• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 30 Peta arahan pemanfaatan ruang di Kabupaten Lebong

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita HR. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Aliati AS. 2007. Kajian Kawasan Lindung untuk Penataan Ruang yang Ramah Lingkungan. Studi Kasus di Kabupaten Bogor, Jawa Barat [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Amri Z. 2005. Identifikasi Sebaran Populasi dan potensi Komoditas Aren di Kabupaten Lebong Propinsi Bengkulu [skripsi]. Bengkulu: Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

Anonim. 2000. Berbagi Pengalaman Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat. Indonesia, Bogor: Pustaka Latin.

Aziz IJ. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Aplikasinya di Indonesia. Indonesia, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Balai Taman Nasional Kerinci Seblat. 2008. Laporan Tahunan Balai Taman

Nasional Kerinci Seblat tahun 2007. Indonesia, Kerinci: Balai TNKS. Balai Taman Nasional Kerinci Seblat. 2008. Matriks Perkembangan

Penanggulangan Permasalahan Tindak Pidana Kehutanan Seksi Pengelolaan TNKS Wilayah VI Propinasi Bengkulu Tahun 2008. . Curup, Rejang Lebong, Bengkulu. Indonesia, Curup: Balai TNKS Seksi Pengelolaan TNKS Wilayah VI Propinasi Bengkulu.

Balai Taman Nasional Kerinci Seblat. 2008. Statistik Balai Besar TNKS Tahun 2007. Indonesia, Kerinci: Balai TNKS.

[BAPPEDA LEBONG] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Lebong. 2006. Laporan akhir Penelitian Bidang kehutanan di Kabupaten Lebong. Reevaluasi Tata Batas Hutan Lindung. Kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lebong Tahun 2006.

[BAPPEDA LEBONG] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Lebong. 2007. Laporan Akhir Kajian Tentang Aksesibilitas Masyarakat Pada Hutan dan profil Sosial Ekonominya. Kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lebong Tahun 2007.

[BP DAS KETAHUN] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Ketahun. 2007. Laporan Karakteristik Daerah Aliran Sungai Ketahun Propinsi Bengkulu. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Ketahun. Bengkulu.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebong. 2005. Lebong Dalam Angka Tahun 2004. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rejang Lebong dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebong.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebong. 2006. Lebong Dalam Angka Tahun 2005. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rejang Lebong dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebong.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebong. 2006. Potensi Desa (Podes) Propinsi Bengkulu Tahun 2006. Badan Pusat Statistik.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebong. 2007. Lebong Dalam Angka Tahun 2005. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rejang Lebong dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebong.

Brinkerhoff DW, Goldsmith AA. 1992. Promoting the Sustainability of Development Institutions: A Framework for Strategy. World Development 20:369-383.

Cernea MM. 1993. The Sociologist’s Approach to Sustainable Development. World Bank Paper Series No. 2.

Chiras DD, Reganold JP. 2005. Natural Resource Conservation. Management for A Sustainable Future. 9thEd. USA, New Jersey: Pearson Prentice Hall. Dardak AH. 2008. Pemanfaatan Lahan Berbasis Rencana Tata Ruang sebagai

Upaya Perwujudan Ruang Hidup yang Nyaman, Produktif, dan Berkelanjutan. Di Dalam: Sitanala Arsyad, Ernan Rustiadi, Editor. Penyelamatan Tanah, Air, dan Lingkungan. Indonesia, Jakarta: Crespent Press dan Yayasan Obor Indonesia. hlm 33-46.

Darmaga N. 2005. Potensi Pengembangan Kawasan Tanaman Aren di Kecamatan Lebong Atas Kabupaten Lebong Propinsi Bengkulu [skripsi]. Bengkulu: Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

Djaenudin D, Harjowigeno S, Subagyo H, Sukardi M, Ismangun, Marsudi DS, Suharta N, Hakim L, Widagdo, Dai J, Suwandi V, Bachri S, and Jordens ER. 1994. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pertanian dan Tanaman Kehutanan. Indonesia, Bogor: Center for soil and Agroclimate Research. Dressler WH. 2006. Co-Opting Conservation: Migrant Resource Control and

Access o National Park Management in the Philippine Uplands. Development and Change 37:401-426.

Dinas Pertanian Kabupaten Lebong. 2007. Laporan Perkembangan Tanaman Pangan Kabupaten Lebong Tahun 2007.

[FAO] Food and Agriculture Organization of United Nations. 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO, Rome, Italy

Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Teori dan Aplikasi. Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Utama Pustaka.

Griripurwo B, Dwinardi, Faidin I, dan Purwantoro. 2001. Tradisi Pengambilan, Pemanfaatan/Pengelolaan dan Pelestarian Rotan Oleh Masyarakat tepian Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat: Studi Etnografi Keluarga Pengrajin Rotan di Desa Air Lisai, Kecamatan Lebong Utara, Kabupaten Rejang Lebong, Propinsi Bengkulu. Kumpulan Ringkasan Penelitian Small Research Grants 2000-2001 Taman Nasional Kerinci Seblat. KEHATI dan DEPARTEMEN KEHUTANAN. p: 66-76.

Gunawan T. 2005. Dasar Konservasi. Materi Pelatihan Tata Ruang Kabupaten Konservasi. 22-30 September 2005. Bengkulu. BAPPEDA Propinsi Bengkulu, P3SDA UNIB, CTRC, WCS, Ulayat.

Gustiar C. Analisis Kelembagaan dan Peranannya dalam Penataan Ruang di Teluk Pangpang Kabupaten Banyuwangi. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Tesis (tidak dipublikasikan).

Hardjowigeno S. dan Widiatmaka. 2007. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Tanah. Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Hartiman AH, Dewayanti YK, Yamani M, dan Yono M. 2001. Ketaatan Masyarakat Pada Hukum Adat Dalam Pelestarian Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Kerinci Seblat Di Kabupaten Rejang Lebong Propinsi Bengkulu. Kumpulan Ringkasan Penelitian Small Research Grants 2000- 2001 Taman Nasional Kerinci Seblat. KEHATI dan DEPARTEMEN KEHUTANAN. p: 1-9.

Indahsari K. 2001. Penentuan Prioritas Pembangunan Berdasarkan Tingkat Perkembangan Kecamatan dan Potensi Wilayah. Studi Kasus Kabupaten Bangkalan [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Khan A. dan Virza. 2005. Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam. Materi Pelatihan Tata Ruang Kabupaten Konservasi. Bengkulu, 22-30 September 2005. Bengkulu:BAPPEDA Propinsi Bengkulu, P3SDA UNIB, CTRC, WCS, Ulayat.

Klingiebiel AA, Montgomery . 1961. Land-Capability Clasification. Agriculture Handbook No. 210. USA: Soil Conservation Service U. S. Departement of Agriculture.

Li TM. 2002. Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia. Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Nasution L. 2003. Kebijakan Pengembangan Wilayah dalam Pembangunan Nasional dan Otonomi Daerah. Konggres Nasional VII Himpunan Ilmu Tanah (HITI). Kampus UNAND, Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 21- 23 Juli 2003. Padang: Universitas Andalas.

Panuju DR. Rustiadi E. 2005. Dasar-Dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah. Penuntun Praktikum ver 1.0. Indonesia, Bogor: Departemen ISTL Faperta IPB.

Pardosi J, Asngari PS, Tarumingkeng RC, Susanto D, dan Sumardjo. 2005. Pemberdayaan peladang berpindah dalam pengelolaan hutan lestari (kasus di Propinsi Kalimantan Timur). Forum Pascasarjana IPB 28:249-258. Pemerintah Daerah Kabupaten Lebong. 2006. Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lebong Tahun 2005-2010. Lebong.

Rustiadi E. 2004. Kapasitas Pemerintah dalam Pengembangan Sistem Perencanaan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat. Prosiding Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Masyarakat. Bajawa, 7 Februari 2004. Kabupaten Ngada Flores, Nusa Tenggara Barat.

Rustiadi E, Saefulhakim RS, Panuju DR. 2006. Perencanaan Pengembangan Wilayah. Indonesia, Bogor: Departemen ISTL Faperta IPB.

Soengkono, Suminar P, Warsono S. 2001. Model Pengembangan Ekonomi Produktif Berbasis Potensi Lokal Masyarakat di Desa-Desa Penyangga Taman Nasional Kerinci Seblat Kabupaten Rejang Lebong. Kumpulan Ringkasan Penelitian Small Research Grants 2000-2001 Taman Nasional Kerinci Seblat. KEHATI dan DEPARTEMEN KEHUTANAN. p:10-20. Sulistyo B, Hindarto KS, Apriyanto E, Purwoko A. 2001. Permodelan untuk

memprediksi arah perambahan hutan di kawasan TNKS dengan bantuan data satelit landsat thematic mapper dan dengan memperhatikan aspek fisik dan sosek. Laporan penelitian. Pusat Penelitian Lingkungan, Lembaga Penelitian, Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Suminar P, Purwadi, Sungkono. 2001. Model Komunikasi, Informasi, dan Promosi Konservasi dan Pelestarian Berbasis Pengetahuan Lokal di Desa- Desa Sekitar Kawasan Taman Nasional Kerinci seblat di Kabupaten Rejang Lebong, Propinsi Benbgkulu. Kumpulan Ringkasan Penelitian Small Research Grants 2000-2001 Taman Nasional Kerinci Seblat. KEHATI dan DEPARTEMEN KEHUTANAN. p:35-46.

Thomas V, Dailani M, Dhareskwar A, Kaufmann D, Kishor N, Lopez R, Wang Y. 2001. The Quality of Growth. Kualitas Pertumbuhan. Diterbitkan untuk Bank Dunia. Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tim Kecil Kabupaten Konservasi. 2006. Buku Kecil Kabupaten Konservasi. Konsep, Kebijakan, Sistem Penilaian Penetapan Kinerja. Tim Kecil Kabupaten Konservasi. CIFOR, DEPDAGRI, IPB, KLH, DEPHUT, WWF.

Upe R. 2005. Rencana Pengembangan Daerah Penyangga Taman Nasional Bogani Nani Warta Bone [disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Widada. 2005. Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Studi Kasus: Taman Nasional Gunung Halimun [disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Wiradisastra US. 1989. Metode Evaluasi Lahan dalam Hubungan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan. Makalah Lokakarya Sistem Informasi Sumberdaya Lahan untuk Perencanaan Tata Ruang. Yogyakarta, 24-25 Desesmber 1989.

Wollenberg E, Edmunds D, Buck L, Fox J, Brodt S. 2005. Pembelajaran Sosial Dalam Pengelolaan Hutan Komunitas. Indonesia, Bogor: Pustaka Latin.

Lampiran 1. Matrik Kiteria dan Indikator Penetapan Status Kabupaten Konservasi (Tim Kecil Kabupaten Konservasi 2006)

KRITERIA INDIKATOR SKALA INTENSITAS

Prinsip 1: Keberadaan kawasan yang memiliki fungsi konservasi K1 :

Memiliki kawasan konservasi cukup luas

Ratio luas kawasan konservasi dengan luas wilayah administrasinya Baik sekali : >60% Baik : 40-60% Sedang : 25-40% Buruk : 15-25% Sangat buruk : <15% K2 : Memiliki kawasan lain yang mempunyai nilai konservasi tinggi

Ratio luas wilayah yang mempunyai nilai konservasi tinggi dengan

luas wilayah administrasinya Baik sekali : >30% Baik : 20-30% Sedang : 10-20% Buruk : 5-10% Sangat buruk : <5% Prinsip 2. Komitmen politik terhadap konservasi

K3: Memiliki komitmen politik yang dituangkan dalam dokumen daerah

Komitmen yang jelas dari pimpinan tertinggi

Baik : Regulasi (PERDA, SK BUPATI dsb) visi dan misi eksekutif dan legislatif jelas mendukung konservasi Sedang : Visi dan misi eksekutif jelas mendukung konservasi, namun legislatif kurang jelas

Jelek : Visi dan misi eksekutif dan legislatif kurang jelas mendukung konservasi

Perumusan tujuan dan prinsip pembangunan berazaskan konservasi jelas dan dapat diterima

Baik : Renstra kabupaten dan perdanya mendukung dan mengarusutamakan konservasi

Sedang : Renstra kabupaten mendukung konservasi, namun belum ada perda yang secara jelas searah dengan konservasi

Jelek : Renstra dan perda yang ada tidak searah dengan konservasi

K4 :

Dukungan politik dari masyarakat dan para pihak yang ditunjukkan oleh mekanisme konsultasi publik Terdapat mekanisme penyediaan informasi bagi publik

Baik : Penyediaan informasi publik lengkap dan mudah diakses

Sedang : Penyediaan informasi publik lengkap, namun sulit diakses

Jelek : Penyediaan informasi publik tidak lengkap dan sulit diakses

Terdapat aturan legal bagi konsultasi dan partisipasi

Baik : Aturan legal bagi konsultasi dan partisipasi jelas dan berjalan baik

Sedang : Aturan legal bagi konsultasi dan partisipasi jelas namun kurang berjalan baik

Jelek : Aturan legal bagi konsultasi dan partisipasi tidak jelas

Terdapat mekanisme evaluasi dalam sektor publik untuk mendukung pembangunan

berazaskan konservasi

Baik : Evaluasi publik terhadap pembangunan berazaskan konservasi dilaksanakan dengan benar

Sedang : Terdapat mekanisme evaluasi publik terhadap pembangunan berazaskan konservasi

Jelek : Tidak ada mekanisme evaluasi publik terhadap pembangunan berazaskan konservasi

Terdapat kerangka penilaian kinerja organisasi dalam hubungannya dengan pembangunan berazaskan konservasi

Baik : Hampir semua organisasi pemerintah mempunyai kriteria kinerja yang memperhatikan pembangunan konservasi

Sedang : terdapat organisasi pemerintah mempunyai kriteria kinerja yang memperhatikan pembangunan konservasi

Jelek : tidak ada satupun organisasi pemerintah yang mempunyai kriteria kinerja yang memperhatikan pembangunan konservasi

Lanjutan

KRITERIA INDIKATOR SKALA INTENSITAS Prinsip 3. Terdapat sistim kelembagaan yang menunjang konservasi

K5: Mempunyai struktur

organisasi formal dan non formal dengan tugas pokok dan fungsi serta peran yang mendukung konservasi

Reorientasi dari sektoral ke orientasi issue dalam setiap organisasi pemerintah

Baik : program pembangunan setiap organisasi pemerintah berorientasi pada issue, terutama issue sumberdaya alam dan lingkungan

Sedang : program pembangunan yang berorientasi pada issue sumberdaya alam dan lingkungan hanya tercantum dalam renstra kabupaten

Jelek : program pembangunan setiap organisasi pemerintah tidak berorientasi pada issue sumberdaya alam dan lingkungan

Terdapat organisasi pemerintah yang mendukung konservasi

Baik : terdapat organisasi yang mengkaji pembangunan konservasi baik pada level perencanaan, implementasi dan evaluasi- monitoring

Sedang : terdapat organisasi yang mengkaji pembangunan konservasi hanya pada level perencanaan atau implementasi atau evaluasi- monitoring

Jelek : tidak ada satupun organisasi yang mengkaji pembangunan konservasi baik pada level perencanaan, implementasi dan evaluasi- monitoring.

Terdapat organisasi kemasyarakatan yang mendukung konservasi

Baik : terdapat organisasi masyarakat yang mengkaji pembangunan konservasi baik pada level perencanaan, implementasi dan evaluasi- monitoring

Sedang : terdapat organisasi masyarakat yang mengkaji pembangunan konservasi hanya pada level perencanaan atau implementasi atau evaluasi- monitoring

Jelek : tidak ada satupun organisasi yang mengkaji pembangunan konservasi baik pada level perencanaan, implementasi, dan evaluasi- monitoring K6 : memiliki regulasi daerah yang beorientasi dan atau mendukung konservasi

Hukum dan regulasi yang ada direview terhadap

kompatibilitasnya

dengan tujuan pembangunan

berazaskan konservasi

Baik : terdapat peraturan daerah yang kompatibilitas dengan tujuan pembangunan konservasi, dan tidak ada yang saling bertentangan Sedang : terdapat peraturan daerah yang kompatibilitas dengan tujuan pembangunan konservasi, namun ada yang saling bertentangan Jelek : tidak ada peraturan daerah yang kompatibilitas dengan tujuan pembangunan konservasi

Lampiran 2. Variabel analisis skalogram

NO JENIS FASILITAS NO JENIS FASILITAS 1 Jumlah TK Negeri 36 Terminal penumpang

2 Jumlah TK Swasta 37 Telephon umum yang masih aktif 3 Jumlah SD Negeri 38 Jumlah wartel/kiospon

4 Jumlah SD Swasta 39 Kantor pos 5 Jumlah SLTP Negeri 40 Pos keliling

6 Jumlah SLTP Swasta 41 Perusahaan perkebunan

7 Jumlah SMU Negeri 42 Kios saprodi pertanian Milik KUD 8 Jumlah SMU Swasta 43 Kios saprodi pertanian milik non KUD 9 Jumlah SMK Negeri 44 Industri kecil kerajinan kayu

10 Jumlah SMK Swasta 45 Industri kecil kerajinan logam mulia 11 Jumlah lembaga keterampilan bahasa 46 Industri Kecil Kerajinan anyaman 12 Jumlah lembaga keterampilan komputer 47 Industri kecil kerajinan gerabah/keramik 13 Jumlah PUSKESMAS 48 Industri kecil industri makanan

14 Jumlah PUSKESMAS Pembantu 49 Industri Kecil industri Lainnya 15 Jumlah Tempat Praktek Dokter 50 Perusahaan listrik non PLN 16 Jumlah Tempat Praktek Bidan 51 Kelompok pertokoan

17 Jumlah POSYANDU 52 Bangunan pasar permanen/semi 18 Jumlah POLINDES 53 Pasar tanpa bangunan permanen 19 Jumlah toko khusus obat/jamu 54 Restoran rumah makan

20 Jumlah Dokter pria 55 Warung/kedai makanan minuman 21 Jumlah dokter wanita 56 Toko/warung Kelontong

22 Jumlah mantri 57 Penginapan (LOSMEN) 23 Jumlah bidan 58 Bank umum

24 Jumlah dukun bayi terlatih 59 Bank perkreditan rakyat (BPR) 25 Jumlah Dukun Bayi Belum terlatih 60 Jumlah koperasi

26 Jumlah masjid 61 Jumlah KUD

27 Jumlah surau/Langgar 62 Koperasi simpan Pinjam 28 Jumlah gereja kristen 63 Koperasi non KUD lainnya 29 Jumlah gereja katolik 64 Lembaga keungan mikro informal 30 Lapangan sepak bola 65 Fasilitas perkreditan kredit usaha kecil 31 Lapangan Bola voli 66 Fasilitas perkerditan lainnya

32 Lapangan badminton 67 Bengkel/reparasi kendaraan bermotor 33 Lapangan bola basket 68 Bengkel/reparasi alat-alat elektronik 34 Lapangan tenis 69 Usaha fotokopi

Lanjutan

NO JENIS FASILITAS NO JENIS FASILITAS 71 Salon kecantikan 81 Jumlah guru MI 72 Bengkel las 82 Jumlah guru SMP N 73 Persewaan alat-alat pesta 83 Jumlah guru SMP S 74 Pos hansip/Kamling 84 Jumlah guru MTs 75 Pos polisi 85 Jumlah guru SMU N 76 Jumlah anggota hansip/linmas 86 Jumlah guru SMU S 77 Jumlah guru TK N 87 Jumlah guru MA 78 Jumlah guru TK S 88 Jumlah guru SMK N 79 Jumlah guru SD N 89 Jumlah guru SMK S 80 Jumlah guru SD S

Lampiran 3. Variabel asal analisis PCA No Nama Variabel

1 Indeks skalogram 2 Kepadatan penduduk 3 Luas lahan sawah (ha)

4 Luas lahan sawah berpengairan yg diusahakan (ha) 5 Luas lahan sawah sementara tidak diusahakan (ha) 6 Luas lahan bukan sawah (ha)

7 Luas ladang yg diusahakan (ha)

8 Luas lahan non pertanian (kolam/tambak/perkebunan/hutan rakyat/padang rumput)

9 Jarak tempuh ke ibu kota kecamatan (km) 10 Waktu tempuh ke ibu kota kecamatan (menit) 11 Waktu tempuh ke ibu kota kabupaten (menit) 12 Jumlah keluarga yang tinggal di bantaran sungai 13 Jumlah rumah di bantaran sungai

14 Jumlah keluarga yg tinggal di bawah listrik tegangan tinggi (>500KV) 15 Jumlah bangunan rumah di bawah listrik bertegangan tinggi (>500KV) 16 Jumlah pemukiman kumuh

17 Jumlah keluarga yang tinggal di pemukiman kumuh 18 Indeks LQ kemiri

19 Indeks LQ durian 20 Indeks LQ jagung 21 Luas hutan lindung (ha) 22 Luas hutan produksi tetap 23 Luas hutan produksi terbatas

Lampiran 4. Luas wilayah berdasarkan jenis tanah (great group)

No Jenis tanah (great group) Luas (ha)* (%) 1 Asosiasi Dystrandepts/Haplohumults/Dystropepts 1.029,21 0,62 2 Asosiasi Dystrandepts/Hapludults/Haplohumults/Humitropepts 8.452,36 5,08 3 Asosiasi Dystrandepts/Humitropepts 9.024,37 5,42 4 Asosiasi Dystrandepts/Humitropepts/Dystropepts/Tropaquepts 7.394,51 4,44 5 Asosiasi Dystrandepts/Humitropepts/Haplohumults 8.510,08 5,11 6 Asosiasi Dystropepts/Dystrandepts/Humitropepts 9.778,71 5,88 7 Asosiasi Dystropepts/Eutrandepts/Humitropepts 3.273,06 1,97 8 Asosiasi Dystropepts/Hapludoxs/Humitropepts 16.330,74 9,81 9 Asosiasi Dystropepts/Hapludults 1.896,23 1,14 10 Asosiasi Dystropepts/Hapludults/Haplohumults/Eutropepts 3.360,45 2,02 11 Asosiasi Dystropepts/Hapludults/Humitropepts 6.573,89 3,95 12 Asosiasi Dystropepts/Humitropepts 14.106,30 8,48 13 Asosiasi Dystropepts/Humitropepts/Dystrandepts 44.741,34 26,88 14 Asosiasi Dystropepts/Humitropepts/Eutropepts 5.551,79 3,34 15 Asosiasi Dystropepts/Humitropepts/Tropaquepts 1.558,46 0,94 16 Asosiasi Dystropepts/Kanhaplohumults/Humitropepts 876,81 0,53 17 Asosiasi Eutropepts/Hapludalfs 4.345,81 2,61 18 Asosiasi Hapludults/Haplohumults/Humitropepts 7.984,24 4,80 19 Asosiasi Tropaquepts/Eutropepts 2.601,14 1,56 20 Asosiasi Tropaquepts/Eutropepts/Tropofluvents 2.449,54 1,47 21 Asosiasi Tropaquepts/Troposaprists/Fluvaquents 5.873,74 3,53 22 Tak Terklasifikasi 732,92 0,44 Total** 166.445,71 100,00

* Hasil perhitungan dengan Arcview 3.3

Lampiran 5. Penggunaan lahan eksisting berdasarkan status hutan

No Peruntukan Eksisting Kesesuaian Penggunaan

Luas (ha)* (%) 1 CA Danau Menghijau Campuran Tidak Sesuai 31,24 0,02 2 CA Danau Menghijau Hutan Sekunder Sesuai 96,50 0,06 3 CA Danau Menghijau Sawah Tidak Sesuai 8,24 0,00 4 CA Danau Tes Campuran Tidak Sesuai 527,38 0,32 5 CA Danau Tes Hutan Lebat Sesuai 1.200,91 0,72 6 CA Danau Tes Hutan Sekunder Sesuai 425,33 0,26 7 CA Danau Tes Ladang Tidak Sesuai 243,87 0,15 8 CA Danau Tes Sawah Tidak Sesuai 134,39 0,08 9 CA Danau Tes Semak Sesuai 49,93 0,03 10 CA Danau Tes Tubuh Air Sesuai 195,79 0,12 11 HL Bukit Daun Campuran Tidak Sesuai 396,27 0,24 12 HL Bukit Daun Hutan Lebat Sesuai 14.227,10 8,55 13 HL Bukit Daun Hutan Sekunder Sesuai 1.154,13 0,69 14 HL Bukit Daun Ladang Tidak Sesuai 513,26 0,31 15 HL Bukit Daun Lahan Terbuka Tidak Sesuai 13,21 0,01 16 HL Bukit Daun Sawah Tidak Sesuai 0,28 0,00 17 HL Bukit Daun Semak Tidak Sesuai 1,98 0,00 18 APL Campuran Sesuai 11.832,87 7,11 19 APL Hutan Lebat Sesuai 9.818,05 5,90 20 APL Hutan Sekunder Sesuai 10.488,70 6,30 21 APL Ladang Sesuai 3.712,17 2,23 22 APL Lahan Terbuka Sesuai 12,42 0,01 23 APL Sawah Sesuai 9.725,68 5,84 24 APL Semak Sesuai 347,23 0,21 25 APL Tubuh Air Sesuai 38,23 0,02 26 TNKS Campuran Tidak Sesuai 3.342,96 2,01 27 TNKS Hutan Lebat Sesuai 92.262,75 55,43 28 TNKS Hutan Sekunder Sesuai 4.325,70 2,60 29 TNKS Ladang Tidak Sesuai 1.305,49 0,78 30 TNKS Sawah Tidak Sesuai 5,40 0,00 31 TNKS Semak Sesuai 8,29 0,00 Jumlah 166.445,70** 100,00 * Hasil perhitungan dengan Arcview 3.3

Lampiran 6. Penggunaan lahan eksisting berdasarkan tata ruang wilayah

No Peruntukan Eksisting Kesesuaian Luas (ha) (%) 1 Hutan Produksi Terbatas Campuran Tidak Sesuai 1.028,84 0,62 2 Hutan Produksi Terbatas Hutan Lebat Sesuai 71,92 0,04 3 Hutan Produksi Terbatas Hutan Sekunder Sesuai 56,29 0,03 4 Hutan Produksi Terbatas Ladang Tidak Sesuai 74,94 0,05 5 Hutan Produksi Terbatas Sawah Tidak Sesuai 1.219,47 0,73 6 Hutan Produksi Terbatas Semak Sesuai 78,96 0,05 7 Hutan Lindung Campuran Tidak Sesuai 688,63 0,41 8 Hutan Lindung Hutan Lebat Sesuai 11.902,55 7,15 9 Hutan Lindung Hutan Sekunder Sesuai 1.869,85 1,12 10 Hutan Lindung Ladang Tidak Sesuai 466,24 0,28 11 Hutan Lindung Sawah Tidak Sesuai 119,02 0,07 12 Hutan Lindung Semak Tidak Sesuai 42,87 0,03 13 Kawasan yg dibudidayakan Campuran Sesuai 3.542,28 2,13 14 Kawasan yg dibudidayakan Hutan Lebat Sesuai 4.560,50 2,74 15 Kawasan yg dibudidayakan Hutan Sekunder Sesuai 3.595,76 2,16 16 Kawasan yg dibudidayakan Ladang Sesuai 938,62 0,56 17 Kawasan yg dibudidayakan Sawah Sesuai 716,13 0,43 18 Kawasan yg dibudidayakan Semak Sesuai 80,82 0,05 19 Kawasan yg dibudidayakan Tubuh Air Sesuai 1,10 0,00 20 Lahan Basah Campuran Sesuai 1.486,13 0,89 21 Lahan Basah Hutan Lebat Sesuai 1.298,55 0,78 22 Lahan Basah Hutan Sekunder Sesuai 1.643,39 0,99 23 Lahan Basah Ladang Sesuai 497,07 0,30 24 Lahan Basah Lahan Terbuka Sesuai 12,84 0,01 25 Lahan Basah Sawah Sesuai 6.875,20 4,13 26 Lahan Basah Semak Sesuai 25,89 0,02 27 Lahan Basah Tubuh Air Sesuai 219,94 0,13 28 Lahan Kering Campuran Sesuai 1.362,79 0,82 29 Lahan Kering Hutan Lebat Sesuai 1.509,44 0,91 30 Lahan Kering Hutan Sekunder Sesuai 2.572,86 1,55 31 Lahan Kering Ladang Sesuai 559,57 0,34 32 Lahan Kering Sawah Sesuai 390,43 0,23 33 Lahan Kering Semak Sesuai 59,57 0,04 34 Potensi Lahan Basah Campuran Sesuai 168,31 0,10 35 Potensi Lahan Basah Hutan Lebat Sesuai 169,16 0,10 36 Potensi Lahan Basah Hutan Sekunder Sesuai 172,68 0,10 37 Potensi Lahan Basah Ladang Sesuai 303,30 0,18 38 Potensi Lahan Kering Campuran Sesuai 755,79 0,45 39 Potensi Lahan Kering Hutan Lebat Sesuai 880,99 0,53 40 Potensi Lahan Kering Hutan Sekunder Sesuai 345,19 0,21 41 Potensi Lahan Kering Ladang Sesuai 522,95 0,31

Lanjutan

No Peruntukan Eksisting Kesesuaian Luas (ha)* (%) 42 Potensi Lahan Kering Sawah Sesuai 101,55 0,06 43 Potensi Lahan Kering Semak Sesuai 18,16 0,01 44 Potensi Lahan Kering Tubuh Air Sesuai 20,90 0,01 45 Potensi Lahan Perkebunan Campuran Sesuai 1.280,24 0,77 46 Potensi Lahan Perkebunan Hutan Lebat Sesuai 3.605,93 2,17 47 Potensi Lahan Perkebunan Hutan Sekunder Sesuai 1.245,60 0,75 48 Potensi Lahan Perkebunan Ladang Sesuai 478,96 0,29 49 Potensi Lahan Perkebunan Lahan Terbuka Sesuai 13,66 0,01 50 Potensi Lahan Perkebunan Sawah Sesuai 31,77 0,02 51 Potensi Lahan Perkebunan Semak Sesuai 91,68 0,06 52 TNKS Campuran Tidak Sesuai 5.959,38 3,58 53 TNKS Hutan Lebat Sesuai 92.578,24 55,62 54 TNKS Hutan Sekunder Sesuai 5.405,90 3,25 55 TNKS Ladang Tidak Sesuai 1.959,39 1,18 56 TNKS Sawah Tidak Sesuai 744,23 0,45 57 TNKS Semak Sesuai 23,27 0,01

Jumlah 166.445,71** 100,00

* Hasil perhitungan dengan Arcview 3.3

Lampiran 7. Penggunaan lahan eksisting berdasarkan kemampuan lahan

NO Kelas Penggunaan Lahan Keseuaian Luas (ha)* (%) 1 I Campuran Sesuai 1.026,96 0,62 2 I Hutan Lebat Sesuai 1.132,39 0,68 3 I Hutan Sekunder Sesuai 1.410,32 0,85 4 I Ladang Sesuai 352,97 0,21 5 I Terbuka Sesuai 11,13 0,01 6 I Sawah Sesuai 6.042,15 3,63

7 I Semak Sesuai 23,64 0,01

8 I Tubuh air Sesuai 178,60 0,11 9 II Campuran Sesuai 5.308,03 3,19 10 II Hutan Lebat Sesuai 11.916,06 7,16 11 II Hutan Sekunder Sesuai 3.985,58 2,39 12 II Ladang Sesuai 1.068,22 0,64 13 II Terbuka Sesuai 1,30 0,00 14 II Sawah Sesuai 2.706,44 1,63

15 II Semak Sesuai 16,12 0,01 16 II Tubuh Air Sesuai 5,90 0,00

17 III Campuran Sesuai 591,48 0,36 18 III Hutan Lebat Sesuai 2.138,00 1,28 19 III Hutan Sekunder Sesuai 760,97 0,46 20 III Ladang Sesuai 181,12 0,11 21 III Sawah Sesuai 58,43 0,04 22 III Semak Sesuai 6,13 0,00 23 IV Campuran Sesuai 4.967,34 2,98 24 IV Hutan Lebat Sesuai 13.331,77 8,01 25 IV Hutan Sekunder Sesuai 5.775,52 3,47 26 IV Ladang Sesuai 1.816,55 1,09 27 IV Sawah Sesuai 864,55 0,52 28 IV semak Sesuai 279,88 0,17 29 IV Tubuh Air Sesuai 49,77 0,03 30 VI Campuran Tidak Sesuai 1.322,84 0,79 31 VI Hutan Lebat Sesuai 22.192,74 13,33 32 VI Hutan Sekunder Sesuai 1.983,38 1,19 33 VI Ladang Tidak Sesuai 881,91 0,53 34 VI sawah Tidak Sesuai 88,21 0,05 35 VI Semak Tidak Sesuai 60,33 0,04

36 VII Campuran Tidak Sesuai 623,62 0,37 37 VII Hutan Lebat Sesuai 13.450,79 8,08 38 VII Hutan Sekunder Sesuai 662,78 0,40 39 VII Ladang Tidak Sesuai 275,38 0,17 40 VII Semak Tidak Sesuai 24,98 0,02

Lanjutan

NO Kelas Penggunaan Lahan Keseuaian Luas

(ha)* (%) 41 VIII Campuran Tidak Sesuai 2.257,71 1,36 42 VIII Hutan Lebat Sesuai 53.356,57 32,06 43 VIII Hutan Sekunder Sesuai 1.922,53 1,16 44 VIII Ladang Tidak Sesuai 1.203,74 0,72 45 VIII Terbuka Tidak Sesuai 13,22 0,01 46 VIII Semak Tidak Sesuai 117,62 0,07

Jumlah 166.445,71** 100,00

* Hasil perhitungan dengan Arcview 3.3

Lampiran 8. Indeks tekanan penduduk terhadap kawasan lindung

KECAMATAN DESA P0 KK Ft Lt Zt ID Lebong Selatan Suka Sari 935 237 80 412 0,75 3,62 Lebong Selatan Kota Donok 1.412 400 81 2.990 0,75 0,76 Lebong Selatan Mangku Rajo 1.169 370 85 600 0,75 3,30 Lebong Selatan Tes 2.875 574 85 1.075 0,75 4,54 Lebong Selatan Taba Anyar 2.064 615 80 1.085 0,75 3,04 Lebong Selatan Turan Tiging 485 277 90 329 0,75 2,65 Lebong Selatan Mubai 2.134 516 95 975 0,75 4,15 Lebong Selatan Turan Lalang 2.017 533 95 885 0,75 4,32 Lebong Selatan Karang Dapo Atas 1.309 347 85 560 0,75 3,96 Lebong Selatan Karang Dapo Bawah 1.436 320 80 746 0,75 3,07 Lebong Selatan Pungguk Pedaro 1.745 491 80 1.270 0,75 2,19 Lebong Selatan Talang Kerinci 574 163 93 547 0,75 1,95 Lebong Selatan Pel Talang Leak 1.342 276 85 1.104 0,75 2,06 Lebong Selatan Talang Leak I 1.877 623 95 759 0,75 4,69 Lebong Selatan Bungin 1.132 267 95 1.020 0,75 2,10 Lebong Selatan Talang Leak II 1.349 349 87 631 0,75 3,71 Rimbo Pengadang Air Dingin 2.949 635 88 860 0,75 6,02 Rimbo Pengadang Rimbo Pengadang 1.293 352 90 1.640 0,75 1,42 Rimbo Pengadang Tanjung 964 220 93 597 0,75 3,00 Rimbo Pengadang Talang Donok 1.004 251 91 332 0,75 5,49 Rimbo Pengadang Talang Baru 1.107 365 89 662 0,75 2,97 Rimbo Pengadang Tapus 1.729 552 90 1.610 0,75 1,93 Rimbo Pengadang Suka Negeri 1.877 570 94 662 0,75 5,32 Rimbo Pengadang Bandar Agung 636 189 90 946 0,75 1,21 Rimbo Pengadang Talang Ratu 1.516 318 90 379 0,75 7,18