• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ali, S. (2015). Perkawinan Usia Muda di Indonesia Dalam Perspektif Negara dan Agama Serta Permasalahannya. 1–28.

Anindita, M. (2019). Skema Komunikasi Keluarga Homeshooling (Stud Kasus mengenai Orientasi Komunikasi dan Konformitas dalam Keluarga Homeshooling di Komunitas Homeshooling Klub OASE).

Anita, A. (2016). Studi Fenomenologi Persepsi Masyarakat Terhadap Pernikahan Usia Dini Di Lingkungan Gernas Kelurahan Madatte. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2(2). Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/283683-studi-fenomenologi-persepsi-masyarakat-t-960e5683.pdf

Astuti, A. P., & Nurmalita, A. (2014). TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN PERILAKU REMAJA. Jurnal Analisa Sosiologi.

Bertens, K. (2019). Filsafat Barat Kontemporer Jilid : 1. Jakarta: Gramedia.

Cahyaningrum, E. D., & Siwi, A. S. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Demam Pada Anak Di Puskesmas I Kembakaran Kabupaten Banyumas. Jurnal Publikasi Kebidanan, Vol. 9 No., 1–

13.

Hamzah, A. (2020). Metode Penelitian Fenomenologi. Batu: Literasi Indonesia.

Indonesia, P. (1983). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974. (2).

Islami, I. (n.d.). Perkawinan Di Bawah Tangan (Kawin Sirri) Dan Akibat Hukumnya.

Adil : Jurnal Hukum, 8.

Koerner, A. F. (2006). Patterns Theory : A Social Cognitive Approach. (January).

https://doi.org/10.4135/9781452204420.n4

Mawardi, M. (2012). Problematika Perkawinan Di Bawah Umur. Analisa, 19, 201–

212.

Meiandayati, R., & et al. (2015). Kejadian Pernikahan Usia Dini Berdasarkan Karakteristik dan Sosial Budaya di Desa Cipacing Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2014. JSK, 1, 76–83. Retrieved from https://id.scribd.com/document/400622651/Tess

Parapat, F. M. (2016). Analisis Kasus dari Pernikahan Dini yang Berkaitan dengan Kesehatan Reproduksi bagi Pasangan Suami-Isteri di Desa Limau Manis Kecamaan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2016 (Universitas Sumatra Utara). Retrieved from http://repositori.usu.ac.id

Priambodo, E. G. (2016). Perbandingan Gaya Pengasuhan Orang Tua Terhadap Remaja di Pedesaan Pandeglang, Bantendan Perkotaan Jakarta Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur (Universitas Negeri Jakarta). Retrieved from http://repository.unj.ac.id/589/6/ARTIKEL.pdf

Alvara Research Center, (March 2017).

Rahman, F., & et al. (2015). KAJIAN BUDAYA REMAJA PELAKU PERNIKAHAN DINI DI KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN Cultural Studies on Adolescent Doer Early Marriage in Banjarbaru City , South Kalimantan.

MKMI, 108–117. Retrieved from

https://media.neliti.com/media/publications/212651-kajian-budaya-remaja-pelaku-pernikahan-d.pdf

Rosyidah, E. N., & Listya, A. (2019). Infografis Dampak Fisik Dan Psikologis Pernikahan Dini Bagi Remaja Perempuan. Jurnal Kreasi Seni Dan Budaya, 1(03), 191–204.

Silalahi, J. N. (2011). Tantangan Hidup Perempuan Generasi Millennial “Berkarir atau Menikah.” Jurnal Sosiologi, 1, 92–100. Retrieved from https://core.ac.uk/download/pdf/327189674.pdf

Statistik, T. B. P. (2018a). Profil Anak Indonesia (2018th ed.). Jakarta: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Statistik, T. B. P. (2018b). Statistik Gender Tematik : Profil Generasi Milenial Indonesia. Jakarta: Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Surbakti, A. (n.d.). Generasi Milenial Indonesia, Media, Dan Warisan Buaday.

Prosiding Seminar Nasional, 361–370.

Susilo, S. (2017). MAKNA PERNIKAHAN DINI BAGI ORANG TUA PADA MASYARAKAT PENGEMIS DI DUSUN PELANGGARAN , BRATA TINGGI KECAMATAN TLANAKAN KABUPATEN. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, 1(1), 472–

476.

Widhyharto, D. S. (2014). Kebangkitan Kaum Muda dan Media Baru. Jurnal Studi Pemuda, 3(2), 141–146.

Lampiran 1 : Transkrip Wawancara

TRANSKRIP WAWANCARA

WAWANCARA DATA WAWANCARA DENGAN

SUBJEK PENELITIAN Data hasil wawancara dengan Winda

tentang makna dan implikasi melakukan pernikahan dini bagi generasi milineal. Wawancara dilakukan pada : Bulan September 2019; Juni 2020

Pertanyaan/interview guide :

a. Apa makna (arti pernikah dini menurut winda) pernikahan dini bagi saudara? Apa yang melatarbelakangi saudara untuk menikah dini?

b. Apa implikasi pernikahan dini bagi saudara? Apakah ada penyesalan sudara telah

menikah dini? Bagaimana cara anda mengatasinya?

Aku mulai pacaran kelas 2 SMP pas umur 12 tahun. Sebelumnya gak pernah deket ambek cowok, jenenge kepetuk pas pacaran deg-deg an. Aku gak suka pacaran sama temen sekolah karena emosinya sama kayak aku, gak dewasa. Temen-temen SMP lek ngarani aku seneng pacaran ambek mas-mas. Kaet pacaran pertama kelas 2 SMP ambek cowok usia diatasku sekitar 2/3 tahun, masih usia sekolah tapi sudah kerja. Pacaran kedua, aku kelas 3 SMP, dia umur 23/24 udah kerja juga, putus gara-gara lek aku dari dulu gak seneng terlalu pacaran jika ditanyain kejelasan gak ada. Padal tak ajak main ke rumah gak harus ngelamar gak mau, katanya takut. Lah berarti podo ae gak ada keseriusan.

Pacaran ketiga, putus karena orangtuaku gak setuju. Karena orangnya kerja di orkesan (hiburan musik desa), telinganta ditindik, mabukan, suka minum. Aku ngikutin keputusan orangtua, karena dia belum pasti. Suami ini pacar kelima yang terakhir intinya, cuman sebentar aku pacaran dan gak pernah ketemu hanya kenalan lewat HP. Aku dan suami dikenalin sama kakakku. Berawal kenal lewat HP, aku nyaman. Aku jarang bertemu dia, karena setelah lulus SMP kerja di malang sekitar tahun 2013-2015. Bener ditawari ibuk lanjut sekolah, tapi ibuk gak iso

kulo pikir-pikir tawaran ibuk, terus ada konco yang ngajak nyambut gawe.

Kulo pilih nyacak nyambut gawe, kebetulan masa libur lebaran 3 bulan, ternyata enak rasane duit, males sekolah wes. Pas ketemuan lek jareku penampilannya jelek tetapi perilaku baik dan dewasa. Aku gak mau pacaran bertahun-tahun, dibawa kesana kemarin, ketemu orang tua tapi gak dinikahin. Aku sukanya sama dia dari ketulusan hatinya, perhatiannya.

Ini yang memantapkan aku dibanding yang sebelum-sebelumnya. Soale sebelum menaklukkan aku, dia meyakinkan keluargaku. Pertama kesini (rumah Winda) rambutnya gondrong, dia dimarahin ibuk, terus kesini lagi rambutnya sudah dipotong.

Aku lulus SMP tahun 2013 kerja, terus 2015 nikah. Aku nikah bulan 9

(September) umur 16 tahun, bulan Desember masuk 17 tahun. Udah srek cocok sama pasangan, soale dari dulu pacaran cumak minta kejelasan gak ada-ada. Aku takut dipermainkan, takut lek orangtuaku meninggal aku belum nikah. Terus ketemu cocok sama aku, sama keluargaku. Aku menikah siri karena habis lamaran, mertuaku laki meninggal, terus gang satu bulan baru menikah sah. Karena adat orang jawa gak boleh. Orang tuaku yang ke KUA karena usia masih di bawah umur. Buatku menikah adalah kebahagiaan, apalagi setelah satu tahun menikah punya anak.

Ada rasa bosen, tapi tergantung kitanya masing-masing. Kemudian kalau liat temen masih bisa bermain

saya sudah begini. Ribet pas pekerjaan banyak, apalagi pas anak rewel. Tapi tak buat happy saja, karena sudah waktunya. Senengnya misalkan nanti saya sudah punya cucu, saya masih muda, bisa merawat anak cucu. Jan untung saya menikah dengan dia.

Meskipun pas awal-awal kalau aku keluar (jalan) dibilang adek.ne bukan istrinya. Sampai tonggo (tetangga) ono seng ngomong kalau Winda oleh guna-guna. Suamiku menikah lambat, karena mendapatkan amanah sekaligus anak pertama dari orangtuanya untuk bertanggung jawab dengan 13 saudara kandungnya. Sejak menikah dengan dia gak pernah ngopi keluar, katanya ada yang membuatkan kopi dirumah.

Data hasil wawancara dengan Ola tentang makna dan implikasi melakukan pernikahan dini bagi generasi milineal. Wawancara dilakukan pada : Bulan September 2019; Juni 2020

Pertanyaan/interview guide :

a. Apa makna (arti pernikah dini menurut Ola) pernikahan dini bagi saudara? Apa yang melatarbelakangi saudara untuk menikah dini?

b. Apa implikasi pernikahan dini bagi saudara? Apakah ada penyesalan sudara telah

menikah dini? Bagaimana cara anda mengatasinya?

Awalnya yawes gitu mbak, lulus SMP gak melanjutkan sekolah. Capek pengen kerja aja, lulus iku tahun 2013.

Aku kerja 2 tahun 2013-2014, terus 2014 ketemu si ayah, 2014 nikah karena accident (hamil). Awalnya yawes gitu wes kerja mau ngapain lagi. Respon orantua waktu itu ya marah, malu sama tetangga ibuk sok semakin kesini ya enggak. Ibuk waktu saya mau menikah gak siap apa-apa karena dadakan. Pas waktu itu biasa aja santai, kata ayahnya wes tak kandakno ibuk (mertua) lek samean meteng dan mereka bilang terserah yang penting siap. Suami bertanggung jawab, Alhamdulillah. Rasanya hamil pas pacaran seneng karena kita jalaninnya bareng, si ayah enjoy, selalu di bawa ke mall, karena didasari pondasi cinta. Tanggal 16 Juni 2015 di KUA langsung menikah sah.

Gak ada penyesalan udah pilihan, bukan karena keterpaksaan. Ya mungkin, ketika lihat temen muter-muter jalan, kita muter-muter-muter-muter dirumah.

Kadang, susah ketika tidak punya pampers dan punya uang, susah seneng rumah tangga sama kayak yang lain. Menikah karena ini (married by accident), kalau gak ini mungkin belum menikah. Sampai sekarang saya masih suka gitu jalan hangout, sama si ayah loss terserah.

Usia saya sekarang 22 tahun, punya anak dua usia 5 tahun sama 2 tahun.

Sehari-sehari bekerja online shop akesoris.

Data hasil wawancara dengan Vina tentang makna dan implikasi melakukan pernikahan dini bagi generasi milineal. Wawancara dilakukan pada : Bulan September 2019; Juni 2020

Pertanyaan/interview guide :

a. Apa makna (arti pernikah dini menurut Vina) pernikahan dini bagi saudara? Apa yang melatarbelakangi saudara untuk menikah dini?

b. Apa implikasi pernikahan dini bagi saudara? Apakah ada penyesalan sudara telah

menikah dini? Bagaimana cara anda mengatasinya?

Aku PDKT dari kelas 2 SMP. Karena waktu itu suami kerja di belakang rumah, suami suka modus, gojlok gojlok.kan. Setelah lulus SMP langsung menikah jeda 2 minggu ditanyakan ke rumah, nda ada basa basi, aku bilang iya. Karena, saya berpikir ada adek kelas hampir leren sekolah karena di lamar tapi gak direstui orang tuanya, oleh karena itu saya nggak mau menjadi bahan omongan orang, tanpa tekanan dari siapapun mau menikah muda. Aku menikah dirumah memanggil penghulu nikah sah ambek KUA, langsung jadi surat nikahnya meskipun usiaku dibawah tahun. Ibarat masih kecil sifat mbok-mbok.en, masih kangen ibu diajak kerumah suami nangis. Ketika hamil biasa aja. Ketika melahirkan menangis. Setelah anak 7 bulan, kembali ke rumah suami dengan berusaha krasan. Gak ada konflik hamil, gara-gara setelah melahirkan tinggal dirumah ibukku

Dulu sering mengajukan ego masing2, sekarang lebih saling menerima.

Karena ketika mengajukan ego masing-masing kasihan anak.

Dibanding menikah pas usia dini, merasa happy sekarang. Maksudnya ketika anak masih kecil mengajukan ego nya masing-masibf. Opo meneh suami kerja di Surabaya jarak jauh, mulih.e satu bulan sekali. Aku ndek omah jualan di kantin SD. Kalau pulang, seakan pacaran setelah nikah.

Memanfaatkan waktu berdua.

Gak ada penyesalan setelah menikah, waktu habis nikah pasti ada kendala ekonomi, tapi di buat pengalaman.

Inti terutama aku, suami, anak. Ada tetangga yg tidak senang sentlingan, ibarat saya buat tidak krungu. Aku sama suami sepakat gak usah

mendengarkan tetangga, yang penting keluarga. Suami lebih meredam ketika ada masalah, karena saya bersifat nelangsa. Ketika pertama kali di tinggal ke Surabaya saya merasa gila nangis, ketika suami chat nelangsa, jauh dari suami. Dengan pondasi kuat menikah muda bisa awet dan

tergantung personlity masing-masing.

Pernah ketikan lebaran tahun lalu suani sakit di Surabaya kena DBD terus nekat pulang, tak paksa untuk dibawa ke RS bokor, sampai perawat tidak percaya kalau itu suamiku karena jenjang usia terlihat. Jadi di facebook sampai sekarang aku sering mengapload foto-foto dengan suami.

Awal-awal memang adaptasi, semakin hari semakin kuat. Usiaku sekarang 30

keadaan, bersyukur. Dengan keadaan mengatur keuangan misalnya, saya tidak meminta suami berlebih, meskipun berapapun di terima, bisa membagi.

Data hasil wawancara dengan Evy tentang makna dan implikasi melakukan pernikahan dini bagi generasi milineal. Wawancara dilakukan pada : Bulan September 2019; Juni 2020

Pertanyaan/interview guide :

a. Apa makna (arti pernikah dini menurut Evy) pernikahan dini bagi saudara? Apa yang melatarbelakangi saudara untuk menikah dini?

b. Apa implikasi pernikahan dini bagi saudara? Apakah ada penyesalan sudara telah

menikah dini? Bagaimana cara anda mengatasinya?

Tahun 2014 ketemu suami ndek sekolah terus setaun pacaran, tapi kita beda sekolah. Sebelum-sebelumnya aku punya banyak mantan, gaya pacaranku lugu gak ngerti opo-opo.

Suami lulus SMP, saya masih kelas 2.

Aku sempet lanjut SMA terus putus sekolah, gara-gara melok suami kerja.

Karena suami pas sekolah nyambi kerja nyupir, sering antar jemput aku.

Berusaha nglanjutno tapi gak kuat akhire putus, karena suami ngajak nikah. Suami ngalamar ke rumah sama orangtuanya, orangtuaku malah

seneng. Soale gak enak di rasani orang kampung. Tahun 2015 menikah, sekarang anakku pertama usia 5 tahun, yang kedua 3 tahun.

Ada rasa bosen, tapi tergantung kitanya masing-masing. Sebenernya pengen kerja, tapi gak boleh sama suami di suruh momong anak. Karena suami gak ada dirumah pulangnya 4-5 hari sekali, kerja nyupir Mojokerto-Jombang. Hubunganku gak romantic koyok wong pacaran, biasane lek bensine entek disusul saiki enggak, tapi tetep ada perasaan cinta. Tapi tambah punya anak malah nggandol anak.e. wes gak nagtur aneh-aneh, seng penting anak warek, mbalek neh mikir anak. Aku pokok lek eluar-keluar abak-naka tak abawa ae, pikiran tenang.

Data hasil wawancara dengan Ila Aku kenal suami pas SMP satu kelas

melakukan pernikahan dini bagi generasi milineal. Wawancara dilakukan pada : Bulan September 2019; Juni 2020

Pertanyaan/interview guide :

a. Apa makna (arti pernikah dini menurut Ila) pernikahan dini bagi saudara? Apa yang melatarbelakangi saudara untuk menikah dini?

b. Apa implikasi pernikahan dini bagi saudara? Apakah ada penyesalan sudara telah

menikah dini? Bagaimana cara anda mengatasinya?

pacaran kelas 2 SMP. Pas masa itu (pacaran) aku sering dijemput

berangkat sekolah. Arek.e (suami) yo gelek dolen nang omah, gara-gara iki ibukku sungkan ambek tonggo teparo.

Ibuk khuatir dadi omongan, fitnah tekok tonggo. Akhir.re pas lulus SMP suami ngajak nikah, tapi gara-gara umurku ejek kurang, aku kerjo disek.

Ambek wong tuo dikongkon belajar kerja, aku kerja pertama ndek sablon terus pindah ndek toko kain Yuyun.

Suami merantau kerja nang Jakarta, kita pacaran jarak jauh. Agak lama kemudian suami pulang, terus ngejak aku nikah masio umur awak.e (Ila dan suami) dibawah ketentuanne.

Orangtua merestui karena aku berani siap menikah, temen-temen sekolah juga banyak semg rabi dan gak enak sama tetangga karena sering keluar dengan acar. Pertama nikah siri disek 2016 tidak pakai surat, mek

pernjanjian secara agama dipimpin ustadz setempat dan saksi. Gak ada tanda bukti nikah, ada mahar 100 ribu rupiah, hanya syukuran sederhana ndek omah. Kemudian tiga bulan kemudian karena umur wes

mencukupi terus mengajukan nikah sah nang KUA. Sekarang ayahnya (suami) kerja di ternak ayam, lek isuk ambil kulit kopi. Punya anak satu dulu waktu hamil juga takut tapi senengnya suami support. Aku ibu rumah tangga, ngemong anak, saiki usia anakku wes 3,5 tahun. Seneng punya suami dan keluarga, alhamdulilah hidup mandiri dengan suami.

waktu itu lek misal tetep rabi siri kasian anakku kedepannya, karena kita berstatus siri, akhirre diusahan punya surat nikah untuk ngurusi akte anak.

Data hasil wawancara dengan Nur tentang makna dan implikasi melakukan pernikahan dini bagi generasi milineal. Wawancara

dilakukan pada : Bulan Agustus 2020;

September 2020

Pertanyaan/interview guide :

a. Apa makna (arti pernikah dini menurut Nur) pernikahan dini bagi saudara? Apa yang melatarbelakangi saudara untuk menikah dini?

b. Apa implikasi pernikahan dini bagi saudara? Apakah ada penyesalan sudara telah

menikah dini? Bagaimana cara anda mengatasinya?

Aku iki arti nikah sebenerre gak ngerti, wong arek sek cilik. Aku iki arek.e manja mbak, terus koncoku kaet biyen iku lanang tok mbak.

Nggarai aku dirasani tonggo kampung, jare pacarku gonta-ganti sampek ono seng ngomong ngene “oh anak.e rondo gonta-ganti lanangan” padahal

koncoku asli. Padal lek pacaran asli, lek apel gak tau ketemu nang omah.

Sakdurunge rabi aku wes gelek pacaran, lek SMP gorong wani, pas SMA mulai pacaran. Aku pacaran tapi tapi bosenan, tau due pacar arek Tanggung, arek Dampit barang, cik romantic.e biyen. Lek ketemu cekel-cekelan tangan, aku kerih kabeh gak gelem oponeh dirangkung gak seneng belas. Pas pacaran ambek arek Dampit mek satu bulan setengah, wes rencana ate rabi gak sido umurre kacek 5 tahun ambek aku. Aku rabi biyen alasanne cek iso dolen metu mbek arek lanang, ben koyok kancane ngono iku lo. Cek iso diizini wong tuwo, bener koncoku lanang tok, mergakne aku lebih

menjurus nang tomboy biyen. Emakku ngizini aku nikah mergakne pas lulus SMP belajar kerjo njogo koperasi siswa terus iso beradaptasi, iso mbaur mbek wong. Sak kampung pertama kali arek rabi cilik iku aku mbak. Lha aku pas rabi lo ejek gae surat sidang, tapi emak gak gelem sidang tapi gae surat pernyataan, lek ono opo-opo kudu bertanggung jawab.

Lek perjalanane waktu iku yo

mungkin karena sek cilik, yo tukaran dalam rumah tanggakan yowes biasa.

kan cilik ikikan yo sek cek egois.se, lak ejek umur pitulas (17) tahun aku rabi, ejek lebih mementingkan egone dewe. Pertama rabi sampai saiki sifatte aku mbek bojoku yowes ngono ae, tetep nyantai ngonoku. Biasane lek wong tas rabi tahun pertama iku kan romantis-romantis.se, lha aku yo pancet ket biyen ngene iki. Bojoku iki gak romantis blas, marongono wonge gak cemburuan, santai ngono iku.

Misal.e kadang-kadang karo wong-wong aku diajak metu yo diizini dikongkon budal. Mungkin gara-gara iku.a mbak, aku gorong duwe anak sampai saiki, mungkin kita santai iso bertahan sampai 12 tahun.

Aku kaet awal nikah sampai saiki tinggal ambek emakku (ibu kandung Nur), dadi gak tau eroh rasane tinggal ambek mertua. Aku lek nang omah.e mertuaku merasa duwe beban nganti saiki, aku gak percaya diri belas mbak.

Misal ono acara kumpul keluargane bojoku aku akeh meneng.e daripada ngomong. Aku meneng bukan gak ono bahan omongan, mek aku wedi keliru ngomong mbak. Jare mertuoku aku iki wonge wani, lek ngandani aku ojo wani nang emak. La mereka kan gak tau kebiasaanku ambek makku, mergane emakku due prinsip, pertama gak tau salah, kedua lek saumpomo wonge salah mbalek nang prinsip siji.

Makku duwe prinsip ngene neh, lek makku nyeneni aku, aku meneng diseneni, aku ngomong diseneni. Lha

mereka gak tau model.e koyok yokpo.

Masio aku wes rabi perlakuane mak nang aku podo ae, mertuak ae gak ngerti makku koyok opo.

Nikah dini iku lek diarani penak yo penak, diarani gak penak iku egois.e.

pokok.e kudu saling terbuka dan saling percaya. Saking kadang yo tukaran, aku wonge super ngeyel terus bojoku gak senebg dieyeli cenderung pendiam. Sifatku bertolak belakang ambek bojoku, bojoku mesti nesu lek pas aku ngeyel, paling yo gak sopo-sopo.an yowes mek ngono iku.

Selain iku seng nggarai beban lek nang omah.e mertuo aku sering di sindiri, meskipun gak secara langsung.

Dituntut disindir kon duwe anak, tau pisan sampai dikongkon ngasuh anak.e wong aku gak gelem. Aku ngomong ngene nang mak mertuo

“gak popo lek mak gelem momong, tapi aku moh momong, aku gelem biyayai”, aku lek di omongi ngono iku malag gak seneng. Aku ejek kepingin berusaha dewe kecuali lek wes mentok, putus asa baru aku gelem jupuk anak. Aku gelek ngomong masalah iki nang bojoku lek dijak nang omah.e mertuo males koyok ono beban, iki ae wes seminggu aku gak rono mbak. Gara-gara yo sering ditawani anak.e mbak ipar kon ngemong, lek misal kepekso aku mending jupuk anak.e wong liyo guduk anak.e embak. Suwene suw mungkin masalah iki gak tau tak gae bebab, tapi aku lek disindiri terus yo moh. Yoweslah lek aku dinyek gak masalah gak pernah ambil pusing.

Tapi lek disindir masalah siji iki

(hamil) aku muesti puegel-pegel temenan.

Aku wes berusaha yo mbak nang kono nang kene, berbagai cara tak coba.

Mek uwong liyo ngono takok dengan PD.nya (percaya diri) “gak pingin duwe anak ta”, sopo she gak kepengen mbak. Kadang iku wong niyate guyon tapi lek masalah sensitive iku gak iso dicampur aduk. Wong iku ora ngerti, pinter ngelokno mbak tanpa ngerti usahane koyok opo, gregeten aku lek wes di ungkit-ungkit. Dadine aku lek misal ngumpul keluarga, anak putune mertuoku podo ngumpul kabeh, aku jarang tekok males aku.

Aku wes nlateni pitung (7) tahun terakhir terapi pijet ndek panti

Sawojajar. Pertama.e aku loro pengen duwe anak, ngobatno nang kono.

Ternyata sedang berlalunya waktu aku menisan melok ngaji ndek kono pisan suwe-suwe penak, lek gak melok ngaji malah gak penak. Pikiran gak karu-karuan gara-gara problem-problem, suwe-suwe jubel jenuh, mari ngono dikandani pak yai ne “oalah mben lak duwe anak.a” yowes mbak moleh pikiran tenang. Gara-gara ngaji nang paj yai pikiran tenang, seneng.

Ternyata sedang berlalunya waktu aku menisan melok ngaji ndek kono pisan suwe-suwe penak, lek gak melok ngaji malah gak penak. Pikiran gak karu-karuan gara-gara problem-problem, suwe-suwe jubel jenuh, mari ngono dikandani pak yai ne “oalah mben lak duwe anak.a” yowes mbak moleh pikiran tenang. Gara-gara ngaji nang paj yai pikiran tenang, seneng.

Dokumen terkait