• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Administrasi dan Letak Geografis

Kabupaten Lebong merupakan daerah otonom yang baru terbentuk 7 Januari 2004 di Provinsi Bengkulu. Dasar hukum pembentukan Kabupaten Lebong adalah UU No. 39 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Lebong dan Kepahyang di Provinsi Bengkulu. Sebelum dimekarkan, Lebong merupakan bagian dari Kabupaten Rejang Lebong. Untuk sementara, pusat pemerintahan berada di Muara Aman, namun sesuai dengan UUNo. 39 Tahun 2003, Ibu Kota Kabupaten Lebong barada di Tubei. Secara administratif, Kabupaten Lebong terdiri atas 72 desa dan 5 Kelurahan, yang tersebar di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Rimbo Pengadang, Lebong Selatan, Lebong Tengah, Lebong Atas, dan Lebong Utara (BPS Lebong 2007).

Kabupaten Lebong terletak di Sebelah Barat Pegunungan Bukit Barisan, pada posisi 101o sampai dengan 102o Bujur Timur dan 02o,65 sampai dengan 03o,60 Lintang Selatan (Gambar 8). Kabupaten Lebong berada di bagian sebelah utara Kota Bengkulu, dengan batas wilayah administratif sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Sarolangun, Propinsi Jambi

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong dan Kecamatan Lubuk Durian, Kabupaten Bengkulu Utara

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas Sumatera Selatan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Padang Jaya, Giri Mulya, Ketahun, Napal Putih dan Putri Hijau Kabupaten Bengkulu Utara. Jarak tempuh Kabupaten Lebong (Muara Aman) dari pusat Kota Bengkulu adalah 160 km. Sedangkan dari Kota Argamakmur (Ibu Kota Kabupaten Bengkulu Utara) adalah 235 km, dari Curup (Ibu Kota Kabupaten Rejang Lebong) 75 km dan dari Manna (Ibu Kota Kabupaten Bengkulu Selatan) 321 km.

Berdasarkan data BPN yang diterbitkan oleh BPS, Kabupaten Lebong memiliki total luas wilayah ±192.924 ha. Wilayah terluas adalah Kecamatan Lebong Utara (90.580 ha) dan wilayah dengan luas terkecil adalah Kecamatan Lebong Atas (8.696 ha). Data jumlah desa/kelurahan serta luas masing-masing wilayah kecamatan di Kabupaten Lebong disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Wilayah Kabupaten Lebong

No Kecamatan Ibu Kota Desa Luas

(ha) (%)

1 Lebong Selatan Tes 16 29.856 15,48

2 Rimbo Pengadang Rimbo Pengadang 9 45.952 23,82 3 Lebong Tengah Embong Panjang 17 17.840 9,25

4 Lebong Atas Taba Baru 12 8.696 4,51

5 Lebong Utara Muara Aman 28 90.580 46,95

Total 77 192.924 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Lebong 2007

Kondisi Sosial dan Ekonomi Kependudukan

Jumlah penduduk Kabupaten Lebong per Juni 2007 adalah 89.690 jiwa, terdiri dari 45.000 jiwa penduduk laki-laki dan 43.805 jiwa penduduk perempuan. Dirinci per kecamatan, penduduk Kecamatan Lebong Selatan adalah 23.018 jiwa, Rimbo Pengadang 10.352 jiwa, Lebong Tengah 17.369 jiwa, Lebong Utara 29.356 jiwa dan 9.595 jiwa untuk Lebong Atas. Rata-rata pertumbuhan penduduk di Lebong adalah 1,55% (BPS Kabupaten Lebong 2007).

Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kabupaten Lebong per Juni 2007 adalah 9.430 jiwa atau 10,5% untuk balita (0-4) tahun, 23.345 jiwa atau 26,03% untuk remaja (5-15) tahun, 50.994 jiwa atau 56,8% untuk usia produktif (16-60) tahun dan 5.921 jiwa atau 6,6% untuk penduduk usia di atas 60 tahun. Kepadatan penduduk di Lebong adalah 46 jiwa per km2, dengan kepadatan penduduk per kecamatan adalah 77 jiwa per km2 untuk Lebong Selatan, 23 jiwa per km2 untuk Rimbo Pengadang, 97 jiwa per km2 untuk Lebong Tengah, 32 jiwa per km2 untuk Lebong Utara dan 110 jiwa per km2 untuk Lebong Atas. Rata-rata jumlah anggota keluarga 4 jiwa per rumah tangga.

Ekonomi dan Ketenagakerjaan

Secara umum penduduk Kabupaten Lebong bekerja di sektor pertanian, yaitu sebesar 84%. Masyarakat yang bekerja di bidang pertambangan dan galian sebesar 0,5%, industri 0,5%, PNS 1,5%, perdagangan 2% dan lain-lain 11,5%.

Ditinjau dari PDRB wilayah, PDRB Kabupaten Lebong atas dasar harga berlaku tahun 2005 (Rp627.215.000.000,-) mengalami peningkatan sebesar 22% dibandingkan dengan PDRB tahun 2004. Berdasarkan atas dasar harga konstan 2000, PDRB tahun 2005 mengalami peningkatan 5,74%.

Angka PDRB perkapita merupakan hasil bagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun sehingga diperoleh PDRB perkapita atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000. Berdasarkan harga berlaku, PDRB perkapita tahun 2004 sebesar Rp6.060.870,- dan Rp7.305.941,- pada tahun 2005. Komposisi PDRB perkapita Kabupaten Lebong tahun 2005 adalah 78% sektor pertanian, 0,84% sektor pertambangan dan penggalian, 1,88% sektor industri pengolahan, 0,51 sektor listrik, gas dan air bersih, 2,82% sektor bangunan, 4,92% sektor perdagangan, hotel dan restoran, 1,36% sektor pengangkutan dan komunikasi, 1,57% sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan 8,10% sektor jasa-jasa (BPS Kabupaten Lebong 2007).

Kondisi Geobiofisik Wilayah Kabupaten Lebong

Fisiografi dan Bentuk Wilayah

Berdasarkan peta unit Satuan Lahan (SLH) dan Tanah Lembar Bengkulu dan sekitarnya, diketahui bahwa fisiografi wilayah Kabupaten Lebong terdiri dari 5 kelompok, yaitu Kelompok Aluvial, Kelompok Perbukitan, Kelompok Pegunungan, Kelompok Volkan, dan Kelompok Aneka Bentuk. Sebaran masing- masing kelompok beserta luasnya disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 9.

Grup Alluvial merupakan suatu daerah yang relatif datar sampai berombak, lereng 0-8%, berasal dari endapan muda (resen/subresen) hasil dari proses aktivitas air sungai (Fluvial) dan atau Koluvial. Unit ini terdiri dari Dataran Aluvial, Kipas Alluvial/Koluvial, Lembah Aluvial Tertutup, Terbanan Luas Terisi, Teras Sungai, Jalur Sungai dan Dataran Banjir. Fisiografi ini dominan terdapat di Kecamatan Lebong Tengah dan Lebong Utara, yaitu di sebelah kiri

dan kanan Sungai Ketahun. Luas wilayah berfisiografi Aluvial di Kabupaten Lebong adalah 12.468,21 ha ( 7,59%) (Tabel 3).

Grup perbukitan merupakan daerah angkatan, lipatan dan patahan yang mengalami proses erosi/denudasi, lereng cukup curam, dengan beda tinggi 50-300 m. Grup ini terdiri dari perbukitan kecil dan perbukitan dengan pola random. Luas Grup Perbukitan di Kabupaten Lebong mencapai 5.555,12 atau 3,96% dari total luas wilayah.

Tabel 3. Luas wilayah Kabupaten Lebong berdasarkan fisiografi lahannya

No Fisiografi Luas

(ha)* (%)

1 Grup Aluvial 12.468,21 7,49

2 Grup Aneka Bentuk 792,14 0,48

3 Grup Pegunungan 121.231,71 72,84

4 Grup Perbukitan 5.555,12 3,34

5 Grup Volkan 26.398,52 15,86

Total ** 166.445,71 100,00

* Hasil perhitungan dengan Arcview 3.3

** Total luas wilayah Lebong menurut BPS 192.924 ha

Grup Pegunungan merupakan daerah angkatan/lipatan dan patahan yang mempunyai posisi lebih tinggi dari pada perbukitan, lereng >30% dengan beda tinggi >300 m. Luas Grup Pegunungan di Kabupaten Lebong sekitar 72,09% (121.231,71 ha) dari total luas wilayah. Wilayah berfisiografi pegunungan terluas berada di Kecamatan Lebong Utara, yang sebagian besar merupakan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).

Grup Volkan merupakan daerah hasil dari proses aktivitas gunung berapi (volkanik) baik endapan muda maupun endapan tua. Lereng datar sampai melandai dan untuk beberapa unit lahan curam sampai sangat curam. Grup ini terdiri Stratovolkan dan Pegunungan Volkan, lereng atas, lereng tengah, lereng bawah dan kaki gunung berapi. Luas wilayah berfisiografi ini di Kabupaten Lebong mencapai 26.398,52 ha (15,87%).

Grup Aneka Bentuk merupakan suatu daerah yang memiliki bentuk khusus, di luar bentuk fisiografi yang lain. Daerah ini antara lain berupa tebing sungai yang curam, bekas-bekas longsoran dan dasar sungai yang sempit dengan kelerengan bervariasi dari 25% sampai 75%. Luas daerah berfisiografi ini sebesar 792,14 ha (0,49%).

Topografi Lahan dan Kemiringan Lereng

Secara umum, Kabupaten Lebong berada pada ketinggian lebih dari 1000 mdpl (54,65%). Wilayah dengan ketinggian kurang dari 300 mdpl hanya sebesar 0,2% dari luas wilayah Kabupaten Lebong dan luas total wilayah dengan ketinggian kurang dari 500 mdpl sebesar 8,83%. Wilayah dengan ketinggian lebih dari 2000 mdpl seluas 2.262,57 ha (1,37%). Luas wilayah berdasarkan ketinggiannya disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 10.

Tabel 4. Luas wilayah berdasarkan ketinggian

No Tinggi (mdpl) Luas (ha)* Luas (%)

1 300 - 400 8.692,91 5,22 2 400-500 6.013,89 3,61 3 500 - 750 27.671,81 16,63 4 750 - 1000 33.100,93 19,89 5 1000 - 1250 31.997,52 19,22 6 1250 – 1500 32.164,76 19,32 7 1500 - 1750 16.274,07 9,78 8 1750 - 2000 8.267,24 4,97 9 > 2000 2.262,57 1,36 Total** 166.445,71 100,00

* Hasil perhitungan dengan Arcview 3.3

** Total luas wilayah Lebong menurut BPS 192.924 ha

Selain didominasi oleh fisiografi pegunungan dan ketinggian lebih dari 1.000 mdpl, Lebong juga didominasi oleh wilayah dengan kelerengan lebih dari 45% (sangat curam), yaitu 44,52% dari total luas wilayah. Luas wilayah dengan kelerengan <8% (datar sampai bergelombang/berombak) hanya 33.362,70 ha atau 20,04%. Kondisi fisik wilayah Lebong berdasarkan kelerengannya disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 11.

Tabel 5. Luas wilayah berdasarkan lereng

KELERENGAN Luas (ha)* Luas (%)

0-8% 33.362,70 20,04 8-15% 5.888,69 3,54 15-25% 27.178,94 16,33 25-45% 25.915,39 15,57 >45% 74.100,00 44,52 Total** 166.445,71 100,00

* Hasil perhitungan dengan Arcview 3.3

Kondisi Iklim dan Hidrologi

Keadaan iklim di Kabupaten Lebong termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin pasat, kecepatan angin rata-rata 10 km/jam, suhu maksimum 30oC, suhu minimum 22oC, dengan suhu rata-rata 26oC. Kelembaban udara rata-rata 75%, curah hujan tahunan 4.800 mm dengan jumlah hari hujan 220 (BPS Kabupaten Lebong, 2007). Iklim tropika basah dicirikan oleh kondisi hujan yang terjadi hampir sepanjang tahun, tetapi bulan kering dapat terjadi, dengan total curah hujan tahunan >1500 mm.

Terdapat tiga stasiun pencatat data iklim di Kabupaten Lebong yaitu Stasiun Sukabumi, Tunggang dan Air Dingin. Rata-rata curah hujan pada tahun 2007 adalah 268 mm dengan rata-rata jumlah hari hujan 17,4 tiap bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari (401,7 mm) dan terendah pada bulan Juli (126 mm) (Tabel 6).

Tabel 6. Rata-rata curah hujan pada tahun 2007 di Kabupaten Lebong

No Bulan Curah Hujan (mm) Jumlah Hari Hujan

1 Januari 401,7 23,7 2 Febuari 252,0 19,3 3 Maret 217,7 19,0 4 April 369,0 21,3 5 Mei 272,0 18,3 6 Juni 174,0 12,0 7 Juli 126,0 11,3 8 Agustus 161,3 10,0 9 September 314,7 15,0 10 Oktober 328,0 19,7 11 November 240,3 16,7 12 Desember 359,7 22,0 Jumlah 3.216,3 208,3 Rata-rata 268,0 17,4 Sumber: BMG Bengkulu 2008

Secara hidrologis, terdapat dua daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Lebong yaitu DAS Ketahun dan DAS Seblat. Kedua DAS bermuara ke Pantai Barat Sumatera (Samudera Hindia) dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara. Hal ini menunjukkan keterkaitan fungsi ekologis yang sangat penting antara Lebong dengan Bengkulu Utara. Luas wilayah masing-masing DAS dan jaringan sungai yang ada di Lebong disajikan pada Tabel 7 dan Gambar 12 .

DAS Ketahun merupakan DAS yang cukup penting karena di sana terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yang dibangun sejak jaman Kolonial Belanda (1800). PLTA tersebut hingga kini tetap berfungsi dengan baik. Kerusakan kawasan DAS (catchment area) berpengaruh terhadap fungsi DAS, yang selanjutnya mempengaruhi fungsi PLTA (Anonim 2007).

Tabel 7. Luas DAS Ketahun dan DAS Seblat di Kabupaten Lebong

No Nama DAS Luas (ha) Luas (%)

1 Ketahun 126.301,01 75,88

2 Seblat 40.144,70 24,12

Total 166.445,71 100,00

Jenis Tanah

Berdasarkan Peta Jenis Tanah 1.250.000 sebagaimana terlihat pada Gambar 13, tanah di Kabupaten Lebong di dominasi oleh tanah ordo Inceptisol dan Ultisols. Terdapat juga ordo tanah Entisols, Oxisols, Alfisols, dan Histosols, namun dalam jumlah yang sedikit. Inceptisols merupakan tanah dalam perkembangan awal (immature), dicirikan dengan adanya perkembangan struktur yang masih lemah. Tanah ini terbentuk pada daerah dengan landscape yang ekstrim seperti pada daerah berlereng curam atau lembah. Hal ini sesuai dengan kondisi fisiografi wilayah Lebong yang didominasi oleh bentuk pegunungan dan perbukitan dengan dominasi lereng >45%. Sedangkan tanah Ultisols merupakan jenis tanah yang telah berkembang, dicirikan dengan adanya perkembangan struktur dan peningkatan liat. Tanah Ultisols mempunyai jeluk (kedalaman) tanah yang relatif dalam. Tanah Ultisols memiliki tingkat ketersediaan hara dan KTK rendah, pH sangat masam sampai agak masam, drainase baik dan kejenuhan basa rendah (Puslitanak Bogor 1990; Amri 2005).

Pada tingkat great group, jenis tanah Inceptisols terdiri dari Dystrandepts, Dystropepts, Eutrandepts, Eutropepts, Tropaquepts, dan Humitropepts. Sedangkan untuk jenis tanah Ultisols, terdiri dari Hapludults, Haplohumults, dan Kanhaplohumults. Entisols yang terdapat di Lebong terdiri dari Tropofluvents dan Fluvaquents. Sedangkan great grup yang lain adalah Hapludoxs untuk Oxisols, Hapludalfs untuk Alfisols, dan Troposaprists untuk jenis tanah Histosols. Luas masing-masing jenis tanah disajikan pada Lampiran 4.

Geologi dan Potensi Sumberdaya Mineral

Secara umum, litologi Kabupaten Lebong terdiri dari 6 formasi batuan serta lima satuan batuan beku dalam (batuan terobosan). Urutan stratigrafi formasi batuannya adalah sebagai berikut (dari yang tua ke muda):

- Formasi Hulusimpang (Tomh) - Formasi Seblat (Toms)

- Formasi Bal (Tmba)

- Satuan Batuan Gunungapi Rio-Andesit (QTv) - Formasi Maur (Qtm)

- Satuan Batuan Gunungapi (Qv)

Sedangkan lima satuan batuan beku dalam (batuan terobosan) adalah: - Granodiorit (Kgd)

- Diorit (Tmdi) - Granit (Tmgn) - Granit (Tpgd)

- Granodiorit Langkup (Tpgdl)

Keberadaan tambang emas di Kabupaten Lebong diketahui sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda. Lebong Tambang dan Tambang Sawah merupakan daerah tambang emas yang hingga saat ini masih diusahakan secara tradisional oleh masyarakat. Secara spasial, sebaran potensi energi dan sumberdaya mineral tersebut disajikan pada Gambar 14.

Sebagaimana terlihat pada Gambar 14, terlihat bahwa keberadaan sumber energi dan mineral, dalam hal ini emas, perak dan mangan, berada di dalam atau berbatasan/berdekatan dengan kawasan lindung. Karenanya, aktivitas penambangan membutuhkan perhatian yang serius, sehingga aktivitas yang mungkin dilakukan tidak mengganggu/membahayakan kelestarian sumberdaya alam, terutama kawasan hutan. Pada saat ini, aktivitas pertambangan emas dilakukan oleh masyarakat secara tradisional. Pertambangan emas di Kabupaten Lebong terdapat di Kecamatan Lebong Utara seluas 248 ha dengan produksi 6,8 kg, di Kecamatan Lebong Atas seluas 10 ha, dan di Kecamatan Rimbo Pengadang seluas 0,5 ha dengan produksi 200 kg (BAPPEDA Kabupaten Lebong 2006).

Penggunaan Lahan

Kondisi geobiofisik wilayah mempengaruhi penggunaan lahan. Jenis tanah, topografi, kemiringan lahan, kedalaman tanah, iklim/curah hujan, sangat berpengaruh terhadap penggunaan lahan, terutama terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan terdapat spesifikasi dari setiap jenis penggunaan lahan yang memerlukan kriteria tertentu sehingga penggunaan lahan optimal.

Wilayah Lebong didominasi oleh lahan berbukit dan bergunung, dengan ketinggian dominan lebih dari 1.000 mdpl, lereng >45% serta curah hujan tinggi. Daerah yang relatif datar seperti daerah Aluvial yang ada di sebelah kiri dan kanan di Sungai Ketahun, digunakan sebagai pertanian tanaman pangan, yaitu padi sawah. Air yang tersedia sepanjang tahun memungkinkan untuk dikembangkannya budidaya ikan air tawar, yaitu ikan mas dan nila, baik pada masa jeda tanam padi, maupun secara bersamaan (mina padi). Sistim budidaya padi sawah dilakukan sekali tanam dalam satu tahun, dengan rata-rata produksi 4 ton per ha.

Pada lahan berlereng, berombak atau bergelombang, dimana tidak mungkin dikembangkan padi sawah, masyarakat menanaminya dengan kopi, karet, kayu manis dan/atau nilam. Tanaman enau sebagai penghasil aren tumbuh dengan baik dan tersebar cukup banyak di Lebong, namun tidak dibudidayakan secara intensif. Aren tumbuh di sekitar pekarangan rumah, kebun atau tumbuh liar (Amri 2005; Darmaga 2005).

Input teknologi berupa penggunaan pupuk dan pestisida dalam sistim budidaya pertanian masih sangat minim. Penggunaan pupuk dan pestisida hanya dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat, terutama pada sistim budidaya tanaman semusim seperti padi sawah, palawija dan lain sebagainya. Sedangkan pada sistim budidaya tanaman kopi, tidak ada input apa-apa. Perawatan tanaman hanya dilakukan dengan melakukan weeding pada saat tanaman masih belum menghasilkan. Pada sistim budidaya tanaman nilam, masyarakat menanam nilam sebagai tanaman awal ketika lahan hutan baru dibuka. Nilam ditanam dan dibiarkan saja hingga tanaman siap untuk dipanen, tidak ada pemupukan, weeding dan juga pengendalian hama.

Pada lahan yang bertopografi curam atau sangat curam, dibiarkan menjadi hutan. Sebagian besar wilayah Lebong merupakan kawasan lindung berpenutupan hutan lebat. Secara umum, penggunaan lahan di Kabupaten Lebong disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan

No Jenis Luas (ha) Luas (%)

1 Hutan suaka alam 3.022,15 1,57

2 Hutan lindung 21.325,00 11,05

3 Taman Nasional Kerinci Seblat 113.512,00 58,84

4 Padi sawah 12.856,00 6,66 5 Padi ladang 169,00 0,09 6 Palawija 238,00 0,12 7 Perkebunan rakyat 11.469,00 5,94 8 Perkebunan swasta 515,98 0,27 9 Perikanan darat 6.272,00 3,25 10 Permukiman 4.268,00 2,21 11 Lain-lain 19.276,87 9,99 Total 192.924,00 100,00

Sumber: BAPPEDA LEBONG 2006

Berdasarkan citra landsat tahun 2005, penggunaan lahan di Kabupaten Lebong terdiri dari Kebun Campuran, Hutan Lebat, Hutan Sekunder, Ladang, Lahan Terbuka, Sawah, Semak Belukar dan Tubuh Air. Luas lahan berpenutupan hutan lebat mencapai 70,2% dan luas lahan berpenutupan hutan sekunder mencapai 9,90%. Luas penutupan lahan berdasarkan citra landsat tahun 2005 disajikan pada Tabel 9 dan Gambar15.

Tabel 9. Kondisi penutupan lahan berdasarkan citra lansad tahun 2005

No Penggunaan Lahan Luas (ha)** Luas (%)

1 Campuran 16.119,92 9,68 2 Hutan Lebat 117.546,31 70,62 3 Hutan sekunder 16.478,25 9,90 4 Ladang 5.769,58 3,47 5 Lahan terbuka 25,60 0,02 6 Sawah 9.865,17 5,93 7 Semak rendah 407,06 0,24 8 Tubuh Air 233,81 0,14 Total ** 166.445,71 100,00

* Hasil perhitungan dengan Arcview 3.3