -0,062 0,010 Pendapatan Keluarga per Bulan -0,007 -0,026 0,022

Jumlah Sumber Pendapatan 0,190* 0,157 0,162

Luas Lahan yang Diolah -0,020 -0,050 0,028

Status Kepemilikan Lahan S -0,036 0,002 -0,001

Pengalaman Berusaha Tani -0,081 -0,066 -0,070 Keterangan: S) Menggunakan alat analisis korelasi Spearman; *)nyata pada p<0,1; **) nyata pada p<0,05

Dokumen terkait