• Tidak ada hasil yang ditemukan

Achmad, Amrullah. Dakwah Islam dan Perubaahan Sosial. Yogyakarta: Prima Duta Yogyakarta, 1983.

Albrow, Martin. Birokrasi. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya, 1989. Al-Qahthani, Sa’id. Menjadi Da’i Yang Sukses. Jakarta : Qitshi Press, 2005. Arifin, H.M. Psikologi Dakwah. Jakarta : Bumi Aksara, 2000.

Aziz, Muhammad Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media, 2004.

Efendy, Bachtiar. Tulisan Pada Buku, Problematika Politik Islam. Jakarta : PT. Grasindo, 2002.

Hidayat, Syamsul. Dakwah Kultural dan Pemurnian Ajaran Islam. Yogyakarta: LSB PP Muhammadiyah, 2002.

Hisyam, Usamah. Sepanjang Jalan Dakwah Tifatul Sembiring. Jakarta : Dharmapena Citra Media, 2012.

Husin Al Munawwar, Said Agil. Kata Sambutan Dalam Buku Metode Dakwah Karangan Himpunan Rahmat Semesta. Jakarta : Prenada Media, 2003. Jurdi, Syarifudin. Pemikiran Politik Islam Indonesia. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2008.

LDNU, PP. Potret Gerakan Dakwah NU . Jakarta: PP LDNU Publishing, 2007. Machfoed, A. Filsafat Dakwah “Ilmu Dakwah dan Penerapannya”. Jakarta: PT.

Muhaimin, Yahya. Dakwah Islam dan Partisipasi Politik . Yogyakarta : Prima Duta, 1983.

Munir, M. Metode Dakwah. Jakarta : Prenada Media, 1997. Muslim, Asep. Reformasi Birokrasi. Jakarta : PT. PERCA, 2008.

Mustofa, Kurdi. Dakwah Di Balik Kekuasaan . Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012.

Moeloeng, Lexj. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

Ms, Wahyu. Petunjuk Praktis Membuat Skripsi . Surabaya : Usaha Nasional, h. 42 Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani, 2008.

Natsir, M. Fiqhud Dakwah. Jakarta, Dewan Islamiyah Indonesia. 1990. Nasution, S. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT.Bumi Aksara, 2002.

Omar, H.M. Toha Yahya. Islam dan Dakwah. Jakarta: PT. AL Mawardi Prima, 2004.

Purwodarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976.

Rahmat, Jalaludin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung :PT Remaja Rosdakarya , 2005.

Ridha, Abu. Islam Dan Politik Mungkinkah Bersatu ?. Bandung : Syaamil Cipta Media, 2004.

Ridwan, Kafrawi. Metode Dakwah Dalam Menghadapi Masa Depan. Jakarta, PT. Golden Terayon Press, 1987.

Suhartono, Irwan. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000.

Sulthon, Muhammad. Desain Ilmu Dakwah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2003. Surya, Djumhur Moh. Bimbingaan dan Penyuluhan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1975.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus

Besar BahasaIndonesia. Jakarta:Balai Pustaka, 2005.

Thahir, Masnun, Tulisan Dalam Jurnal Istiqra, Nomor 01, 2007. h. 174

Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penafsiran Al-Qur’an, 1996.

Zaidillah, Al-Wisral Imam. Stategi Dakwah. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

INTERNET

www.iphi.web.id, Sabtu 27 April 2013, 19:21

http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/id.html 28 April 2013. Pukul : 19.25

Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM

Semarang. Nama orang tua saya adalah bapak H. Juri dan Ibu Hj. Sofiah. Ketika itu orang tua saya berprofesi sebagai buruh tani sekaligus guru mengaji, imam masjid dan aktif berceramah di kampung. Pendidikan saya di mulai dari sekolah rakyat pada pagi hari, lalu sore hingga malam harinya saya memilih sekolah Madrasah Ibtidaiyah dan mondok di pesantren milik Kiyai Badrudin. Tahun 1965 saya masuk sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA), hingga lulus pada tahun 1970. Saya pun sempat mengaji di pesantren milik Kiyai Maimun Zubair pada tahun yang sama. Tahun 1971 saya memilih untuk masuk Fakultas Dakwah di IAIN Walisongo Semarang, dan lulus pada tahun tahun 1975. Saya sempat melamar menjadi dosen dan diterima. Akan tetapi ketika itu saya juga mendapat panggilan untuk wajib militer pada tahun 1980. Setahun kemudian saya masuk pendidikan militer di Sepamilwa ABRI (Sekolah Perwira Militer Wajib) di Bandung. Penugasan pertama saya sebagai tentara Letnan Satu adalah di tempatkannya saya di KODAM III /17 Agustus Sumatra Barat.

2. Apakah bapak terlahir dari lingkungan yang agamis atau pendakwah ?

 Saya memang terlahir dari lingkungan pendakwah. Karena ketika itu bapak saya juga

sebagai guru mengaji, penceramah dan imam masjid di lingkungan saya. Terlebih ketika saya masuki pesantren hingga kuliah di Fakultas Dakwah IAIN. Jadi kemudian, dapat dikatakan bahwa saya memang terlahir dan besar di lingkungan dakwah.

3. Tepatnya sejak kapan bapak terjun ke dunia dakwah Islam ?

 Saya memulai berdakwah sejak duduk di sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) dengan

berdakwah kecil-kecilan. Kemudian dakwah saya berlanjut ketika saya menjadi guru agama honorer sekaligus masih berstatus mahasiswa. Bahkan ketika itu saya sempat di ajak untuk membangun dan mengurus sekolah agama serta mengisi ta’lim pengajian di

4. Apa yang memotivasi bapak untuk berdakwah ?

 Yang memotivasi dan menginspirasi saya untuk berdakwah pertama kali adalah bapak

saya. Karena saya tau ketika itu bapak saya hanya sebagai buruh tani kecil yang juga sibuk untuk berdakwah. Jadi saya termotivasi untuk ikut berdakwah. Selain bapak, kemudian saya juga terinspirasi oleh seseorang yang bernama Kapten Tituler Jailani. Ketika itu beliau adalah seorang militer yang juga mahir dalam berceramah.

5. Apa alasan bapak memilih dunia birokrasi atau kekuasaan sebagai lahan dakwah ? lalu apa kendala dan hasilnya ?

 Alasan saya adalah karena selain saya lulus tes pendidikan militer ketika itu, juga saya melihat betapa efektifnya berdakwah di lingkungan kekuasaan yang hakikatnya sebagai penentu kebijakan publik. Jadi, jika kita dapat memengaruhi pimpinan hingga mempunyai tingkat relegiusitas yang baik, maka dampak ke bawahnya juga semakin dahsyat. Saya menganalogikan dengan “saya tidak takut dengan seratus harimau yang dipimpin oleh seekor domba, tetapi saya takut jika ada seratus domba yang dipimpin oleh seekor harimau”.

Kendala dakwah dalam birokrasi atau kekuasaan adalah kapasitas dan integritas personal kita. Terkadang tidak semua pimpinan dapat melihat potensi dalam diri kita. Bahkan banyak pimpinan yang menganngap sebelah mata terhadap orang yang hanya memiliki kapasitas sebagai pendakwah. Untuk itulah saya belajar untuk mencari celah

bagaimana pimpinan bisa respek dan care kepada kita.

Jika kita berhasil berdakwah kepada para pimpinan maka dampaknya sangat luar biasa sekali. Seperti misalnya, pimpinan ikut terlibat secara intens dalam kegiatan keagamaan, berpengaruh kepada gaya kepemimpinan menjadi lebih relegius, dan pimpinan akan lebih ada perhatian kepada kita atau bawahannya.

Pendekatan saya dalam berdakwah di kekuasaan saya bagi menjadi tiga bagian :

 Dakwah struktural : Dalam sebuah kekuasaan tentu ada institusinya. Maka saya

melakukan dakwah secara institusional kelembagaan. Jadi intinya adalaha saya mendakwahi semua yang ada di institusi atau antar institusi tersebut.

 Dakwah personal ; adalah model dakwah dengan melakukan pendekatan kepada

personal, terutama para pemegang otoritas. Di sinilah dibutuhkan kepiawaian kapasitas diri. Caranya adalah membuat para pemimpin tadi punya ketergantungan terhadap saya. Ketergantungan di sini adalah ketergantungan dalam penugasan. Misalnya, saya selalu ditugaskan membuat naskah pidato para pimpinan. Di situlah saya memasukan unsur-unsur dakwah dalam naskah pidato.

 Dakwah sinkronisasi/adaptasi : model ini adalah dakwah yang menjembatani komunikasi

yang baik antara pemimpin dengan rakyat.

7. Mengapa Presiden SBY ketika itu memilih bapak sebagai sekretaris pribadinya ?

 Bermula pada tahun1996 ketika saya lulus Sesko angkatan 33 dan menjadi salah satu

lulusan terbaik. kemudian saya ditugaskan untuk menjadi staf di Sospol Mabes ABRI. Ketika itu kebetulaan pak SBY baru saja pindah dari Pangdam II/ Sriwijaya menjadi Kasospol Mabes ABRI.

Disilah saya pertama kali bertemu dengan pak SBY. Sehubungan jabatan saya sebagai staf yang banyak bergelut dengan produk tulisan mengenai kebijakan, maka saya sering bertemu pak SBY. Dengan munculnya embrio reformasi nasional, lalu diikuti dengan jatuhnya Presiden Suharto pada tahun 1997-1998, termasuk pula reformasi dalam tubuh ABRI. Artinya bahwa reformasi yang terjadi pada tubuh ABRI adalah reformasi kultural dan struktural. Untuk itulah saya sebagai staf yang menjabat dalam bidang doktriner atau doktrin sistem dan metode, mempunyai tugas untuk merubah mindset atau pokok pikiran dalam tubuh ABRI. Pokok pikiran yang meliputi paradigma TNI, netralitas TNI dan TNI abad 21. Di tahun itulah saya bersama Mayjen Sudi Silalahi dan Brigjen Djoko Santoso

ketika pak SBY diangkat menjadi Menkopolkam di era Megawati. Ketika itu niat saya hanya untuk dakwah di kalangan kekuasaan SBY. Saya juga sebagai salah satu pendiri dan pernah terlibat membuat pokok-pokok pikiran dan AD/ART Partai Demokrat. Dengan segala kedekatan itulah, mungkin ketika itu pak SBY mempercayai saya sebagai Sekretaris Pribadinya. Momen inilah yang saya pergunakan untuk dakwah dalam kekuasaan

8. Apa sajakah gagasan atau konsep dakwah yang bapak masukan ke dalam kegiatan

Presiden SBY?

Gagasan atau konsep yang saya berikan adalah semata-mata berdakwah dalam kekuasaan adalah ;

 Mengatur jadwal kegiatan Presiden SBY yang tidak mengganggu jadwal sholat.

 Mendorong agar kegiatan yang berdimensi spiritual agar banyak dilakukan di Istana.

 Mengadakan Hari Besar Islam di Istana.

 Mengadakan acara berbuka bersama dengan para menteri.

 Meyakinkan presiden agar banyak menghadiri undangan acara-acara keagamaan.

 Menghadiri acara-acara pembukaan organisasi keagamaan.

 Memfasilitasi komunikasi dan silaturahmi personal antara Presiden dengan para kiyai

nasional.

 Membuat konsep atau naskah pidato keagamaan Presiden.

 Selalu mempersilahkan kepada Presiden untuk menjadi Imam

9. Apakah Presiden SBY selalu menyetujui gagasan serta konsep-konsep yang bapak berikan ?

 Saya tidak tahu motifnya, akan tetapi jika seorang amirul mu’minin terlihat baik secara

spiritual, maka dampaknya baik bagi masyarakat. Akan tetapi setahu saya, selama ini pak SBY memberikan respon yang baik terhadap gagasan saya tentang kegiatan keagamaan.

 Membantu Presiden dalam hal-hal yang bersifat personal. Tetapi dalam realitasnya, saya juga bertugas untuk membantu kegiatan lalu lintas administrasi dari Sekretariat Kabinet maupun dari Sekretariat Negara.

 Mengatur jadwal harian Presiden.

 Membantu dalam menyelesaikan kehadiran Presiden dalam memenuhi undangan

 Membantu menyelesaikan kegiatan keprotokolan Presiden.

 Membantu Presiden dalam memelihara komunikasi personal dengan para tokoh

 Membantu kegiatan komunikasi antara Presiden dengan para pembantunya dalam

menyampaikan pesan-pesan tertentu.

 Membantu Presiden dalam memberikan Executive Summary tentang dinamika

perkembangan nasional yang diberitakan lewat media.

 Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diperintahkan oleh Presiden.

11. Bagaimana respon publik terhadap tingkat perubahan relegiusitas Presiden SBY ?

 Tidak ada respon publik ataupun survey. Karena mengukur tingkat relegiusitas seseorang

secara matematis itu dilarang.

12. Apa makna dakwah Islam dalam perspektif bapak ?

 Bagi saya, prinsip dalam berdakwah adalah perubahan. Sebagaimana Sabda Rasulullah

bahwa “Sesungguhnya saya diutus semata-mata hanya untuk menyempurnakan akhlak”.

Makan dari dalil qoth’I ini adalah perubahan. Sehingga misi seorang pendakwah

seharusnya adalah membawa dampak perubahan umat pada arah yang baik dan berkualitas. Untuk itulah, ketika saya menjadi ketua umum Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI). Saya menerapkan visi memelihara kemambruran dan misinya adalah memberikan kontribusi bagi umat.

 Saya lebih senang dengan materi-materi yang kontekstual dan selaras dengan kebutuhan umat.

14. Apa makna dakwah kultural dan struktural dalam perspektif bapak ? manakah yang lebih efektif ? dan apa saja kendalanya ?

 Menurut perspektif saya mengenai dakwah struktural dan kultural adalah :

 Dakwah struktural adalah dakwah secara institusional organisatoris atau hirarkis.

 Dakwah kultural adalah dakwah yang melakukan pendekatan pada ranah mindset dan

kebiasaan.

 Kedua metode ini harus berjalan efektif. Saya mengilustrasikan keduanya bagaikan dua

pasang kaki yang ahrus saling membantu daan mendukung. Intinya adalah, seorang da’I harus pandai mensinergikan dan mensinkronisasikan kedua model dakwah tersebut. 15. Apa respon mad’u mengenai dakwah bapak ? termasuk Presiden SBY ?

 Pada dasarnya, semenjak saya menjadi sespri presiden. Porsi dakwah ke luar saya kurangi. Tetapi saya tetap memfasilitasi ataupun membantu masyarakat dalam hal pembangunan dan pengembangan masjid ataupun kegiatan-kegiatan yang diadakan masyarakat.

16.Apa bentuk kontribusi dakwah personal bapak semenjak menjadi sespri presiden ?

 Saya lebih banyak mempromosikan orang-orang yang saya anggap mempunyai kapasitas keagamaan yang baik untuk menempati posisi-posisi yang strategis dalam pemerintahan. Artinya saya membantu para pejuang-pejuang dakwah yang ada dalam birokrasi. Ini saya niatkan agar mereka juga mendakwahi kalangan birokrat.

17.Apa factor keberhasilan dakwah bapak pada pemimpin ?

 Indikasi-indikasi subjektif saya adalah, secara langung atau tidak langsung SBY banyak membantu dalam hal berkembangnya dakwah di Indonesia. Contohnya adalah, selama 2004-2009 kegiatan-kegiatan keagamaan bebas beraktifitas. Contoh lainnya adalah, instansi-instansi di bawah presiden juga turut banyak

Saya membuat sistem dakwah dengan cara menciptakan kondisi, artinya bahwa sebagai kekuatan struktur secara langsung akan mengikuti arah angin kita. Karena kita bisa menciptakan kondisi.

18.Bagaimana seharusnya dakwah dewasa ini ?

 Dakwah adalah sebuah transformasi. Transformasi kearah penyempurnaan dan kemuliaan manusia. Seharusnya para da’I buka saja memiliki kualitas keilmuan yang baik, tapi akhlak jauh lebih baik. setelah itu baru keilmuan dan metode dakwah. ketiga bentuk ini harus dibingkai dalam lingkaran keridhoan Allah SWT.

 Saya tidak setuju jika dakwah dijadikan alat entertainment. Ini akan menyebabkan degradasi pemahaman keagamaan.

Dokumen terkait