• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Kampung Ciptagelar

Kampung Ciptagelar berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun yang merupakan salah satu dari tiga Kasepuhan yang berada di Desa Sirnaresmi. Kasepuhan yang lainnya itu adalah Kasepuhan Ciptamulya dan

Kasepuhan Sinar Resmi yang berada di Kampung Sirnaresmi, Desa Sirnaresmi,

Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Dengan sistem nomaden atau berpindah-pindah, Kampung Ciptagelar yang menjadi pusat dari ketiga

Kasepuhan tersebut adalah kampung kedua yang dipimpin oleh Abah Anom, sesepuh girang (kepala adat) yang diangkat untuk memimpin kasepuhan sejak

beliau berumur 16 tahun. Karena umurnya yang masih muda itulah sesepuh

girang yang bernama asli Encup Sucipta dipanggil dengan sebutan Abah Anom.

Sebelum pindah ke Ciptagelar, Abah Anom dan incu putunya tinggal di kampung yang bernama Ciptarasa selama 17 tahun. Pada tahun 1992, Abah Anom mendapat wangsit dari leluhurnya untuk segera pindah dan meninggalkan Kampung Ciptarasa. Namun, mereka baru pindah pada bulan Juli tahun 2000, karena sebelumnya Abah Anom merasa belum siap untuk melakukan perpindahan kampung. Dalam kurun waktu delapan tahun tersebut, yaitu tahun 1992 hingga tahun 2000, Abah Anom banyak melakukan selametan/syukuran untuk memohon kepada leluhurnya agar kepindahan kampung dapat ditunda. Setelah delapan tahun tidak berhasil dalam menolak kepindahan, Abah Anom pun akhirnya memutuskan untuk terpaksa pindah pada tahun 2001 ketika leluhurnya melalui wangsit memberi pilihan pada Abah Anom antara pindah atau

pondok lalakon (mati).

Nama Ciptagelar memiliki arti tersendiri, dimana Cipta diambil dari nama Abah Anom yaitu Encup Sucipta. Sedangkan gelar artinya Abah Anom beserta

incu putunya menggelar lembaran dan kehidupan yang baru di tempat/lokasi

baru dan juga memberi kebebasan baik masyarakat dalam atau masyarakat luar untuk menyentuh, melihat atau melirik Kampung Ciptagelar2.

Dalam kepindahan kampung, yang ikut menyertai Abah Anom beserta keluarga hanya perangkat adat dan para baris kolot. Sedangkan masyarakat

2

sendiri oleh Abah Anom dianjurkan untuk tetap tinggal dan seandainya ikut pindah, itu pun harus seizin Abah Anom. Kepindahan kampung dari Ciptarasa menuju Kampung Ciptagelar dilakukan pada malam hari, karena ’cahaya petunjuk’ hanya dapat terlihat di saat yang gelap yaitu pada malam hari. ’Cahaya petunjuk’ itu sendiri memberi petunjuk dimana Abah Anom harus membuka kampung yang baru. Kampung baru yang kini diberi nama Kampung Ciptagelar itu, sebelumnya adalah daerah persawahan yang termasuk ke dalam Kampung Sukamulya. Menurut Wahyuni (2004), perpindahan lokasi akan terus berlangsung hingga mereka berhasil menemukan suatu tempat yang dalam mitologi mereka disebut lebak sampayan atau lebak ngampar yang apabila hal itu terjadi mereka akan mencapai kehidupan yang makmur. Adanya pernyataan mengenai wangsit dapat juga dijelaskan sebagai pemecahan masalah agar kampung tidak semakin padat.

Batas Lokasi Studi

Studi dilakukan di salah satu kampung yang berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun, yaitu di Kampung Ciptagelar, yang secara geografis terletak pada 106º27'-106º33'BT dan 6º52'-6º44'LS. Secara administratif, lokasi studi terletak di wilayah Kampung Sukamulya, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Lokasi berbatasan dengan Desa Sirnagalih di sebelah Utara dan hutan titipan, Gunung Panenjoan, Gunung Pangkulahan dan Gunung Bala di sebelah selatan. Di sebelah Timur, lokasi berbatasan dengan Desa Cihamerang, sedangkan di sebelah Barat lokasi berbatasan dengan Desa Sirnagalih. Kampung Ciptagelar dipimpin oleh seorang lurah/kepala desa yang disebut jaro, tetapi secara adat pemukiman Kampung Ciptagelar dipimpin oleh seorang sesepuh girang (kepala adat) yang lebih dikenal dengan sebutan Abah Anom.

Aksesibilitas dan Sirkulasi

Akses ke pemukiman Kampung Ciptagelar dapat ditempuh melalui tiga jalur pilihan, yaitu3:

3

Gambar 3. Batas Area Studi S. CIJANGKORANG 4 KE CIPTARASA 2 3 1 LEBAK DESA CIHAMERANG DESA SIRNAGALIH DESA SIRNARESMI DESA SIRNAGALIH LEGENDA 1 BATAS KABUPATEN SUNGAI JALAN KDSN. SIRNARESMI KDSN. CIKARET KDSN. CIMAPAG KDSN. CICEMET KDSN. CIPTAGELAR 2 3 4 5 HUTAN HUTAN U TANPA SKALA KAMPUNG CIPTAGELAR DESA SIRNAGALIH 5 S. CIBARENO S. CISONO KE PL . RATU S. CIPANENGAH S. CIKARET

U

PETA JAWA BARAT

1. Dari jalan utama Sukabumi-Cisolok, mengambil jalan ke Sukawayana dari Pelabuhan Ratu dilanjutkan sampai Pangguyangan. Dari Pangguyangan kendaraan yang bisa melintas jalan ini hanya kendaraan besar/jeep bergarda dua dan hanya sampai Kampung Ciptarasa. Dari Pelabuhan Ratu ke Ciptarasa dapat pula ditempuh dengan ojeg sejauh 22 km. Untuk ke Kampung Ciptagelar bisa naik ojeg atau jalan kaki, menempuh jarak 14 km melewati hutan lebat.

2. Melalui Desa Sirnaresmi yang masuknya mengambil jalan ke Sukawayana. Melalui jalur ini, kendaraan dapat mencapai Kampung Ciptagelar, tetapi kendaraan yang digunakan minimal Jeep. Akan tetapi

ojeg juga menjadi alternatif kendaraan dari Sirnaresmi ke Ciptagelar

sejauh 16 km.

3. Jalur yang sudah dilalui kendaraan umum melalui Desa Cimaja. Dari Pelabuhan Ratu naik angkutan umum yang menuju Cisolok, berhenti di Desa Cimaja. Dilanjutkan dengan naik angkutan umum jurusan Cikotok dan berhenti di kantor kepala Desa Sirnaresmi. Jarak dari Pelabuhan Ratu ke Sirnaresmi yaitu 25 km. Dari Desa Sirnaresmi bisa jalan kaki ataupun dengan ojeg dengan menempuh jarak 16 km.

Tabel 2. Alternatif kendaraan dan waktu tempuh menuju Kampung Ciptagelar

Dari Ke Jarak Alternatif Kendaraan Waktu

Bogor Pelabuhan Ratu Ciptarasa Pelabuhan Ratu Sirnaresmi Pelabuhan Ratu Ciptarasa Ciptagelar Sirnaresmi Ciptagelar 91 km 22 km 14 km 25 km 16 km Bis AC/Non AC Ojeg Ojeg Ojeg Ojeg ± 4 jam ± 90 menit ± 30 menit ± 60 menit ± 90 menit

Jalur pertama lebih sering digunakan oleh masyarakat adat Kampung Ciptagelar sendiri maupun oleh masyarakat luar yang sekedar berkunjung ke kampung tersebut. Hal ini dikarenakan kenyamanan yang terdapat di jalur ini baik dari jalan/perkerasan dan jumlah pohon peneduh. Jalan berbatu yang tersusun rapih yang membentang dari Kampung Ciptarasa hingga Kampung Ciptagelar dengan lebar 2,5 meter merupakan jalan hasil pekerjaan dari masyarakat sekitar Kampung Ciptagelar. Jalur ini pun melewati hutan titipan yang didominasi oleh Rasamala, Puspa dan berbagai jenis anggrek hutan khas Halimun seperti Bulpophylum binnenddykii. Ada beberapa pihak yang tidak

menyetujui dengan dibangunnya jalan tersebut karena harus melewati hutan titipan, namun bagi sesepuh girang dan masyarakat adat Kampung Ciptagelar hal tersebut merupakan tindakan yang tidak bertentangan dengan adat dan sangat positif mengingat jalur ini membuat transportasi jadi tidak lebih mahal dikarenakan lebih dekat dengan jalan raya kabupaten serta view yang memiliki nilai tinggi dibanding dengan jalur lainnya. Berdasarkan pengamatan di lokasi studi, terdapat delapan buah saung peristirahatan untuk berteduh apabila hujan (Gambar 4). Tindakan yang dilakukan sesepuh girang ini jelas berorientasi pada kenyamanan dan keamanan pengguna jalan.

Berdasarkan hasil survei, intensitas kendaraan di jalur pertama tidak padat, begitu juga dengan jalur kedua dan ketiga. Hal ini dikarenakan lokasi studi yang cukup jauh, sehingga butuh pertimbangan untuk keluar dan masuk pemukiman Kampung Ciptagelar.

Jalur kedua menuju pemukiman Kampung Ciptagelar merupakan jalur yang melewati kampung-kampung lain. Jalur ini merupakan jalur yang tingkat kenyamanannya sangat rendah. Penyebabnya adalah jalan berbatu yang tidak rata dan berkurangnya jumlah pohon yang diakibatkan oleh aktivitas illegal

logging, terutama di daerah Pondok Injuk (Gambar 5).

Gambar 5. Kondisi Jalur 2 Menuju Kampung Ciptagelar dan Illegal Loging

Iklim

Menurut Kurniawan (2000), berdasarkan klasifikasi iklim Schmidth dan Ferguson, Kampung Ciptagelar yang merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Halimun termasuk ke dalam tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata 4.000-6.000 mm/tahun. Musim hujan berlangsung pada bulan Oktober sampai bulan April dengan curah hujan antara 400-600 mm/bulan dan musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai September dengan curah hujan sekitar 200 mm/bulan. Udaranya sejuk cenderung dingin dengan suhu antara 20º C sampai 26º C dan suhu rata-rata setiap tahun sekitar 25º C (Wahyuni, 2004). Kelembaban udara rata-ratanya sebesar 80%. Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah Sukabumi, kecepatan angin di daerah ini berkisar antara 0-5 km/jam dengan arah angin ke arah barat (http://gis.bmg.go.id/fdrs/index.html).

Geologi, Tanah dan Topografi

Kampung Ciptagelar terletak pada ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dengan topografi yang berbukit, dimana terdapat hutan dan makam pada topografi teratas sedangkan pada topografi paling bawah terdapat sawah dan sungai. Pemukiman dibuat berteras mengikuti bentuk alaminya (Gambar 6.). Topografi paling atas ditempati oleh rumah sesepuh girang sedangkan topografi bawah ditempati oleh rumah masyarakat adat (incu putu).

Pada topografi yang curam ditanami vegetasi yang bermacam -macam seperti Pacar Tere (Impatiens platypetala) dan Sarang Madu (Lavender). Selain

itu, beberapa topografi yang curam juga ada yang telah menggunakan retaining

wall (Gambar 7).

Gambar 6. Pemukiman Masyarakat Adat

Menurut Peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Barat dengan skala 1:250.000 dari Lembaga Penelitian Tanah Bogor (1966, dalam Dirjen PHPA TNGH 2003), jenis tanah di kawasan TNGH didominasi oleh tanah latosol dimana tanah jenis ini sangat cocok untuk pertanian.

Gambar 7. Retaining Wall

Hidrologi

Sungai yang dimanfaatkan oleh Kampung Ciptagelar yaitu Sungai Cibareno. Sungai ini dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat, yaitu untuk mandi, memasak dan kebutuhan lainnya. Untuk mengakomodasikan aliran air dalam memenuhi berbagai kebutuhan tersebut, masyarakat adat Kampung Ciptagelar membuat saluran-saluran yang terbuat dari bambu dan beberapa pipa PVC bantuan SAPALA (Mahasiswa Pencinta Alam) UKI

(Universitas Kristen Indonesia). Terdapatnya pompa air di pemukiman pun merupakan bentuk teknologi yang membantu masyarakat untuk mendapatkan air. Selain itu, terdapat pula mata air/sirah cai yang terdapat di topografi bawah dekat dengan empang yang lebih jernih dan bersih dibanding aliran air dari Sungai Cibareno. Pola drainase Kampung Ciptagelar mengikuti pola jalan setapak dan topografi. Pada umumnya aliran air tersebut bermuara ke

empang-empang dan mengalir melalui parit-parit atau selokan kecil yang terdapat di

pinggir-pinggir rumah.

View

Pemandangan yang terdapat di Kampung Ciptagelar terdiri dari pemandangan di luar pemukiman dan pemandangan di dalam pemukiman. Pemandangan di luar pemukiman yaitu berupa sawah yang berteras-teras. Pemandangan tersebut dapat dilihat dari luar pemukiman maupun dari dalam pemukiman. Selain itu, terdapat juga pemandangan yang tergantung pada siklus pertanian, yaitu saat menguningnya padi dan ketika padi ditempatkan di

lantayan. Lantayan milik masyarakat adat Kampung Ciptagelar biasanya terletak

jauh dari pemukiman, yaitu berada dekat dengan sawah yang mereka garap.

Lantayan tersebut merupakan pemandangan unik yang jarang ditemui di

kampung-kampung non-adat/non-tradisi. Semakin mendekati pemukiman terdapat pemandangan menarik berupa bangunan-bangunan leuit dengan gaya arsitektur yang unik. Deretan leuit tersebut merupakan miniatur dari rumah-rumah penduduk, yang memiliki ukuran panjang sekitar 3 meter dan lebar 2 meter dan berkumpul menjadi suatu kompleks bangunan (Asep, 2000). Di dalam pemukiman Kampung Ciptagelar, pemandangan lebih didominasi dengan bangunan-bangunan adat. Dari dalam pemukiman juga terdapat pemandangan ke arah luar berupa pemandangan beberapa gunung yang mengelilingi Kampung Ciptagelar yang selalu diselimuti kabut/halimun.

Sosial Ekonomi

Jumlah penduduk Desa Sirnaresmi pada tahun 2000 adalah 4.378 jiwa dengan jumlah laki-laki 2.189 jiwa dan perempuan 2.189 jiwa, serta terdiri atas 1.163 KK yang tersebar ke dalam tujuh kadusunan. Sedangkan untuk Kampung Ciptagelar sendiri, berdasarkan observasi di lapang setidaknya terdapat 88 KK, setiap KK terdiri kurang lebih lima jiwa (Tahun 2000). Data peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi sendiri dari tahun 1997-2001 mencapai sekitar satu hingga dua persen.

Berdasarkan data yang diperoleh dari desa dan JICA, diketahui bahwa mata pencaharian masyarakat Desa Sirnaresmi yang utama yaitu bertani (baik bertani sawah, huma dan kebun/talun), buruh tani, beternak, kerajinan, kuli bangunan, kuli pikul, penyadap nira/gula, pekerja rumah tangga, berdagang dan

ojeg (Gambar 10). Tingkat kesejahteraan keluarga dapat dilihat dari jumlah

lumbung padi (leuit) yang mereka miliki, luasan sawah dan jumlah hewan ternak. Sebagian besar penduduk pendapatan utamanya berasal dari hasil pertanian. Namun hasil pertanian yang berupa padi tidak dijual oleh mereka, dalam hal ini mereka mengkonsumsinya sendiri dan ini dikarenakan terdapat larangan menjual padi di kalangan masyarakat adat. Aset yang dimiliki penduduk Desa Sirnaresmi dapat dilihat pada Tabel 3. Tingkat pendidikan rata-rata masyarakat adat Kampung Ciptagelar yaitu tingkat Sekolah Dasar, dan sangat jarang yang menempuh hingga SLTP atau SMU, hanya anak dari sesepuh girang saja yang menempuh hingga SMU dan Universitas.

Sumber: JICA (Tahun 2002)

Gambar 9 . Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Sirnaresmi

Kerajinan 7% Buruh 8% Tani 68% Gula 2% Dagang 4% Ternak 3% Lainnya 8%

Tabel 3. Jenis Aset Keluarga Responden di Desa Sirnaresmi

Jenis Aset Responden

Sepeda Motor 2 Kerbau 13 Kambing 33 Ayam 34 TV 13 Radio 16 Lumbung 43

Sumber: JICA (Tahun 2002) dari 49 responden

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga (Responden) di Desa Sirnaresmi Pendidikan Responden SR (Sekolah Rakyat) 7 SD 36 SLTP 0 SMU 0 D2 1 Tidak Diketahui 5 Jumlah 49

Sumber: JICA (tahun 2002) dari 49 responden

Fasilitas umum yang terdapat di Kampung Ciptagelar antara lain penerangan dengan menggunakan listrik, dimana aliran listrik dihasilkan dari sebuah generator Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro yang merupakan bantuan dari IBEKA, Jepang. Generator tersebut terletak di salah satu badan air Sungai Cisono yang letaknya di luar Kampung Ciptagelar. Selain itu juga terdapat fasilitas keagamaan berupa Mushola serta fasilitas pendidikan berupa gedung Sekolah Dasar dan Perpustakaan. Jenis fasilitas yang terdapat di pemukiman Kampung Ciptagelar dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis dan Fasilitas Umum Kampung Ciptagelar

Jenis Fasilitas Jumlah

Bidang pemerintahan • Bale Riung • Podium 2 buah 1 buah Bidang Pendidikan

• Gedung Sekolah Dasar • Perpustakaan/Ruang Baca 1 buah 2 buah Bidang Keagamaan • Mushola 1 buah Bidang Ekonomi • Warung 3 buah Bidang Olahraga

Dokumen terkait