• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Adimiharja, K. 1992. Kasepuhan yang Tumbuh di Atas yang Luruh (pengelolaan Lingkungan Secara Tradisional di Kawasan Gunung Halimun Jawa Barat). Tarsito. Bandung. 223 hal.

Anonimous. 2003. Kemakmuran Model Cipta Gelar.

http://www.kompas.com/kompas -cetak/0310/18/daerah/632172 Akses: [23 Oktober 2003]

Anonimous. 2004. Revitalisasi Sebuah Upaya Pelestarian.

http://www.arsitekturindis.com/indeks.php/archives/category/daerah/peles tarian Akses: [13 Desember 2004]

Asep. 2000. Kasatuan Adat Banten Kidul (Dinamika Masyarakat dan Budaya Sunda Kasepuhan di Kawasan Gunung Halimun Jawa Barat). Tesis. Pascasarjana Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hakim, R. 2003. Arsitektur Lanskap Manusia, Alam dan Lingkungannya. Jakarta:

Universitas Trisakti

Hanafi et al. 2004. Nyoerang Alam Ka Tukang Nyawang Anu Bakal Datang (Penelusuran Pergulatan di Kawasan Halimun, Jawa Barat-Banten). RMI-The Indonesian Institute for Forest and Environment. Bogor. 99 hal. Kurniawan, I. 2000. Sistem Pengelolaan Lahan oleh Masyarakat Kasepuhan di

Sekitar Taman Nasional Gunung Halimun. Skripsi. Departemen Konservasi dan Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Marbun, B.N. 1994. Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek. Penerbit Erlangga. Jakarta. hal: 130-131.

Melnick, R.Z. 1983. Protecting Rural Cultural Landscapes: Finding Value in the Countryside. Landscape J.2(2).

Ningrat, A.A. 2004. Karakteristik Lanskap Kampung Tradisional di Halimun Selatan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Skripsi. Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Nurisjah, S dan Q. Pramukanto. 2001. Perencanaan Kawasan untuk Pelestarian Lanskap dan Taman Sejarah. Bogor : Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, Program Studi Arsitektur Lanskap.

Nugroho, S. 1997. Adaptasi Lingkungan Masyarakat Kasepuhan dalam Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutan (Studi Kasus kampung Ciptarasa, Desa Sirnarasa, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi).

Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Parker, P.L. and T.F. King. 1988. Guidelines for Evaluating and Documentating Traditional Cultural Properties. National Register Bulletin U.S. Departement of The Interior National Park Service (38).Washington D.C. p: 23.

Rahayu, S.S. 2004. Makna Hutan Bagi Masyarakat Adat. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Sidharta, B. E. 1989. Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta. Yogyakarta Gajah Mada University Press.

Simonds J.O. 1983. Landscape Architecture. New York. McGraw Hill Book Co. Sunarto, F. 2003. Kebiasaan Makan dan Sosiobudaya Masyarakat Kesatuan

Adat Banten Kidul Kasepuhan Sirnaresmi dan Ciptagelar. Skripsi. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Tishler, W.H. 1982. Historical Landscape : An International Perservation Perspective Landscape Plan., 9:91-108

Unterman, R. dan R. Small. 1986. Perencanaan Tapak untuk Perumahan (terjemahan). Intermatra, Bandung. 309 hal.

Wahyuni, Y. 2004. Studi Pengembangan Masyarakat Adat Kasepuhan Ciptagelar Sebagai Objek Wisata Budaya di Taman Nasional Gunung Halimun. Program Diploma Ekowisata, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Wayong. 1981. Pola Pemukiman Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen

Lampiran 1. Tanaman Pekarangan Kampung Ciptagelar

No Nama Letak Fungsi

Pangan Estetik Fisik Ekonomi Adat

1 Alpinia galanga (Lengkuas) Pekarangan ¦

2 Anak Nakal Pekarangan ¦ ¦

3 Aren ( Arenga pinnata) Pekarangan, Ladang ¦ ¦

4 Artocarpus clastica (Pohon Teureup) Sekitar empang ¦ 5 Bougenville sp. (Kembang Kertas) Pekarangan ¦

¦ 6 Brassica oleracea fn. Capitata (Kol) Ladang ¦ ¦

7 Bunga Banjaran Pekarangan ¦

8 Callistephus sp. (Aster) Pekarangan ¦ ¦

9 Carex morowii (Kucai) Pekarangan ¦

10 Carica papaya (Pepaya) Sekitar rumah, Ladang

¦ ¦

11 Catharanthus roseus (Tapak Dara) Pekarangan ¦ ¦ 12 Chlorophytum comosum (Lili Paris) Pekarangan ¦ 13 Chrysanthemum sp. (Seruni) Pekarangan ¦ ¦ 14 Citrus sp. (Jeruk Garut) Pekarangan ¦ ¦ 15 Cocos nicifera (Kelapa) Sekitar rumah,

Ladang

¦ ¦ ¦

16 Coleus blumei (Jawer Kotok) Pekarangan ¦ 17 Colocasia esculenta (Talas Hitam) Sekitar empang ¦ 18 Cuphea minniata (Taiwan Beauty) Pekarangan ¦

19 Dahlia Pekarangan ¦ ¦

20 Datura sp. (Kecubung) Pekarangan, sekitar

leuit

¦

¦ 21 Dracaena fragrans (Hanjuang) Pekarangan ¦ ¦ 22 Gigantochloa apus (Bambu) Sekitar rumah,

Ladang

¦

23 Hibiscus rosa-sinensis (Bunga Wera) Pekarangan ¦ 24 Hydrangea sp. (Hortensia) Pekarangan ¦ ¦ 25 Impatiens platypetala (Pacar Tere) Pekarangan ¦ ¦ 26 Ipomea batatas (Ubi) Pekarangan ¦ 27 Ixora javanica (Soka) Pekarangan ¦ ¦ ¦

29 Jukut Bau Sekitar empang ¦

30 Kapila Pekarangan ¦

31 Lantana sp. (Kembang Kotok) Pekarangan ¦ ¦

Lampiran 1 (Lanjutan).

No Nama Letak

Fungsi

Pangan Estetik Fisik Ekonomi Adat

32 Lavender (Sarang Madu) Pekarangan ¦ ¦ 33 Leucaena glauca (Landing) Pekarangan ¦

34 Manglid (Magnolia blumei) Talun ¦

35 Manis Madu Pekarangan ¦ ¦

36 Musa paradica (Pisang) Pekarangan, Ladang ¦ ¦ 37 Orthosiphon sp. (Kumis Kucing) Pekarangan ¦ ¦

38 Oryza sativa (Padi) Sawah ¦ ¦

39 Pisonia sylvestris (Wijaya Kusumah) Pekarangan ¦ ¦ 40 Psidium guajava (Jambu Biji) Sawah, Ladang ¦ ¦

41 Randamidang Pekarangan ¦ ¦

42 Rosa sp. (Mawar) Pekarangan ¦ ¦

43 Saocharum officinarum (Tebu) Pekarangan ¦ ¦ 44 Saurpopus androgynus (Daun Katuk) Sekitar empang ¦ 45 Sicla acuta (Sadagori) Pekarangan ¦ 46 Vitis repens (Haryang) Pekarangan ¦ ¦ 47 Zingiber oficinale (Jahe) Pekarangan ¦

Bengkong Juru Pantun Pamakayan Girang Serat Baris Kolot Panghulu Juru Parabot

Mak Beurang Canoli Padaringan

Sesepuh Kampung Sesepuh Kampung

Sesepuh Kampung Sesepuh Kampung

Sesepuh Girang

Lampiran 4. Overlay Kawasan Lama dan Kawasan Baru Taman Nasional Gunung Halimun-Salak

Sumber

SK Menhut no. 175 Tahun 2003

102

Lampiran 5

DAFTAR ISTILAH A

abah : panggilan masyarakat adat kepada kepala adat ciptagelar abah anom : bapak muda

ajeng : panggung atau bangunan kesenian dan hiburan B

bapang : bentuk rumah dengan atap dua sisi baris kolot : tokoh adat

bali : ari-ari (yang keluar bersama bayi ketika bayi baru dilahirkan) bilik : dinding untuk rumah yang terbuat dari anyaman bambu

boboko : bakul nasi

buruan : halaman depan C

cai : air

carita : proses bercerita kepada leluhur sebelum melakukan aktivitas

curugan : limpahan air hujan D

dibuat : memetik padi

doa amit : doa meminta kepada leluhur

dog-dog lojor : kendang (drums) yang berbentuk panjang E

empang : tempat memelihara ikan (kolam ikan) etem : alat untuk memotong padi (ani-ani) engon : ruang tidur

G

galengan : pematang

girang serat : juru tulis dalam lembaga adat (kasepuhan)

goler kampak : bentuk kampung adat yang topografinya di antara gunung dan kampung lain

guru desa : rasi bintang sebagai patokan waktu menanam padi H

halimun : kabut

halu : alat untuk menumbuk padi

hawu : kompor versi adat atau tempat memasak nasi I

imah : rumah

imah gede : rumah untuk tamu atau masyarkat yang ukurannya besar imah rurukan : rumah kepala adat dan keluarga

incu putu : anak cucu atau pengikut ketua adat J

jaro : kepala desa

jarian : lahan yang digunakan masyarakat adat untuk membuang sampah, letaknya berada di pinggir kampung dan topografinya cenderung curam

103

K

kabendon : terkena hukuman nenek moyang kaneron : tas yang terbuat dari anyaman bambu

karuhun : nenek moyang

kasepuhan : 1. tempat tinggal para sesepuh

2. model sistem kepemimpinan dari suatu komunitas kereti : rasi bintang dalam sistem pertanian versi adat kidang : rasi bintang dalam sistem pertanian versi adat kolomberan : area di sekitar rumah

kolong : ruang yang berada di bawah rumah

kukuk : labu

nincak kukuk : menginjak labu sebagai simbol menikah bagi warga adat L

lantayan : tempat menjemur padi yang berasal dari bambu

leuit : lumbung padi

leuit si jimat : lumbung padi komunal masyarakat adat

leuit lenggang : lumbung padi yang memiliki ’kaki’ yang lebih tinggi

leuweung : hutan

lebak sampayan : tempat yang dipercaya masyarakat adat sebagai tempat terakhir berpindah

M

mati geuni : meditasi dengan membaca doa-doa

mipit : menuai padi sawah

N

naptu : nilai hari

ngaseuk : menanam padi di ladang yang didahului dengan proses ritual nincak kukuk : menginjak buah labu (simbol dalam suatu perkawinan) O

ojeg : alat transportasi motor yang disewakan P

pancer pangawinan : berpusat padaketurunan kelompok pangawinan

parit : selokan

pipir : samping rumah

R

reuma : bekas ladang yang ditumbuhi alang-alang S

sagero : mudah dihubungi

salametan : selamatan, syukuran (simbol dari rasa syukur) samping : kain yang dikenakan oleh perempuan

sang hyang : keturunan dewa (ningrat)

sasajen : sesajen, berbagai perlengkapan dalam upacara-upacara ritual

saung : bangunan yang terbuka

saung lisung : bangunan untuk menumbuk padi sesepuh : yang dituakan

sesepuh girang : 1. yang paling dituakan 2. ketua adat

3. pimpinan utama mayarakat adat

seren taun : upacara yang diselenggarakan masyarakat adat kasepuhan sebagai pernyataan terima kasih kepada nenek moyang karena panen telah berhasil dengan memuaskan

104

sirah cai : mata air

T

talun : bekas ladang yang ditanami tanaman keras yang terletak tampian : bangunan untuk mandi dan mencuci versi warga adat

jauh dari kampung yang dibiarkan menghutan kembali tatali paranti : adat istiadat

tepas : muka rumah/teras

tihang awi : sebutan lain untuk rumah ketua adat atau imah rurukan W

Dokumen terkait