Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. _________, Soetardjo S, Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur
Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. Astawan M, Wahyuni M. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula. Jakarta: Mediyatama
Sarana Perkasa.
Bangun AP. 2005. Sehat & Bugar pada Usia Lanjut dengan Jus Buah & Sayuran. Jakarta: Gramedia. [9 Mei 2012]
[BAPENAS] Badan Penelitian Nasional. 2008. Forum Jakarta untuk Perlindungan Lansia. http://www.bapenas.go.id [9 Mei 2012]
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2000. Indikator Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics). Jakarta : BPS.
______. 2004. Statistik Penduduk Usia Lanjut. Jakarta: CV Nasional Indah
Bredbenner CB, Berning J, Beshgetoor D, Moe G.2009. Wardlaw’s Perspectives
in Nutrition (Eighth Edition). New York: McGraw-Hill Companies.
Brick L. 2001. Bugar dengan Senam Aerobik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Constantindes. 2004. Geriatri (Ilmu kesehatan Usia Lanjut). Didalam: Boedhi- Darmojo R dan Martono H, editor. Geriatri (Ilmu kesehatan Usia Lanjut).
Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Darmojo RB. 2000. Gerontologi Sosial, Masalah Sosial Dan Psikologik Golongan Lanjut Usia. Di dalam Darmojo R dan Martono H, editor. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai Penerbit FKUI. hlm 35-55.
[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
______. 2007. Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Depkes RI.
______. 2008. Riset Kesehatan 2008. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Republik Indonesia.
Departmen of Health and Human Service. 2006. The President's council on physical fitness and sports. Definitions: health, fitness, and physical activity. http://www.fitness.gov/digest_mar2000.htm [9 Mei 2012].
[Depsos] Departemen Sosial RI. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Bina Pelayanan Sosial Lanjut Usia.
Diana R. 2006. Gaya hidup, konsumsi suplemen, jamu, tanaman obat, dan status kesehatan lansia di kabupaten bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dijaissyah N. 2011. Riwayat pemberian makan, status gizi dan status kesehatan siswa PAUD [Skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga Medical Series. ______. 2011. Gizi Kebugaran dan Olahraga. Bandung: Lubuk Agung. Fauzi A. 2009. Manfaat positif sarapan. http://jurnalbogor.com [5 Mei 2012] Ferro-Luzzi A, James WPT. 1996. Adult malnutrition: Simple assessment
techniques for use in emergencies. Br J Nutr. 75:3-10.
Gibson RS. 2005. Principles of Nutrition Assesment. New York: Oxford University Press.
Handoko M. 1992. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Jakarta: Kanisius Hardinsyah, Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan.
Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian (2nd ed). Jakarta: UI-Press.
Harris NG. 2000. Nutrition in Aging. Di dalam: Mhan LK, Stump, editor. Krause’s:
Food, Nutrition and Diet Therapy. Ed. Ke-11. USA: Else
Haskel, William L, Michaela Kierman. 2000. Methodologic issues in measuring physical activity and physical fitness when evaluating the role of dietary supplements for physically active people. American Journal of Clinical Nutrition 72: 541S-50S
Herlina L. 2001. Mempelajari Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan makan dan status gizi lansia pedesaan dan perkotaan [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Hoeger W, Hoeger SA. 2005. Lifetime Physical Fitness and Wellness A Personalized Program. USA: Wadsworth Thomson Learning, Inc.
Hurlock EB. 1999. Perkembangan Anak Edisi ke-6. Tjandrasa M, penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Imanuddin M. 2012. Hubungan antara karakteristik atlet, tingkat kecukupan gizi, dan status gizi dengan tingkat kebugaran atlet taekwondo di sma ragunan jakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Irianto DP. 2000. Panduan Latihan Kebugaran yang Efektif dan Aman. Jakarta: Lukman Offset.
_________. 2004. Evaluasi senam poco-poco sebagai latihan untuk meningkatkan kebugaran. Jurnal Olahraga 10:1-14.
Kesehatan Komunitas. 2002. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Kesehatan Komunitas.
Khomsan A. 2005. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan 2. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
[Komnas Lansia] Komisi Nasional Lanjut Usia. 2008. Pedoman Rumah Pelayanan dan Kegiatan Lansia. Jakarta: Komnas Lansia.
Kuntaraf, Kuntaraf. 1992. Olahraga Sumber Kesehatan. Bandung: Indonesia Publishing House.
Kurniadi E 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia (senam lansia) [skripsi]. Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan, Program Studi ilmu keperawatan, Universitas Muhammadiyah Semarang.
Kusharto CM, Sa’adiyyah NY. 2008. Diktat Penilaian Konsumsi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Mackenzie. 1997. VO2 Max. http:/www.brianmac.co.uk [5 Agst 2012]
Martianto D. 2006. Kalau Mau Sehat, Jangan Tinggalkan Kebiasaan Sarapan. http:/www.republika.co.id [9 Mei 2012].
Masturoh S. 2012. Hubungan tingkat kecukupan konsumsi dan status kesehatan terhadap status gizi santri putri di dua pondok pesantren modern di kabupaten bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
McKenzie JF, Pinger PR, Kotecki JE. 2008. An Introduction to Community Health 8th ed. USA: Jones and Bartlett Publisher.
Muningatun N. 2006. Profil gizi dan sindrom menopause wanita lanjut usia di Kecamatan Ciampea, Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Nasoetion A, Damayanthi E. Diktat Ilmu Gizi Dasar. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Jakarta: Rineka Cipta.
Nuraida et al. 2009. Menuju Kantin Sehat di Sekolah. Bogor: Seafast Center. Nurcahyo. 2008. Ilmu Kesehatan Jilid 2. Jakarta: Depdiknas
Oswari. 1997. Menyongsong Usia Lanjut dengan Bugar dan Bahagia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.Pearce EC. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Handoyo SY, penerjemah. Jakarta: PT.Gramedia.
Rahardjo BW et al. 2009. Panduan Menuju Lanjut Usia Sehat. Jakarta: Lembaga Lanjut Usia Indonesia (LLI).
Riyadi H. 2003. Penilaian Gizi secara Antropometri. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Robergs RA, Roberts SO. 2000. Fundamental Principles of Exercise Physiology for Fitness, Perfomance, and Health. USA: The Mac Graw-Hill Companies.
Ruslianti, Kusharto CM. 2006. Model hubungan aspek psikososial dan aktifitas fisik dengan status gizi lansia. Jurnal Gizi & Pangan 1:29-25
Sandjaja et al. 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: Kompas
Sari DP. 2010. Keragaan Aktifitas fisik, kondisi gigi, status kesehatan dan pola konsumsi pangan lansia di kota Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Schlenker ED. 2000. Nutrition and The Aging Adult. Di dalam: Worthington- Roberts BS, Williams SR, editor. Nutrition Throughout The Life Cycle 3rd Edition. St Louis: Mosby-Year Book.
Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I. Jakarta: Dian Rakyat.
Senja L. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kebugaran pada lansia di panti wreda pucang gading Semarang [skripsi]. Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang.
Sharkey JR, Branch LG, Zohoori N, Giuliani C, Busby-Whitehead J, Haines PS. 2002. Inadequate nutrient intake among homebound elderly and their correlation with individual characteristic and health-related factors.
American Journal of Clinical Nutrition 76: 1435-1445.
Sianturi G. 2002. Anda sibuk? Jangan lupa sarapan. http://www.kompas.com [9 Mei 2012]
Simon R. 2006. Perbandingan tingkat kebugaran jasmani berdasarkan vo2 max antara anak tunagarahita ringan dengan anak normal tingkat pendidikan SLTP [skripsi]. Bandung: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia Soejono H, Czeresna, Setiati S. 2000. Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien
Geriatri Untuk Dokter Dan Perawat. Jakarta: Bag. IPD FKUI.
Suhardo M. 2004. Senam Bugar Lansia AWARA 2004. Yogyakarta: Perwosi DIY FK UGM.
Sukandar D. 2007. Studi Sosial Ekonomi. Aspek Pangan. Gizi. dan Sanitasi.
Bogor: Departemen Gizi Masyarakat. Institut Pertanian Bogor.
_______. 2008. Studi Sosial Ekonomi Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi Petani Transmigran di Rokan Hulu Propinsi Riau. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Sukarni M. 1994. Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sukartini T, Nursalam. 2009. Manfaat senam tera terhadap kebugaran lansia.
Jurnal Media Eksakta 8: 153-158
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Sumawarman U. 2004. Perilaku Konsumen. Teori dan Pemasarannya dalam Pemasaran, Bogor: Gramedia Indonesia.
Sumintarsih. 2006. Kebugaran jasmani untuk Lanjut usia, Jurnal Olahraga
13:147-160
Sumosardjuno S. 1998. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga.
Jakarta: PT. Gramedia.
Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Susanto E. 2010. Manfaat olahraga renang bagi lanjut usia. Medikora Jurnal
Ilmiah Kesehatan Olahraga 6: 2-13.
[WHO] World Health Organization. 2005. Cut off point nutritional status. http://www.euro.who.intnutrtion-20030507_1 [1 Jan 2012]
Widianti AT, Proverawati, A. 2010. Senam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Widjajanti L. 2009. Survei Konsumsi Gizi. Semarang: BP UNDIP.
Wirakusumah ES. 2000. Tetap Bugar di Usia Lanjut. Jakarta: Trubus Agriwidya. [WKNPG] Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan Pangan dan
Lampiran 1 Nilai p hasil uji beda kebiasaan sarapan
Variabel p
Frekuensi sarapan 0.663
Konsumsi energi sarapan 0.072
Konsumsi protein sarapan 0.006
Konsumsi kalsium sarapan 0.830
Konsumsi fosfor sarapan 0.882
Konsumsi vitamin A sarapan 0.161
Konsumsi vitamin C sarapan 0.178
Lampiran 2 Nilai p hasil uji beda tingkat kecukupan energi dan zat gizi
Variabel p
Tingkat kecukupan energi 0.116
Tingkat kecukupan protein 0.038
Tingkat kecukupan kalsium 0.900
Tingkat kecukupan fosfor 0.621
Tingkat kecukupan vitamin A 0.052
Tingkat kecukupan vitamin C 0.000
Lampiran 3 Nilai p hasil uji beda status gizi. lama dan frekuensi sakit. status kesehatan dan daya tahan jantung paru
Variabel p
Status gizi 0.082
Lama sakit 0.277
Frekuensi sakit 0.129
Status kesehatan 0.606
Daya tahan jantung paru 0.000
Lampiran 4 Nilai p hasil uji korelasi kebiasaan sarapan dengan status gizi dan daya tahan jantung paru
Variabel p P
Frekuensi sarapan 0.377 0.499
Konsumsi energi sarapan 0.891 0.925
Konsumsi protein sarapan 0.627 0.637
Konsumsi kalsium sarapan 0.416 0.338
Konsumsi fosfor sarapan 0.900 0.718
Konsumsi vitamin A sarapan 0.377 0.459
Konsumsi vitamin C sarapan 0.367 0.561
Tingkat kecukupan energi sarapan 0.391 0.398
Tingkat kecukupan protein sarapan 0.377 0.693
Tingkat kecukupan kalsium sarapan 0.364 0.273
Tingkat kecukupan fosfor sarapan 0.693 0.638
Tingkat kecukupan vitamin A sarapan 0.603 0.451
Lampiran 5 Nilai p hasil uji korelasi status gizi dan status kesehatan dengan daya tahan jantung paru
Variabel p
Status gizi 0.033
and Lung Endurance of The Participants of Elderly Exercises Activity in Bogor. Supervised by CLARA M KUSHARTO
Elderly is the last phase of human life cycle, in this phase occurred many changes physically and mentally (Soejono et al. 2000). Breakfast and exercise can contribute energy to increase heart and lung endurance. The study aimed to identify breakfast habits, nutritional status, health status and heart and lung endurance of the participants of elderly exercises activity in Bogor. Cross sectional study was applied in this study. A total number of 30 elderly exercises activity in Lembaga Lanjut Usia Indonesia (LLI), Bogor was actively participated in this study. The study showed that 66.7% elderly always do breakfast. In terms of nutritional status of both groups (male and female), 60.0% belongs to normal category, obese 36.7% and underweight 3.3%. The health status between male and female elderly are considered high but the female’s medium heart and lung endurance status is much higher than the male respondents. Statistical analysis by Spearman correlation test showed that there was no significant relationship exist between breakfast habits with nutritional status, breakfast habits with heart and lung endurance, and health status with heart and lung endurance (p>0.05), but nutritional status with heart and lung endurance showed significant relationship (p<0.05).
RINGKASAN
NILAM BETARINA. Kebiasaan Sarapan, Status Gizi, Status Kesehatan dan Daya Tahan Jantung-Paru Lansia Peserta Senam Terpadu Lansia di Kota Bogor. Dibawah bimbingan CLARA M KUSHARTO
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kebiasaan sarapan, status gizi, status kesehatan dan daya tahan jantung paru lansia peserta senam terpadu lansia di Kota Bogor. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi karakteristik lansia peserta senam terpadu, (2) mempelajari kebiasaan sarapan lansia peserta senam terpadu, (3) mengukur status gizi lansia peserta senam terpadu, (4) mengidentifikasi status kesehatan lansia peserta senam terpadu, (5) mengukur daya tahan jantung paru lansia peserta senam terpadu, (6) menganalisis hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi lansia, dan (7) menganalisis hubungan antara kebiasaan sarapan, status gizi, dan status kesehatan dengan daya tahan jantung paru lansia.
Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Lansia dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang berusia ≥60 tahun yang merupakan peserta senam terpadu lansia. Teknik penarikan contoh menggunakan kriteria inklusi yaitu berusia ≥60 tahun, sehat, dapat diukur tinggi badan dan berat badannya, dapat berkomunikasi dengan baik, bersedia diwawancara sebagai responden dan merupakan peserta Senam Terpadu Lansia, sedangkan kriteria ekslusinya adalah bungkuk dan mengalami gangguan pendengaran kemudian diperoleh lansia sebanyak 30 orang.
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari dua data, yaitu data primer dan data sekunder. Jenis data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi karakteristik lansia (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, sumber pendapatan, besar keluarga, status pernikahan dan living arrangement), kebiasaan sarapan, konsumsi pangan, status gizi, status kesehatan dan daya tahan jantung paru. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data keadaaan umum Lembaga Lanjut Usia Indonesia (LLI). Tahapan pengolahan data dimulai dari pemasukan data (entry), pengkodean (coding), pengeditan data (editing), pengecekan ulang (cleaning) dan selanjutnya dilakukan analisis. Data diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 16,0 for Windows. Hubungan antar variabel dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Spearman dan uji beda menggunakan
Independent Sample t-Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia (83.3%) berada pada kisaran usia usia 60-74 tahun, sedangkan (16.7%) lansia berada pada kisaran usia 75-90 tahun. Dari 30 orang lansia, diperoleh lansia laki-laki sebanyak 14 orang dan lansia perempuan sebanyak 16 orang. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh lansia adalah perguruan tinggi, baik lansia laki-laki maupun perempuan sebagian besar sudah pensiun dari pekerjaannya dan sumber pendapatan terbesar diperoleh dari dana pensiunan. Sebanyak 70,0% lansia termasuk dalam keluarga kecil (≤4 orang) dan memiliki status pernikahan menikah dengan persentase tertinggi (80.0%). Untuk living arrangement, lansia lebih banyak memilih untuk tinggal bersama baik dengan suami, anak, cucu, ataupun keluarga lain. Berdasarkan hasil wawancara, lansia dengan status menikah memilih tinggal dengan suami/istri mereka dalam satu rumah.
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat,
mendorong jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh (Kurniadi 2010). Menurut Handoko (2002) motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Berdasarkan hasil penelitian, (71.8%) lansia melakukan senam dengan alasan kesehatan.
Kebiasaan sarapan lansia tergolong baik karena sebagian besar lansia (66.7%) selalu melakukan kegiatan sarapan pagi dengan waktu sarapan 07.00- 08.00 WIB. Lansia memilih jenis makanan nasi+lauk pauk sebagai menu sarapan sehari-hari. Uji beda Independent Sample t-Test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi sarapan pada lansia laki-laki dan perempuan (p>0.05). Makanan sarapan pada lansia laki-laki dapat memberikan kontribusi energi (30.1%), protein (27.8%), kalsium (84.9%), fosfor (37,7%), vitamin A (17.2%) dan vitamin C (2.6%) terhadap asupan total. Sedangkan pada lansia perempuan makanan sarapan menyumbangkan kontribusi energi (29.5%), protein (24.6%), kalsium (98.2%), fosfor (38.3%), vitamin A (16.4%) dan vitamin C (1.5%). Uji beda Independent Sample t-Test
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara asupan protein makanan sarapan pada lansia laki-laki dan perempuan (p<0.05).
Status gizi pada peserta senam terpadu lansia sebagian besar termasuk dalam kategori status gizi normal (60.0%) dan sisanya termasuk dalam kategori
obese (36.7%). Uji beda Independent Sample t-Test menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara status gizi lansia laki-laki dan perempuan (p>0.05). Sebagian besar lansia (66.7%) mengalami lebih dari satu jenis keluhan dalam satu bulan terakhir. Keluhan kesehatan yang ditanyakan pada penelitian ini antara lain sering buang air besar, susah buang air kecil, pegal-pegal, pusing, sering buang air kecil, tangan/kaki kesemutan dan gatal/alergi. Jenis penyakit infeksi yang paling banyak diderita lansia adalah influenza dengan persentase pada lansia laki-laki 30.0% dan 18.2% pada lansia perempuan sedangkan penyakit non infeksi yang paling banyak diderita oleh lansia adalah hipertensi dan diabetes. Lama sakit lansia (33.3%) adalah 1-3 hari dengan frekuensi sakit 1 kali/bulan. Uji beda Independent Sample t-Test
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara lama sakit, frekuensi sakit, dan status kesehatan pada lansia laki-laki dan perempuan (p>0.05). Tindakan pengobatan yang dipilih lansia yaitu melalui rumah sakit (58.3%) merupakan persentase tertinggi.
Nilai VO2 max lansia (56.7%) termasuk dalam kategori sedang. Lansia perempuan dengan nilai VO2 max sedang (68.8%) lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (42.9%). Uji beda Independent Sample t-Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai VO2 max lansia laki-laki dan perempuan (p<0.05). Hasil uji korelasi Spearman antara kebiasaan sarapan dengan status gizi, kebiasaan sarapan dengan daya tahan jantung paru, dan status kesehatan dengan daya tahan jantung paru menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05). Terdapat hubungan yang signifikan pada uji korelasi Spearman status gizi dengan daya tahan jantung paru (p<0.05).