• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Analisis Pengembangan Wilayah Berbasis Konservasi Sumberdaya Alam di Kabupaten Lebong adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2009 Sukisno NRP A353 060 071

ABSTRACT

SUKISNO. Analysis of Regional Development Based on Natural Resource Conservations in Lebong Regency. Supervised by WIDIATMAKA and HARIADI KARTODIHARDJO.

The objective of this research is to formulate the land allocation guidelines based on natural resources conservation in Lebong Regency. The method used was overlaying between thematic map of natural resources. The Analisys of population pressure on conservation area, level of knowledge and awareness on natural resources conservation, local institution aspect on natural resources management, location quotients (LQ), and tipology and development index of region was conducted to support the guidelines of land allocation.

The results showed that there was landuse conflict problem on protected area as much as 6.573,88 ha (3,95%) based on forested area, 12.303,01 ha (7,39%) based on Regional Spatial Planning Map (RTRW), and 6.809,24 ha (4,09%) based on land capability. The landuse deviation was more influenced by social economic factor rather than land capability. This conversion was indicated by the population pressure value >1 on the overall village (97,4%). Understanding on the importance of natural resources conservation was inconsistence with the degree of it’s awareness, due to the low of willingness to pay on natural resources conservation with the value of wtp of Rp39.487,17/Family/year. There is a rule of the game on forest management in Ladang Palembang and Ketenong I Villages that could be used as guidelines to solve the landuse conflict problem on conservation area. Coffee, rubber, rice, durian, kemiri, corn, soy bean, vegetable, and fish are potentially able to be developed as the economic resources rather than nilam due to negative effect on natural resources. There is 9 village that could be considered as new growth pole. Those are Tes Taba Anyar, Air Dingin, Kampung Jawa Dalam, Ketenong Satu, Ketenong Dua, Sebelat Ulu, Kampung Muara Aman dan Pasar Muara Aman.

The land allocation guidelines based on natural resources conservation in Lebong Regency comprise: (1) protected area comprising of 135,84 ha (0.08%) for Protected Area Danau Menghijau, 2.774,82 ha (1.67%) for Protected Area Danau Tes, 16.123,20 ha (9.70%) for Conservation Forest Bukit Daun, and 101.531,92 ha (61.05%) for Kerinci Seblat National Park, (2) cultivated area which consist of 9.759,06 ha (5.87%) for very intensive agriculture, 12.204,73 ha (7.34%) for intensive agriculture, 1.867,26 ha (1.12%) for moderate agriculture, 14.837,64 ha (8.92%) for limited agriculture, 3.277,25 ha (1.97%) for intensive grasslands dan 3.786,24 ha (2.28%) for forests. There is neeed a detiled landused planning to accomodate landused conlict problem on conservation area.

Keywords: regional development, natural resources conservations, Lebong

RINGKASAN

SUKISNO. Analisis Pengembangan Wilayah Berbasis Konservasi Sumberdaya Alam Di Kabupaten Lebong. Dibimbing oleh WIDIATMAKA dan HARIADI KARTODIHARDJO.

Konservasi sumberdaya alam di Kabupaten Lebong memiliki fungsi yang sangat penting. Dari 192.924 ha luas wilayah Lebong, 20.777 ha (10,77%) merupakan kawasan hutan lindung, 111.035 ha (57,56%) adalah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), 3.022,15 ha (1,55%) adalah suaka alam dan hanya 58.089,45 ha (30,10%) yang merupakan pemukiman dan peruntukan lain. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun arahan pemanfaatan ruang berbasis konservasi sumberdaya alam di Kabupaten Lebong. Metode yang digunakan adalah overlay antara peta-peta tematik terkait pengelolaan sumberdaya alam. Analisis tekanan penduduk terhadap kawasan lindung, tingkat pemahaman dan kepedulian masyarakat terhadap konservasi sumberdaya alam, aspek kelembagaan lokal terkait pengelolaan sumberdaya alam, LQ, dan tipologi dan tingkat perkembangan wilayah dilakukan untuk mendukung arahan pemanfaatan ruang yang disusun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi terjadi konflik pemanfaatan ruang pada lahan yang diperuntukkan sebagai kawasan lindung seluas 6.573,88 ha (3,95%) berdasarkan status kawasan hutan, 12.303,01 ha (7,39%) berdasarkan rencana tata ruang wilayah dan 6.809,24 ha (4,09%) berdasarkan kelas kemampuan lahan. Penyimpangan penggunaan lahan lebih dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, bukan faktor fisik lahan. Indikasi tekanan terhadap keberlanjutan kawasan lindung semakin besar karena tingginya tekanan penduduk (Ppt>1) pada seluruh kawasan (97,4%) serta rendahnya kepedulian masyarakat terhadap upaya pelestarian sumberdaya alam. Pemahaman terhadap pentingnya konservasi sumberdaya alam tidak dibarengi dengan tingginya tingkat kepedulian terhadap upaya pelestarian sumberdaya alam, ditunjukkan dengan rendahnya rata-rata nilai Willingness to Pay sebesar Rp39.487,17/keluarga/tahun. Penguatan sistim hukum adat berkaitan dengan pengelolaan kawasan hutan, dapat dijadikan cara untuk mengurangi tekanan masyarakat terhadap kawasan hutan sebagaimana diterapkan di Desa Ketenong I dan Ladang Palembang. Kopi, karet, padi, kakao, durian, kemiri, jagung, kedelai, sayur-mayur, dan perikanan air tawar berpotensi dikembangkan sebagai sektor basis perekonomian wilayah, sementara nilam tidak dianjurkan karena sistim budidayanya mengancam kelestarian sumberdaya alam. Terdapat 9 desa dengan tingkat perkembangan maju yang dapat dijadikan pusat pertumbuhan baru, yaitu Tes, Taba Anyar, Air Dingin, Kampung Jawa Dalam, Ketenong Satu, Ketenong Dua, Sebelat Ulu, Kampung Muara Aman dan Pasar Muara Aman.

Arahan pemanfaatan ruang di Kabupaten Lebong terdiri dari: (1) kawasan budidaya terdiri dari: pertanian sangat intensif 9.759,06 ha (5.87%), pertanian intensif 12.204,73 ha (7.34%), pertanian sedang 1.867,26 ha (1.12%), pertanian

terbatas 14.837,64 ha (8.92%), penggembalaan intensif 3.277,25 ha (1.97%) dan hutan 3.786,24 ha (2.28%), (2) kawasan lindung terdiri dari: Cagar Alam Danau Menghijau 135,84 ha (0.08%), 2.774,82 ha (1.67%) Cagar Alam Danau Tes, 16.123,20 ha (9.70%) Hutan Lindung Bukit Daun, dan 101.531,92 ha (61.05%) Taman Nasional Kerinci Seblat. Diperlukan rencana detil tata ruang untuk mengakomodir masalah konflik pemanfaatan ruang pada kawasan konservasi. Kata Kunci: Pengembangan wilayah, Konservasi sumberdaya alam, Lebong

© Hak cipta milik IPB, tahun 2009

Hak cipta dilindung Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS