• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karir Dalam Lingkungan Birokrasi Kekuasaan

BAB I: Pada bab ini memuat tentang pengertian kiprah dakwah, unsur- unsur-unsur dakwah dan pengertian birokrasi

B. Unsur-Unsur Dakwah 1.Tujuan Dakwah

2. Karir Dalam Lingkungan Birokrasi Kekuasaan

Langkahnya untuk berdakwah dalam lingkup kekuasaan tentu tidaklah mudah, apalagi mendapat kepercayaan di lingkungan itu. Sebagai alumni IAIN Walisongo, beliau berpikir bahwa menjadi bagian dari lingkungan penguasa adalah strategi jitu untuk berdakwah. Karena ketika itu pilihan

2

Hasil Wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.Rabu. 03 Mei 2013. Pukul 09.15

3

Hasil Wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.Rabu. 03 Mei 2013. Pukul 09.15

seperti ini tidak semua orang bisa dan mampu melakukannya. Selain karena pemerintah masih mencurigai umat Islam, apalagi sebagai lulusan IAIN, juga harus melalui proses seleksi yang ketat. Baginya, dunia ketentaraan menjadi wahana baru untuk terus berkhidmat pada nilai-nilai dakwah. Terlebih saat itu Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) memegang kendali hampir di seluruh posisi publik dan pemerintahan.

Ia memulai karir dan profesinya sebagai seorang prajurit TNI AD Semenjak tahun 1981 dengan pangkat Letnan Satu CAJ . mengawali tugasnya sebagai Perwira Pembina Mental di lingkungan Kodam III/17 Agustus Sumatra Barat mulai dari Perwira Bintal di Satuan Batalyon, Bintaldam, hingga menjadi Kabintal Korem 032/WBR di Sumatra Barat. 4

Kemudian Kurdi Mustofa dimutasikan untuk bertugas di lingkungan Dinas Pembinaan Mental TNI AD di Jakarta. Dia pun pernah bertugas di Korem 011/Liliwangsa Aceh Utara untuk mengemban tugas sebagai Advisor pada jabatan Panglima Angkatan Bersenjata Brunnei Daarussalam untuk urusan-urusan pembinaan keagamaan.

Pada tahun 1996, Kurdi Mustofa menjadi lulusan terbaik Sesko AD angkatan 33. Kemudian ia direkomendasikan untuk melanjutkan karir militernya di lingkungan Sospol ABRI. Di sinilah kemudian Kurdi Mustofa pertama kali kenal dan dekat dengan sosok SBY. Ketika itu SBY baru saja pindah dari Pangdam II/Sriwijaya menjadi Kasospol Mabes ABRI.

4

Kurdi Mustofa, Dakwah Di Balik Kekuasaan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012). Cet. Pertama, h 83

Di lingkungan Kasospol ABRI, Kurdi Mustofa menjabat sebagai Staf Doktrin Sistem dan Metode. Tugasnya ini meliputi bidang doktriner mindset hingga membuat pokok-pokok pikiran dalam tubuh ABRI. Sehubungan dengan tugasnya yang banyak bergelut dengan produk tulisan mengenai kebijakan, maka sudah tentu dirinya banyak bertemu dengan SBY selaku pimpinan Kasospol Mabes ABRI.

Dengan munculnya embrio reformasi nasional dan jatuhnya Presiden Suharto pada tahun 1997-1998, maka terjadi pula reformasi dalam tubuh institusi ABRI. Kurdi Mustofa adalah sedikit dari Perwira yang mendapat kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses dan dinamika reformasi internal ABRI (TNI). Contohnya adalah, ketika dia terlibat langsung dalam merumuskan dan menyusun pokok-pokok pikiran ABRI tentang reformasi, paradigma baru, netralitas dan konsep-konsep lainnya tentang reformasi ABRI. Di tahun itulah dirinya bersama Mayjen Sudi Silalahi dan Brigjen Djoko Santoso intens bertemu dengan SBY.

Kedekatan personal dan struktural Kurdi Mustofa dengan SBY berlanjut hingga dirinya menjadi staf di beberapa institusi yang dipimpin oleh SBY. Seperti ketika SBY menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Menko Polkam. Di lingkungaan Kantor Menko Polkam, Kurdi Mustofa menjabat sebagai Asisten Deputi Politik Dalam Negeri.

Dalam Surat Keputusan Panglima TNI Nomor: Skep/200/V/2005 tanggal 25 Mei 2005, secara resmi Kurdi Mustofa diangkat menjadi Sekretaris

Pribadi Presiden.5 Ketika itu beliau masih berpangkat Kolonel TNI-AD, namun setelah menjadi Sekretaris Pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pangkatnya langsung dinaikan menjadi Brigadir Jendral.

Selain tugasnya pokoknya sebagai Sekretaris Pribadi Presiden. Kurdi Mustofa juga sedikit banyak memberikan kontribusi pentingnya kegiatan keagamaan bagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Seperti misalnya, mengatur jadwal kegiatan Presiden SBY agar tidak berbenturan dengan waktu shalat, memfasilitasi komunikasi dan silaturahmi personal antara Presiden SBY dengan para kiyai nasional, serta rutin mengadakan acara buka puasa bersama dengan para Menteri.6

Kegiatan-kegiatan tersebut terus rutin diagendakan selama dirinya menjabat sebagai Sekretaris Pribadi Presiden. Bahkan peran dakwahnya tidak sampai hanya pada ranah personal dengan Presiden SBY. Tetapi dirinya juga turut membesarkan network dan jaringan Majlis Zikir Nurussalam, pengajian setiap malam Jum’at di Masjid Istana, Safari Ramadhan Presiden, dan mengadakan dialog antara Ulama dengan Presiden.

Menjelang Pemilu 2009, Kurdi Mustofa meminta kepada Presiden untuk dipindahkan menjadi Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Sosial. Keputusannya ini murni untuk membantu SBY agar memenangi Pemilu 2009.

5

http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/id.html. Diakses pada 28 April 2013. Pukul : 19.25

6

Hasil Wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.Rabu. 03 Mei 2013. Pukul 09.15

Selesai Pemilu, Kurdi Mustofa kembali ke induk Organisasi Mabes TNI sebagai Staf Ahli Panglima TNI. Kemudian dirinya pensiun dan mengakhiri karirnya dengan pangkat Mayor Jendral (Mayjen) pada tahun 2010.

Pensiun dari militer, justru Kurdi Mustofa semakin sibuk. Panggilan dakwahnya kembali ditemukan kembali melalui organisasi Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI).

Pada Muktamar Ke V IPHI di kota Palembang, Kurdi Mustofa secara aklamasi dipercaya menjadi ketua umum IPHI periode 2010-2015. Kurdi Mustofa beranggapan bahwa dengan terpilihnya dirinya menjadi ketua umum organisasi persaudaraan haji ini, justru telah mengembalikan ghiroh dakwahnya sebagai seorang mubaligh. Menurutnya para haji adalah sumber kekuatan moral, sosial, dan ekonomi. Para haji juga dapat menjadi pilar dan kontributor bagi pembangunan karakter bangsa.7

Kini dirinya bersama pengurus pusat IPHI lainnya mencoba membangun dan memanfaatkan potensi yang ada pada organisasi ini. Contohnya dengan membangun sekolah-sekolah, Rumah Sakit hingga Perguruan Tinggi di daerah-daerah yang kesemuanya adalah hasil dari potensi jamaah haji di Indonesia. Visinya adalah untuk memelihara kemabruran dan misinya untuk memberdayakan umat. Visi dan Misi ini adalah modal dirinya mengembangkan organasisasi IPHI.

7

Kurdi Mustofa, Dakwah Di Balik Kekuasaan (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012). Cet. Pertama. Hal-143

43 A. Temuan Penelitian

1. Dakwah Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.

Terlahir di lingkungan pendakwah, Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM menjadikan dakwah sebagai jalan hidupnya. Meskipun jalan dan metode dakwah yang dipilihnya adalah dakwah dalam dunia birokrasi (kekuasaan). Menurutnya, dakwah pada jalan ini lebih sesuai dengan passion yang terdapat dalam dirinya. Salah satu alasan kecilnya adalah ia pernah terinspirasi oleh sosok perwira militer bernama Kapten Tituler Jailani. Selain sebagai perwira militer, Kapten Tituler Jailani juga tetap istiqomah pada jalan dakwah.

Keefektifan dakwah dalam kekuasaan adalah alasan kuat Kurdi Mustofa memilih jalur dakwah ini. Terlebih jika dakwah yang disampaikan berhasil memengaruhi kekuasaan. Sehingga dapat terlahir produk-produk kebijakan yang mengarah pada kebaikan umat. Bahkan bukan hanya sebatas itu, tetapi juga dapat mengubah image sebuah institusi menjadi lebih baik. Kurdi Mustofa menganalogikan dakwah dalam kekuasaan seperti “perbedaan seratus harimau yang dipimpin oleh seekor domba dengan seratus domba yang dipimpin oleh

seekor harimau”. Perumpamaan ini tentu saja menunjukan bahwa besarnya pengaruh seorang pemimpin.1

Dakwah dalam birokrasi kekuasaan adalah salah satu cara mendorong lahirnya birokrat yang memiliki komitmen dan dasar-dasar keIslaman yang kuat. Dengan demikian, dakwah kekuasaan yang dimaksudkan di sini tentu lebih bersifat formalistik, untuk penanaman nilai-nilai Islam yang bersifat subtantif.

Penananaman nilai-nilai keIslaman yang dibawa oleh Kurdi Mustofa ke dalam setiap dakwahnya berupa pengaplikasian kongkrit. Artinya bahwa ia jauh lebih mementingkan dakwah yang langsung dapat dirasakan banyak orang. Di sinilah kemudian penulis menemukan bentuk dari kiprah dakwah Kurdi Mustofa. Temuan-temuan tersebut penulis dapatkan melalui wawancara langsung dengan Kurdi Mustofa serta observasi melalui buku-buku yang berkaitan dengannya.

Kiprah dakwah di dalam birokrasi yang dilakukan oleh Kurdi Mustofa meliputi dakwahnya selama berkarir di institusi militer dan sebagai Sekretaris Pribadi Presiden SBY periode 2004-2009. Ketika menjabat sebagai Pabintal (Perwira Pembina Mental) di Sumatera Barat, jabatan ini berkenaan dengan pembinaan mental serta kerohanian para prajurit. Jabatan ini juga kemudian membawanya kepada kegiatan keagamaan yang diadakan oleh internal institusi militer maupun di luar institusi militer Sumatera Barat.

Posisi yang dijabatnya ketika itu secara langsung atau tidak membawanya lebih dekat dengan para komandannya. Ini dikarenakan Kurdi Mustofa juga berperan aktif menjembatani komunikasi antara institusi militer di Sumatera Barat

1

Hasil wawancara dengan Mayjen TNI (Purn) Drs. H. Kurdi Mustofa, MM.Rabu. 03 Mei 2013. Pukul 09.15.

dengan warga sekitar, terutama dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan. Kegiatan ini diperkuat dan didukung oleh masyarakat Sumatera Barat yang masih religius.

Salah satu fungsi dari seorang Pabintal adalah menyeleksi para calon-calon perwira militer. Di sinilah kemudian Kurdi Mustofa memanfaatkan posisinya. Contohnya, para calon perwira militer harus bisa membaca al-Qur’an dan shalat. Kegiatan seperti ini terus dijalankan secara konsisten oleh Kurdi Mustofa di institusi militer ketika itu.

Kegiatan dakwahnya ketika itu sempat membawanya menjadi advisor (penasihat) pada jabatan Panglima Angkatan Bersenjata Brunei Darussalam. Bahkan sikap kontributif Kurdi Mustofa sangat diapresiasi oleh para komandannya. Meskipun bentuk apresiasi itu baru sekadar menjadikan Kurdi Mustofa sebagai penulis naskah-naskah pidato para komandan. Menulis naskah pidato terus dilakukannya hingga ia berpindah tugas di lingkungan Mabes ABRI. Di lingkungan Mabes ABRI, Kurdi Mustofa banyak bergelut dengan produk-produk gagasan dan doktrinal.

Temuan penelitian yang didapatkan oleh penulis kemudian merambah ketika Kurdi Mustofa menjabat sebagai Sekretaris Pribadi Presiden SBY. Sebagai Sekretaris Presiden, sudah tentu dirinya banyak mendampingi dan berdiskusi dengan SBY. Tugas umum sebagai Sekretaris Pribadi Presiden adalah mengatur jadwal keseharian presiden. Melalui tugas inilah dirinya mencoba memberikan ataupun memasukan unsur-unsur ajaran Islam di lingkungan kepresidenan. Kesempatan ini sangat dimaksimalkan Kurdi Mustofa, karena bagi Kurdi

Mustofa, seburuk-buruknya pemimpin, tetap saja ada jalan untuk melakukan perubahan.

Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Kurdi Mustofa selama menjadi birokrat tidak terbatas pada sisi-sisi dakwah tindakan langsung. Tetapi Kurdi Mustofa juga mencoba berdakwah melalui tulisan. Ia menuangkan pokok-pokok pikiran tentang dakwah ke dalam buku-buku yang ditulisnya. Segala kesibukan tidak menghalangi Kurdi Mustofa untuk terus produktif menulis. Buku-buku yang ditulis Kurdi Mustofa antara lain: “Kembali ke Almamater”, “Mengatasi Krisis,

Menyelamatkan Reformasi (1998) ”, “SBY dalam 5 Hari Mandat Maklumat”

(2002), Visi, Aksi, dan Solusi” (2007), “Senandung Ribkah”, “Manasik dan Manafik Haji” (2010). Serta “Dakwah di Balik Kekuasaan” (2012), Sapu Lidi

Tidak Sebatang (2013). Bahkan beberapa kali Kurdi Mustofa juga pernah menjadi

editor buku-buku yang dikarang SBY. Seperti buku“Susilo Bambang Yudhoyono dan 20 Isu Besar” serta “Dua Tahun Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono”. 2

Dokumen terkait