• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I: Pada bab ini memuat tentang pengertian kiprah dakwah, unsur- unsur-unsur dakwah dan pengertian birokrasi

B. Unsur-Unsur Dakwah 1.Tujuan Dakwah

4. Metode Dakwah

Metode berasal dari dua bahasa yunani, yaitu: “meta” (melalui) dan

hodos” (jalan, cara). Maka metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui

untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Jerman metode berasal dari kata

methodica” artinya adalah ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa Arab,

metode berasal dari kata “thariq” yang artinya jalan. Sehingga metode adalah cara yang telah diatur dan memulai proses untuk mencapai suatu maksud.22

Metode adalah suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan. Sedangkan dakwah adalah cara yang digunakan subjek dakwah untuk menyampaikan materi dakwah. Metode dakwah dapat juga disebut sebagai alat yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwahnya dengan serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Maka dari itu, kejelian dan kebijakan juru dakwah dalam memilih dan memakai metode itu sangat memengaruhi kelancaran dan keberhasilan dakwah. Pada umumnya bahasan tentang metode dakwah itu merujuk pada surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi :















































Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

22

Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

QS. An-Nahl : 125)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa metode dakwah ada tiga hal, yaitu: Hikmah, Mau’izatul hasanah dan Mujadallah. Semua metode yang ada dalam ilmu dakwah merupakan cabang dari ketiga metode di atas.

a. Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan

kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.

b. Mau’izatul hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu menyentuh hati mereka.

c. Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan

membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat dan tidak memberikan tekanan-tekanan kepada mad’unya sehingga tidak melahirkan permusuhan nantinya.23 Namun dakwah secara umum dibagi menjadi tiga. Yaitu : dakwah bil

lisan, dakwah bil qolam, dan dakwah bil hal.

a. Dakwah bil lisan : secara bahasa dakwah bil lisan berarti dakwah dengan menggunakan ucapan. Adapun secara istilah, dakwah bil lisan adalah

23

memanggil, menyeru ke jalan Allah SWT. Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan. contohnya :

1) Metode Ceramah : Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh karakteristik bicara seorang da’i pada suatu aktifitas dakwah.

2) Percakapan antar pribadi : Percakapan pribadi atau individual

conference adalah percakapan bebas antara seorang da’i dengan

individu-individu sebagai sasaran dakwahnya.

3) Debat : Metode debat pada dasarnya adalah untuk mencari suatu kebenaran dari apa yang telah diajarkan Islam secara baik dan benar, dan bukan untuk mencari kemenangan

4) Diskusi : Metode diskusi ini dimaksudkan untuk merangkai objek dakwah agar berpikir dan mengeluarkan pendapatnya serta ikut menyumbangkan ide-ide dalam kemungkinan-kemungkinan jawaban dari pemecahan masalah.

b. Dakwah bil qolam : metode dakwah ini menggunakan keterampilan tulis menulis. Dakwah dengan metode ini mempunyai kelebihan tersendiri. Yaitu dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama serta jangkauannya lebih luas. Karena sebuah karya akan terus bermanfaat dan tidak akan musnah sekalipun penulisnya telah wafat.

c. Dakwah Bil hal : istilah dakwah bil hal dipergunakan untuk merujuk kegiatan dakwah melalui aksi atau tindakan atau perbuatan nyata. Metode ini merupakan sebuah kerangka kerja kongkret dalam melaksanakan setiap

kerja dakwah dalam masyarakat, sehingga akan lebih efektif jika ditunjang dengan konsep yang matang. Dakwah ini lebih berorientasi pada pengembangan masyarakat.24

Dari banyak model, cara ataupun metode dakwah yang dikemukakan oleh para ahli. Di dalamnya terdapat pula wacana tentang metode pendekatan dakwah struktural dan kultural.

Menurut Muhammad Sulthon, dakwah dapat dikategorisasikan berdasarkan dua pendekatan, pendekatan struktural dan kultural. Sesuatu dapat dikategorisasikan sebagai dakwah struktural jika betul-betul berdakwah secara intensif mengupayakan ajaran Islam mengejawantah di struktur pemerintah. Untuk itu, kecenderungan dakwah ini sering kali mengambil bentuk dan masuk kedalam kekuasaan, terlibat dalam proses eksekutif, yudikatif, dan legislatif serta bentuk-bentuk struktur sosial kenegaraan lainnya. Dengan demikian aktifitas dakwah ini banyak memanfaatkan struktur sosial, politik, ekonomi maupun lainnya.25

Sedangkan menurut Masnun Thahir, Islam struktural adalah pendekatan dakwah di mana dalam pendekatan ini memandang proses islamisasi dilakukan secara legal formal melalui struktur kelembagaan. Karena proses islamisasi ini dilakukan secara legal formal maka untuk melakukannya membutuhkan bantuan

24

M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 1997), cetakan kedua, h. 34.

25

Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, (Yogyakarta: Pustaka Remaja, 2003), h.23.

dari berbagai perangkat sturktural. Jika kita berbicara dalam tataran negara, maka perangkat tersebut adalah parlemen.26

Sedangkan dakwah kultural diartikan sebagai dakwah yang melakukan pendekatan terhadap kultur budaya masyarakat atau dakwah dengan memperhatikan potensi dan kecenderungan masyarakat setempat. Dalam artian yang luas dakwah kultural dipahami sebagai kegiatan dakwah yang memperhatikan kombinasi yang harmonis antara nilai-nilai Islam dengan kebiasaan masyarakat. Sehingga dakwah ini dipandang dapat mengurangi benturan-benturan saat penyebaran Islam.27 Dalam pengertian khusus, dakwah kultural adalah kegiatan dakwah dengan memperhatikan, memperhitungkan dan memanfaatkan adat istiadat, seni, dan budaya lokal yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Selanjutnya yang disebut dengan Islam Kultural menurut Masnun Thahir adalah adalah sebuah upaya pendekatan dakwah tidak melalui struktur legal formal. Melainkan proses islamisasi secara kultural yaitu proses dakwah dengan mengakulturasi budaya lokal. Diharapkan dengan melalui pendekataan budaya ini akan mampu menggerakkan perubahan masyarakat (the society aimed

movement).28

Dari kedua metode pendekatan tersebut, penulis tidak mengartikan keduanya kepada pengertian struktural sebagai sebuah pembentukan negara Islam,

26

Masnun Thahir, Tulisan Dalam Jurnal Istiqra, Nomor 01, 2007. h. 174

27

Syamsul Hidayat, Dakwah Kultural dan Pemurnian Ajaran Islam, (Yogyakarta: LSB PP Muhammadiyah, 2002), h. 38

28

Masnun Thahir, Tulisan Dalam Jurnal Istiqra, Nomor 01, 2007. h. 174

dan kultural sebagai pemisah antara Islam dan politik. Ataupun mengartikan ini dengan problematika boleh atau tidaknya Islam berpolitik.

Bahtiar Efendy mengatakan, tidak ada satu pun pengertian khusus mengenai politik Islam atau sebaliknya. Karena masing-masing pemikir dan pelaku tidak mempunyai satu rumusan tunggal mengenai hal tersebut yang dapat diterima secara universal.29

Untuk itulah fokus penelitian ini adalah bagaimana melihat kiprah dakwah seorang da’i selama berkarir di lingkup birokrasi kekuasaan. Senada dengan ini, penulis mengutip pendapat Ibnu Khaldun, bahwa dalam bermasyarakat manusia memerlukan seorang pemimpin yang berkuasa. Dengan kekuasaan itu ia dapat melaksanakan tugasnya dalam masyarakat secara efektif. Jika penguasa itu mengajak kebaikan kepada jalan Allah SWT, maka pemimpin dan rakyatnya akan sama-sama mendapatkan pahala”30

. Itulah alasan mengapa berdakwah dalam lingkup kekuasaan juga menjadi penting.

Dokumen terkait