• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I: Pada bab ini memuat tentang pengertian kiprah dakwah, unsur- unsur-unsur dakwah dan pengertian birokrasi

B. Unsur-Unsur Dakwah 1.Tujuan Dakwah

6. Pengertian Birokrasi

Menurut Max Weber, birokrasi adalah suatu mekanisme sosial yang memaksimumkan efisiensi dan juga sebagai suatu bentuk organisasi sosial yang memiliki ciri khas. Ciri khas tersebut adalah :

a. Ada hirarki jabatan yang jelas.

b. Fungsi-fungsi jabatan ditentukan secara tegas. c. Para pejabat diangkat berdasarkan suatu kontrak. d. Diangkat berdasarkan kualifikasi kualitas professional. e. Memiliki gaji dan biasanya memiliki hak-hak pensiun.

f. Terdapat suatu srtruktur karir, dan promosi dimungkinkan berdasarkan senioritas maupun keahlian.

g. Pos jabatan adalah lapangan kerjanya sendiri atau lapangan kerja pokoknya. h. Tunduk pada sistem dan kontrol yang seragam.32

31

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, ( Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.163.

32

Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI), birokrasi dapat dijelaskan menjadi dua definisi :

1. Birokrasi didefinisikan sebagai sistem pemerintahan yang dijalankan oleh seorang pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hirarki dan jenjang jabatan.

2. Birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai bayaran yang tidak dipilih oleh rakyat, cara pemerintahannya dikuasai oleh pegawai negeri dan cara kerjanya menurut aturan dan berliku-liku.33

Sedangkan menurut Prajudi Atmosudirjo, birokrasi mempunyai tiga arti.

Pertama, birokrasi adalah organisasi sekelompok pejabat-pejabat sejenis tertentu

yang bekerja sama secara ketat. Kedua, birokrasi adalah sistem atau tata kerja kaku, impersonal, dan tidak boleh menyimpang dari peraturan yang berlaku.

Ketiga, birokrasi adalah status jabatan yang terikat pada kesepakatan kerja,

kerahasiaan dan kejujuran pada organisasi.34

33

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), h. 245

34

16 A. Kiprah Dakwah

1. Pengertian Kiprah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologi kiprah adalah kegiatan. Sedangkan berkiprah adalah melakukan kegiatan atau berpartisipasi dengan semangat tinggi atau bergerak, berusaha di sebuah bidang tertentu1. Sedangkan menurut S. Nasution kiprah adalah suatu konsekuensi atau akibat kedudukan atau status seseorang. Sehingga dari kedudukannya tersebut dapat terlihat bagaimana kiprahnya.2

Menurut Djumhur, kiprah dapat diartikan sebagai suatu pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri khas dari suatu pekerjaan atau jabatan tertentu.3

WJS. Purwodarminta mengartikan kata kiprah dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia sebagai tindakan, aktifitas, kemampuan kerja, reaksi, cara pandang seseorang terhadapa ideologi atau institusinya.4

Berkiprah tidak jauh berbeda dengan beraktifitas, namun bedanya di sini berkiprah adalah melakukan kegiatan atau berpartisipasi dalam kegiatan dengan semangat tinggi dan lebih tinggi dari hanya sekedar beraktifitas.

Sedangkan kiprah dakwah menurut Mahmud Yunus adalah dengan melakukan kegiatan dakwah (amar ma’ruf nahi munkar) atau berpartispasi dalam

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar BahasaIndonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2005), h. 571.

2

S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT.Bumi Aksara), h. 73.

3

Djumhur.Moh. Surya, Bimbingaan dan Penyuluhan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1975), h.12.

4

WJS. Purwodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h.15.

kegiatan dakwah dengan semangat tinggi dalam bentuk sebuah perbuatan nyata untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat. Persoalan-persoalan tersebut khususnya adalah dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan meningkatkan kesejahtraan ummat.

Jadi, kiprah dakwah adalah aktifitas yang berkaitan dengan segala kegiatan keagamaan. Seseorang yang sedang berkiprah dalam dakwah tentunya memiliki peran yang sangat penting untuk kemaslahatan dan kemajuan umat.

2. Pengertian Dakwah

Dakwah ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab dakwah dan kata da’a, yad’u yang berarti panggilan, ajakan, seruan. Seruan dan panggilan ini dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan. Adapun yang dimaksud dengan ajakan atau seruan disini ialah usaha seorang da’i yang berusaha untuk lebih dekat dan mengenal mad’unya untuk dituntun kepada jalan Allah SWT.5

Sedangkan menurut istilah, para ulama memberikan definisi yang bermacam-macam, antara lain :

a. Toha Yahya Umar mengatakan dalam bukunya “Islam dan Dakwah”, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.6

b. Dalam bukunya “Ilmu Dakwah”, Dr. Moh. Ali Aziz menjelaskan bahwa dakwah adalah aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik

5

Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cetakan pertama. h.3.

6

H.M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. AL Mawardi Prima, 2004), cetakan pertama, h.67.

individu maupun kolektif dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik. Sementara itu, dalam bahasa Islam dakwah adalah tindakan mengomunikasikan pesan-pesan Islam. Dakwah adalah istilah teknis yang pada dasarnya dipahami sebagai upaya untuk menghimbau orang lain kearah Islam.7

c. Menurut KH. A. Hasyim Muzadi, dakwah diartikan sebagai proses mengumpulkan manusia dalam kebaikan dan menunjukan mereka kepada jalan yang benar dengan cara amar ma’ruf nahi munkar.8

d. Moesa A. Machfoed dalam bukunya Filsafat Dakwah (Ilmu Dakwah dan

Penerapannya) mendefinisikan dakwah yaitu sebagai panggilan.

Tujuannya membangkitkan kesadaran manusia untuk kembali ke jalan Allah SWT. Upaya memanggil atau mengajak kembali manusia ke jalan Allah tersebut bersifat ekspansif, yaitu memperbanyak jumlah manusia yang berda di jalan-Nya.9

Pada hakikatnya, dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemsayarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap dan tindakan manusia pada dataran kenyataan

7

Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cetakan pertama,

8

PP LDNU, Potret Gerakan Dakwah NU, (Jakarta: PP LDNU Publishing, 2007), cetakan pertama,h. 5.

9

A. Machfoed, Filsafat Dakwah “Ilmu Dakwah dan Penerapannya”, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004), h. 15.

individual dan sosio-kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu.10

Dakwah merupakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada seluruh hamba-Nya. Untuk itulah bahwa ajaran atau perintah dakwah merupakan bagian integral dalam Islam. Di samping dituntut untuk hidup secara Islami, kita juga dituntut untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh umat manusia. Karena berkat dakwah pula nantinya agama Islam dapat menyebar dan diterima di mana-mana.

Dari penjelasan-penjelasan yang telah dipaparkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sangat sulit untuk memisahkan antara dakwah dengan Islam, karena Islam akan selalu maju dan berkembang lewat jalan dakwah. Oleh karena itu penulis memberikan kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan dakwah dalam Islam adalah usaha dan ajakan kepada manusia menuju kepada jalan kebenaran tanpa adanya paksaan dan sesuai dengan tuntunan al- Qur’an dan as- Sunnah.

Karena dakwah adalah upaya untuk menumbuhkan kecendrungan dan ketertarikan. Oleh karena itu dalam dakwah tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan semata, akan tetapi mencakup seluruh aktivitas lisan ataupun perbuatan yang ditunjukan dalam rangka menumbuhkan kecendrungan dan ketertarikan terhadap Islam.

10

Amrullah Achmad, Dakwah Islam dan Perubaahan Sosial (Yogyakarta: Prima Duta Yogyakarta, 1983), cetakan pertama, h. 32.

B. Unsur-Unsur Dakwah 1. Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. Sebaliknya, tanpa dakwah Islam akan semakin jauh dari masyarkat dan selanjutnya akan lenyap dari permukaan bumi. Dalam kehidupan masyarakat, dakwah berfungsi menata kehidupan yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan bahagia. Ajaran Islam yang disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan manusia dan masyarakat pada umumnya dari hal-hal yang dapat membawa pada kehancuran.11 Untuk itu anjuran berdakwah bagi semua kaum muslim tidak lain agar menjadi hamba Allah yang selaras dengan perintah dan tuntunan-Nya.

Tujuan merupakan pernyataan bermakna, keinginan yang dijadikan pedoman manajemen puncak organisasi untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang dilakukan dalam dimensi waktu tertentu.dalam tujuan memiliki target-target tertentu dan dalam waktu yang bisa diperkirakan. Begitupun dengan dakwah, dakwah Islam tentunya mempunyai orientasi-orientasi tertentu yang akan dicapai.

Dakwah Islam merupakan suatu bentuk dakwah yang harus mempunyai tujuan untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat luas. Kesadaran disini dapat dibagi dan dimaknai menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Sebagai penyadarkan manusia untuk mengenal tuhan mereka yang sebenarnya, yaitu Allah SWT. Serta membimbing mereka agar menyembah hanya kepada-Nya.

11

Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), cetakan pertama, h. 37.

b. Menyadarkan manusia bahwa Islam mengajarkan sikap berserah diri serta tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan melepaskan diri dari segala bentuk penuhanan kepada selain Allah SWT.

c. Menyadarkan bahwa apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah SWT semata-mata adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan kehidupan di dunia dan akhirat.

Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dan tujuan akhir dakwah yakni terwujudnya individu dan masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupannya. Serta mereka dapat menanamkan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dam kesejahtraan yang diridhoi oleh Allah SWT.

2. Materi Dakwah

Berdakwah bukan mengajak dan menyeru secara asal tanpa dilandasi sumber-sumber yang benar dan dapat dipercaya. Berdakwah adalah proses yang terencana. Untuk itulah seorang dai sebaiknya dan seharusnya mempunyai materi dakwah yang sudah terpola dan tepat untuk sasaran dakwahnya. Materi dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan dalam berdakwah. Dalam hal ini materi yang disampaikan tentu saja ajaran Islam itu sendiri.12

Materi dakwah yang sesungguhnya adalah al-Qur’an dan as-Sunnah. al-Qur’an merupakan sumber materi pokok, dan as-Sunnah merupakan penjelas daripada al-Qur’an. al-Qur’an merupakan wahyu Allah SWT yang mutlak

12

Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008).h. 24.

kebenarannya dan dijaga sendiri oleh Allah akan keutuhannya, keasliannya dan keakuratannya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya :

















Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan

Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya(Q.S.al_Hijr:9)

Ayat Ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian al-Quran selama-lamanya. Sebagai pedoman hidup manusia, al-Qur’an mengandung secara lengkap tentang petunjuk, pedoman, hukum, sejarah, keyakinan, peribadatan, politik, ekonomi, sosial, hingga hal teknologi. Maka dengan segala kesempurnaannya tersebut, al-Qur’an mutlak menjadi dalil utama dalam materi yang disampaikan kepada objek dakwahnya.13

Sedangkan sumber materi dakwah yang juga mutlak untuk dijadikan pedoman dalam berdakwah adalah as-Sunnah. as-Sunnah adalah ucapan, tingkah laku atau sikapnya, maupun akhlak mulia Rasulullah SAW yang wajib dijadikan pedoman hidup.

Kedua sumber inilah yang menjadi materi pokok dalam berdakwah. Sebab, sejatinya al-Qur’an dan as-Sunnah adalah obor bagi umat manusia di tengah-tengah kegelapan agar tidak terperosok dalam jurang kesesatan.14

Pada dewasa ini, materi-materi yang disajikan cenderung dikaitkan dengan kehidupan kemasyarakatan. Pada dasarnya materi-materi tersebut dapat tercemin dalam beberapa hal, yaitu:

13

Rahmat Semesta, Metode Dakwah,(Jakarta: Prenada Media, 2003), h,20.

14

Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008).h. 25.

a. Materi dakwah harus disesuaikan dengan adat dan tradisi penerima dakwah.

b. Materi dakwah sesuai dengan masalah-masalah kontemporer.

c. Materi dakwah harus mampu menjadi cerminan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin.

d. Materi dakwah sebaiknya juga mencakup sejarah hidup para sahabat nabi, para ulama yang baik, para tokoh pemimpin yang bisa menginspirasi para mad’u, serta pengalaman-pengalaman baik yang dijumpai seorang da’i dalam perjalanan dakwahnya.

3. Subjek dan Objek Dakwah

Berbicara mengenai dakwah, maka di dalamnya juga akan membahas subjek dan objek dakwah. Karena kedua komponen ini merupakan satu rangkaian dalam perjalanannya, kedua komponen tersebut terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Da’i (Subjek)

Yang dimaksud da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga. Adapun pengertian da’i secara umum adalah orang yang mengajak, menyeru, memanggil, dan mengundang mad’u untuk mengikuti perintah Allah SWT.

Sedangkan pengertian da’i menurut para pakar dalam bidang dakwah, yaitu:

1) Definisi da’i menurut Nasaruddin Lathif adalah seorang muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. da’i juga sebagai juru penerang yang menyeru, mengajak dan member pengajaran dan pelajaran agama Islam.15

2) M. Natsir mengatakan bahwa da’i adalah pembawa dakwah yang memperingatkan atau memanggil supaya memilih, yaitu memilih jalan yang membawa pada keuntungan.16

Secara fungsional da’i adalah pemimpin, yakni yang memimpin masyarakat dalam mengembalikan pada potensi kepemimpinan masyarakat untuk menuju jalan yang sesuai dengan ajaran Islam.17 Da’i merupakan unsur yang fundamental dan menentukan berhasil atau tidaknya proses dakwah. Oleh karenanya, seorang da’i sudah seyogyanya memiliki sifat kepemimpinan

(Leadership). Kepemimpinan bagi seorang da’i adalah sebagai seni untuk

memengaruhi manusia, yang merupakan kepandaian mengatur orang lain. Dengan bakat dan keterampilan kepemimpinan tersebut sangat berguna dalam menjalankan tugasnya mengembangkan diri dan materi ketika berhadapan dengan mad’u.

Seorang da’i harus mengenal objek dakwahnya, yang meliputi pemikiran, persepsi, problematika, lingkungan, dan kesulitan-kesulitan objek dakwahnya.

15

HMS. Nasaruddin Lathief, Teori dan Praktek Dakwah, (Jakarta, Bulan Bintang, 1974), h.162.

16

M.Natsir, Fiqhud Dakwah, (Jakarta, Dewan Islamiyah Indonesia), h.25.

17

Karena seorang da’i bagaikan dokter yang pandai dan bijaksana serta mengetahui penyakit dan mengetahui cara bagaimana mengatasinya.18

Permasalahan di atas sangat berkaitan sekali dengan teori psikologi komunikator atau kejiwaan seorang komunikator ketika berinteraksi dengan komunikan atau mad’u. ada beberapa teori yang berkaitan dengan hal ini, yakni:

1) Teorinya Aristoteles yang menyebut karakter komunikator itu sebagai ethos. Sedangkan ethos terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik dan juga maksud yang baik sorang komunikator ketika berinteraksi dengan komunikan atau mad’u bagi seorang da’i.

2) Teori prior ethos yang menjelaskan tentang hal-hal apa saja yang memengaruhi persepsi komunikan atau mad’u tentang seorang komunikator atau da’i dalam hal ini ia melakukan komunikasinya atau sebelum ia berinteraksi.

3) Teori intrinsic ethos yakni teori yang menjelaskan tentang ketertarikan seorang komunikan terhadap seorang komunikator setelah ia berkomunikasi dengan komunikator karena cara berbicaranya dan pemilihan kata-katanya, isi yang disampaikannya dan juga kedalam uraian materi yang disampaikannya.19

b. Mad’u (Objek)

Salah satu unsur penting lainnya dalam komponen dakwah adalah mad’u atau masyarakat yang akan didakwahi. Mereka adalah orang-orang yang akan

18

Sa’ad Wahf al-Qathani, Menjadi Da’i Yang Sukses, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), h

.91.

19

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya), h. 255-259.

diseru, dipanggil atau diundang. Maksudnya adalah orang yang diajak kedalam Islam.20

Salah satu makna berdakwah adalah menempatkan manusia sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan Allah. Keragaman karakteristik manusia merupakan warna-warni dalam berdakwah. Untuk itulah sebagai da’i harus mampu menempatkan sasaran dakwahnya dengan tepat.

Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sasaran atau objek dakwah ialah manusia, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Sebab agama Islam diturunkan oleh Allah SWT bukan hanya untuk sekelompok manusia, akan tetapi untuk seluruh umat manusia termasuk da’i itu sendiri.

Mad’u adalah mitra dakwah yang terdiri dari berbagai macam golongan manusia.oleh karena itu menggolongkan mad’u sama halnya menggolongkan manusia itu sendiri dari berbagai aspek. Penggolongan mad’u tersebut antara lain sebagai berikut :

1) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil, serta masyarakat di daerah masyarakat marjinal dari kota besar.

2) Sasaran yang berupa kelompok-kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat pemerintahan dan keluarga. 3) Sasaran yang berupa kelompok masyarakat dilihat dari segi sosial budaya berupa golngan priyai, abangan dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat dalam masyarakat jawa.

20

Najamuddin, Metode Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h. 2.

4) Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi tingkat kehidupan sosial ekonomi berupa golongan orang kaya, menengah dan miskin.

5) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi pekerjaan berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai-pegawai negeri dan sebagainya.

6) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi jenis kelamin, berupa golongan wanita dan pria.

7) Sasaran yang berhubungan dengan golongan dilihat dari segi khusus berupa golongan masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, narapidana dan sebagainya.21

Mengenal dan memahami strata mad’u manusia dalam berdakwah sangatlah penting, karena dakwah tanpa mengenal mad’u ibarat sayur tanpa garam yang rasanya hambar dan tidak mengenakan. Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Berbicaralah kepada manusia menurut kadar kecerdasan mereka” (HR.Muslim)

Jadi, subjek dan objek dakwah sangat berkaitan satu sama lain. Dimana mad’u sebagai salah satu unsur utama yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya proses dakwah.

21

4. Metode Dakwah

Metode berasal dari dua bahasa yunani, yaitu: “meta” (melalui) dan

hodos” (jalan, cara). Maka metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui

untuk mencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Jerman metode berasal dari kata

methodica” artinya adalah ajaran tentang metode. Sedangkan dalam bahasa Arab,

metode berasal dari kata “thariq” yang artinya jalan. Sehingga metode adalah cara yang telah diatur dan memulai proses untuk mencapai suatu maksud.22

Metode adalah suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan. Sedangkan dakwah adalah cara yang digunakan subjek dakwah untuk menyampaikan materi dakwah. Metode dakwah dapat juga disebut sebagai alat yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwahnya dengan serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Maka dari itu, kejelian dan kebijakan juru dakwah dalam memilih dan memakai metode itu sangat memengaruhi kelancaran dan keberhasilan dakwah. Pada umumnya bahasan tentang metode dakwah itu merujuk pada surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi :















































22

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

QS. An-Nahl : 125)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa metode dakwah ada tiga hal, yaitu: Hikmah, Mau’izatul hasanah dan Mujadallah. Semua metode yang ada dalam ilmu dakwah merupakan cabang dari ketiga metode di atas.

a. Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan

kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya, mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.

b. Mau’izatul hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu menyentuh hati mereka.

c. Mujadalah, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan

membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat dan tidak memberikan tekanan-tekanan kepada mad’unya sehingga tidak melahirkan permusuhan nantinya.23 Namun dakwah secara umum dibagi menjadi tiga. Yaitu : dakwah bil

lisan, dakwah bil qolam, dan dakwah bil hal.

23

a. Dakwah bil lisan : secara bahasa dakwah bil lisan berarti dakwah dengan menggunakan ucapan. Adapun secara istilah, dakwah bil lisan adalah memanggil, menyeru ke jalan Allah SWT. Dakwah jenis ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan. contohnya :

1) Metode Ceramah : Ceramah adalah suatu teknik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh karakteristik bicara seorang da’i pada suatu aktifitas dakwah.

2) Percakapan antar pribadi : Percakapan pribadi atau individual

conference adalah percakapan bebas antara seorang da’i dengan

individu-individu sebagai sasaran dakwahnya.

3) Debat : Metode debat pada dasarnya adalah untuk mencari suatu kebenaran dari apa yang telah diajarkan Islam secara baik dan benar, dan bukan untuk mencari kemenangan

4) Diskusi : Metode diskusi ini dimaksudkan untuk merangkai objek dakwah agar berpikir dan mengeluarkan pendapatnya serta ikut menyumbangkan ide-ide dalam kemungkinan-kemungkinan jawaban dari pemecahan masalah.

b. Dakwah bil qolam : metode dakwah ini menggunakan keterampilan tulis menulis. Dakwah dengan metode ini mempunyai kelebihan tersendiri. Yaitu dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama serta jangkauannya lebih luas. Karena sebuah karya akan terus bermanfaat dan tidak akan musnah sekalipun penulisnya telah wafat.

c. Dakwah Bil hal : istilah dakwah bil hal dipergunakan untuk merujuk kegiatan dakwah melalui aksi atau tindakan atau perbuatan nyata. Metode ini merupakan sebuah kerangka kerja kongkret dalam melaksanakan setiap kerja dakwah dalam masyarakat, sehingga akan lebih efektif jika ditunjang dengan konsep yang matang. Dakwah ini lebih berorientasi pada pengembangan masyarakat.24

Dari banyak model, cara ataupun metode dakwah yang dikemukakan oleh para ahli. Di dalamnya terdapat pula wacana tentang metode pendekatan dakwah struktural dan kultural.

Menurut Muhammad Sulthon, dakwah dapat dikategorisasikan berdasarkan dua pendekatan, pendekatan struktural dan kultural. Sesuatu dapat dikategorisasikan sebagai dakwah struktural jika betul-betul berdakwah secara intensif mengupayakan ajaran Islam mengejawantah di struktur pemerintah. Untuk itu, kecenderungan dakwah ini sering kali mengambil bentuk dan masuk

Dokumen terkait