Adam, M.; Motarjemi, Y. 2004. Dasar-Dasar Keamanan Makanan Untuk Petugas Kesehatan. EGC, Jakarta.
Adhistiana R. 2009. Studi tentang Identifikasi Muatan Gizi dalam Mata pelajaran anak Sekolah dasar [skripsi]. Jurusan Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor
Agustiani, Hendriati, 2006. Psikologi Perkembangan. Refika Aditama, Bandung. Ahmadi, Abu; Uhbiyah, Nur, 2003. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta.
Ali, Mohammad; Asrori, M., 2004. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Bumi Aksara, Jakarta.
Andarwulan N, Madanijah S, Zulaikhah. 2008. Monitoring Verifikasi dan Profil Keamanan Pangan Makanan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Nasional tahun 2008. Seafast Center.
Azwar S. 1988. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty. Berg A. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: CV.
Rajawali
Blaylock J, Smallwood D, Kassel K, Variyam J, Aldrich L. 1999. Economics, food choices, and nutrition. Food Policy. 24:269-286
Cahyadi, Wisnu, 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan. Bumi Aksara, Jakarta.
Contento I et al. 1995. The Effectiveness of Nutrition education and implications for nutrition education policy, programs, and research: a rieview of research. J. nutr. Educ. 27(6): 277-418
Daniati, Lia. 2009. Perilaku Tentang Makanan dan Minuman yang Mengandung Bahan Tambahan Makanan (BTM) Tertentu di SMPN 3 dan SMAN 1 BINJAI Tahun 2009 [skripsi]. Universitas Sumatera Utara. Medan
Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilku Konsumen: Edisi Keenam Jilid I. F.X Budiyanto, Penerjemah: Jakarta: Binarupa Aksara.
Evy, 2008. Keamanan Pangan Di Sekolah Rendah. http://www.penapendidikan. com/keamanan-pangan-di-sekolah-rendah/. Diakses tanggal 20 Agustus 2010.
Gallo A. 1996. Food Marketing Review. Washington DC: US Departemen of Agriculture, Economic Research Service
Gibson. 2005. Principal of Nutritional Assessment. Oxford : Oxford University Perss.
Hayati F. 2000. Faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi fast food waralaba modern dan tradisional pada remaja siswa SMU Negeri di Jakarta Selatan. [skripsi]. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Irianto, Kus; Waluyo, Kusno, 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya,
Bandung.
Irianto, Pekik Djoko, 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahraga. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Iswaranti., Widjajarta M., Februhartanty J. 2007. Jajanan di Indonesia berkualitas Buruk. http://www.republika.co.id. Diakses tanggal 20 Agustus 2010.
Kartasapoetra, G., Marsetyo H., 2008. Ilmu Gizi. PT Rineka Cipta, Jakarta. Khapipah. 2000. Kebiasaan Makan Pagi dan Jajan serta Status Gizi Anak
Sekolah Dasar di Kota Bogor. [skripsi]. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Khomsan A. 1997. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku tentang Anemia pada
Peserta dan Bukan Peserta Program Suplementasi Tablet Besi pada Ibu Hamil. Media Gizi dan Keluarga 21(2): 1-7
Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Gizi. Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor
Khomsan A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Khomsan A, Faisal A, Riyadi H, Sukandar D, Mudjajanto S,. 2009. Studi Peningkatan Pengetahuan Gizi dan Kader Posyandu serta Pertabaikan Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor
Khumaidi. 1989. Gizi Masyarakat (community Nutrition). Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Khumaidi. 1994. Bahan Pegajaran Gizi Masyarakat. (A Student Book of Community Nutrition). Gunung Mulia. Jakarta.
Moertjipto, dkk. 1993. Makanan : Wujud, Variasi, dan Fungsinya Serta Cara Penyajiannya. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mudjajanto S Eddy. 2005. Waspadai Bahan Kimia Lain Dalam Makanan. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB.
Napitu N. 1994. Perilaku jajan di Kalangan Siswa di Kota Bogor dan dipinggiran Kota DKI Jakarta [tesis]. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Notoatmodjo S. 2005.Konsep Promosi Kesehatan. Di dalam: Notoatmodjo S, editor: Promosi Ksehatan (Teori dan Aplikasi). Jakarta: PT. Rineka Cipta Nuraini, Heny, 2007. Memilih dan Membuat Jajanan Anak yang Sehat dan Halal.
Qultum Media, Jakarta.
Purwanto H. 1999. Pengantar Perilaku Kesehatan untuk Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Pranadji DK. 1989. Diktat Pendidikan Gizi (Proses Belajar Mengajar). Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor
Riyadi H. 2003. Penilaian gizi secara antropometri. Diktat yang tidak dipublikasikan. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Saparinto, Cahyo; Hidayati, Diana. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Kanikus. Yogyakatta.
Sarwono, Wirawan Sarlito, 1997. Psikologi Remaja. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Soekanto S. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soekirman .2003. Fortifikasi dalam Program Gizi, Apa dan Mengapa. Koalisi Fortifikasi Indonesia
Solihin P. 2005. Ilmu Gizi Pada Anak. Fakultas Kedokteran Jakarta: Universitas Indonesia
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.
Sukandar D. 2009. Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi, dan Sanitasi. Bogor : Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Supariasa et al. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Sumintarsih, Herawati I, Murtala SA, Salamun, Albiladiyah SI. 2000. Pengetahuan, Sikap, Keyakinan, dan Perilaku di Kalangan Generasi Muda Berkenaan dengan Tatakrama di Kota Semarang, Jawa Tengah. Yogyakarta: Depdiknas, Direktorat Jendral Kebudayaan, Proyek Pengkajian Dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya.
Susanto, 2003. Gizi dan Kesehatan. Bayu media, Malang.
Sutatmo, Djoned; dkk., 1979. Pengantar Kesehatan Sekolah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Winkel WS. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Winarno, G. F. 1997. Kumpulan Tulisan Naskah Akademis Keamanan Pangan. Pusat Studi Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor
Yulianti, Nurheti, 2007. Awas Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Lampiran 1. Gambaran umum sekolah
SMP Negeri 5 Bogor yang berlokasi di Jalan Dadali No. 10A Kota Bogor. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tetang sistem Pendidikan Nasional dan Keputusan Mentri Pendidikan Nasional no 044/U/2002 tanggal 2 April 2002.
SMPN 5 Bogor dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah, 54 orang guru, 11 orang Tata Usaha, 6 orang penjaga sekolah dan pesuruh. Jumlah murid sebanyak 915 orang, terdiri dari kelas VII sebanyak 281 orang, kelas VIII 289 orang, kelas IX sebanyak 345 orang, yang masing-masing kelas terdiri dari 9 kelas belajar.
Tabel 1. Jumlah Siswa Pada Tahun Ajaran 2007 - 2010
Tahun Pelajaran Jumlah Pendaf tar Juml ah diteri ma Jumlah Siswa
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah
L P Jml L P Jml L P Jml L P Jml
2007/2008 481 342 152 244 396 206 220 426 161 206 367 519 670 1,189 2008/2009 646 271 164 211 375 172 235 407 207 220 427 543 666 1,209 2009/2010 414 281 150 131 281 157 132 289 160 185 345 437 483 915
(Sumber: SMPN 5 Bogor)
Fasilitas yang dimiliki sekolah diantaranya ruang kelas, Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Perpustakaan, Ruang Kesenian, Ruang Ibadah/Musholah, Ruang Akses Internet, Lapangan Upacara/Olahraga, Ruang Koperasi, Ruang OSIS, Ruang Pramuka Ruang Klinik, Kantin, Gudang, WC/Toilet Pria dan Wanita.
Tabel 2. Daftar Jumlah Siswa Kelas VIII di SMPN 5 Bogor.
Kelas VIII n N Laki-laki Perempuan A 18 16 34 B 16 14 30 C 17 13 30 D 17 15 32 E 21 13 34 F 17 17 34 G 17 15 32 H 18 14 32 I 16 15 31 Total 157 132 289
Lampiran 2. Struktur organisasi SMP Negeri 5 Bogor
Struktur organisasi SMP Negeri 5 Bogor merupakan suatu koorganisasi kerja, yaitu adanya kerja sama yang telah diatur antara kepala sekolah dengan guru, antara guru dengan yang lainnya yang mendapat tugas tambahan selain tugas pokok sebagai guru. Berikut ini disajikan struktur organisasi di SMP negeri 5 Bogor, sebagai berikut:
Gambar. Struktur Organisasi SMP Negeri 5 Bogor
Perkembangan jabatan kepala sekolah dari mulai beridiri tahun 1960 sampai sekarang 2010 dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 3. Daftar Periode Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Bogor
No Nama Kepala Sekolah Periode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 ONAH H.M.SYAMSUL BAHRI M. DJADJI SUWARDI, BA DRS. SUPARMAN WAWA KARTARAHARDJA, BA DRA. HJ. ELLY RACHMALIA DRS. YOYO A. SUWARYO SRI SOEKEKSI SOERIPTO
DRS. H. OMAN ROCHMAN W, M.PD HJ. TITIN SARTIKA, S.PD
DRA. HJ. ARNI SUHAERANI,M.PD
1960-1963 1963-1969 1969-1981 1981-1990 1990-1993 1993-1995 Jan- Okt 1995 1995-1998 1998-2003 2003-2004 2004 - sekarang (Sumber: SMPN 5 Bogor)
Kepala Sekolah Komite Sekolah
Wakil Bidang Pendidikan Wakil Bidang Administrasi Wakil Bidang SDM Kurikulum Perpustaka an
KIR TU Keuangan Sarana dan
Prasarana
Humas Osis Rumah Tangga
Guru
Lampiran 3. Hasil uji ragam dan rata-rata pengetahuan gizi siswa
Group Statistics
Jk N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
pengetahuan laki 34 81.12 7.143 1.225
prempuan 28 83.39 5.744 1.085
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Differen ce Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper pengetahuan Equal variances
assumed 1.91 .17 -1.36 60 .17 -2.27 1.67 -5.61 1.06 Equal variances
not assumed -1.39 59.97 .17 -2.27 1.63 -5.54 .99 Lampiran 4. Hasil uji ragam dan rata-rata sikap gizi siswa
Group Statistics
Jk N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Sikap laki 34 68.00 6.228 1.068
prempuan 28 69.43 4.895 .925
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper sikap Equal variances assumed .665 .418 -.988 60 .327 -1.429 1.446 -4.321 1.464 Equal variances not assumed -1.011 59.889 .316 -1.429 1.413 -4.255 1.398
Lampiran 5. Hasil uji ragam dan rata-rata praktek gizi siswa
Group Statistics
jk N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
praktek laki 34 59.41 11.266 1.932
prempuan 28 54.64 9.616 1.817
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Differen ce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper praktek Equal variances assumed .54 .46 1.77 60 .05 4.76 2.69 -.61 10.15
Equal variances not
assumed 1.78 59.9 .05 4.76 2.65 -.53 10.07
Lampiran 6. Matrik korelasi antara pengetahuan, sikap dan praktek gizi siswa
Peubah Pengetahuan Sikap Praktek
Pengetahuan Korelasi pearson 1 0.303* -0.092 Peluang (2-tailed) 0 0.017 0.479 n 62 62 62 Sikap Korelasi pearson 0.303* 1 -0.256* Peluang (2-tailed) 0.017 0 0.044 n 62 62 62 Praktek Korelasi pearson -0.092 -0.256* 1 Peluang (2-tailed) 0.479 0.044 0 n 62 62 62
Lampiran 7. Jenis jajanan yang dijual di kantin SMP Negeri 5 Bogor
Makanan ringan Minuman
Gorengan Pempek dan Batagor
Mie Ayam Mie Bakso
Roti Bakar Siomay
school students in using food additive of street food. Under direction of BUDI SETIAWAN and DADANG SUKANDAR.
The purpose of this research is to analyze about nutritional knowledge, attitude, and practice of junior high school students in using food additive of street food. The data was collected using questionnaire through interview to the students, teachers, and food sellers in school canteen. The students were chosen by cluster sampling technique. Meanwhile the teachers and food sellers were chosen by purposive sampling. The data was analyzed by independent sample T-test and pearson correlation.
The result shows that the students average score on nutritional knowledge are in good category (82.1%), and the teachers are in good category (86.8%), however the food sellers are in middle category (66.1%). The students average score on nutritional attitude are in good category (86.5%), those data are the same with the data of teachers nutrition attitude too (94.0%) but it is different with data of food sellers nutritional attitude. They are in middle category (50%). The students average score on nutritional practice are in low category (57.1%). While, the teachers are in middle category (68%) and the food sellers are in low category (59.2%).
According to t-test, there was no significant difference (p>0.05) in average nutrition knowledge and also the average nutritional attitude between boys and girls. However the average nutritional practice was significantly difference. The result of pearson correlation shows that there was a significant relationship (p<0.05) between knowledge and nutritional attitude, but there was no significant relationship (p>0.05) between attitude and nutritional practice.
Pembangunan suatu bangsa adalah suatu usaha yang dirancang secara khusus untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Kesehatan adalah salah satu komponen kualitas manusia, agar dapat hidup dengan baik dan sehat, manusia memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari. Mutu makanan besar sekali peranannya dalam menjamin kesehatan manusia.
Ketidaktahuan tentang bahan makanan dapat menyebabkan pemilihan makanan yang salah dan rendahnya pengetahuan gizi akan menyebabkan sikap tidak peduli terhadap makanan tertentu. Menurut Khomsan (2000) untuk mengatasi masalah gizi, masyarakat perlu memperoleh bekal pengetahuan gizi. Memiliki pengetahuan gizi tidak berarti seseorang mau mengubah kebiasaan mengkonsumsi makan. Mereka mungkin mengerti tentang protein, karbohidrat, vitamin, mineral dan zat gizi lainnya yang diperlukan untuk kebutuhan, tetapi tidak pernah mengaplikasikan pengetahuan gizi didalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Khomsan (2003) dalam memilih makanan, seseorang memasuki tahap independensi, yaitu kebebasan dalam memilih makanan apa saja yang disukainya. Aktivitas fisik yang banyak dilakukan di luar rumah, membuat seseorang sering dipengaruhi rekan sebayanya. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi makanan tersebut melainkan sekadar bersosialisasi untuk kesenangan dan supaya tidak kehilangan status.
Masalah gizi muncul dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan akan menimbulkan masalah gizi kurang atau masalah gizi lebih. Kekurangan gizi menurut Soekirman (2002) akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit, meningkatkan angka penyakit (morbidiitas), mengalami pertumbuhan tidak normal (pendek), tingkat kecerdasan rendah, produktivitas rendah dan terhambatnya organ reproduksi. Susanto (2003) menegaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan gizi adalah kebiasaan makan. Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi akan mengancam kesehatan. Nafsu makan akan berkurang akibat mengkonsumsi makanan jajanan, jika berlangsung lama akan berpengaruh pada status gizi.
Pengetahuan gizi sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan, pengetahuan dapat diperoleh baik secara internal maupun eksternal. Untuk pengetahuan secara internal yaitu pengetahuan yang berasal dari dirinya
sendiri berdasarkan pengalaman hidup sedangkan secara eksternal yaitu pengetahuan yang berasal dari orang lain sehingga pengetahuan tentang gizi bertambah. Sikap pemilihan makanan jajanan merupakan hasil perubahan pada seseorang dan mengalami perubahan terus-menerus menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dan tingkat budaya tersebut salah satu faktor yang mempengaruhi sikap pemilihan makanan jajanan adalah sikap dalam pemilihan makanan (Solihin 2005).
Salah satu sikap penting dan mendasar sebagai sebab timbulnya masalah gizi kurang adalah adanya sikap pemilihan makanan jajanan individu yang tidak sesuai dengan kaidah gizi (Susanto 2003). Makanan jajanan anak sekolah yang diproduksi secara tradisional dalam bentuk industri rumah tangga terkadang diragukan keamanannya, namun jajanan yang diproduksi industri makanan tersebut berteknologi tinggi juga, belum tentu terjamin keamanannya. Oleh karena itu, keamanan makanan jajan merupakan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian serius, konsisten dan disikapi bersama.
Penggunaan BTP dalam proses produksi pangan perlu diwaspadai bersama baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat. Penyimpangan dalam penggunaannya akan membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus pembangunan bangsa (Cahyadi 2008).
Berdasarkan hasil penelitian Iswarawanti et al. (2007) yang dilakukan di Bogor, terbukti bahwa makanan jajanan yang terkena cemaran mikrobiologis dan cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima, yang disebabkan oleh penggunaan BTP ilegal seperti boraks (pengempal yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah untuk tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning untuk tekstil). Hasil penelitian selama ini menemukan bahwa zat pewarna Rhodamin B dan Metanil Yellow banyak digunakan pada produk makanan industri rumah tangga. Rhodamin B adalah bahan kimia yang digunakan untuk pewarna merah pada industri tekstil dan plastik. Pada makanan, Rhodamin B dan Metanil Yellow sering dipakai mewarnai kerupuk, makanan ringan, terasi, kembang gula, sirup, biskuit, sosis, makaroni goreng, minuman ringan, cendol, manisan, dan ikan asap. Makanan yang diberi zat pewarna tersebut biasanya berwarna lebih terang dan memiliki rasa yang agak pahit (Mudjajanto 2005).
SMP Negeri 5 Bogor terletak di pusat kota sehingga akses terhadap makanan jajanan sangat mudah. Dari survei awal yang dilakukan di lingkungan
sekolah beberapa pedagang yang menjual beraneka ragam makanan dan minuman jajanan antara lain nasi uduk, mie ayam, mie bakso, permen, makanan kemasan (snack), makanan gorengan, minuman kemasan, dan es sirop. Berdasarkan hal tersebut di atas penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pengetahuan, sikap, dan praktek gizi siswa sekolah menengah tentang penggunaan BTP pada makanan jajanan.
Tujuan Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktek gizi siswa sekolah menengah pertama tentang penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) pada makanan jajanan.
Tujuan Khusus
1. Menganalisis karakteristik siswa, guru, dan pedagang (jenis kelamin, usia, pendapatan/uang saku, tingkat pendidikan)
2. Menganalisis kebiasaan jajan di sekolah
3. Menganalisis jenis BTP yang digunakan dalam makanan jajanan
4. Menganalisis pengetahuan gizi terhadap penggunaan BTP dalam makanan jajanan
5. Menganalisis sikap gizi terhadap penggunaan BTP dalam makanan jajanan 6. Menganalisis praktek gizi terhadap penggunaan BTP dalam makanan jajanan 7. Menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap, praktek gizi terhadap
penggunaan BTP dalam makanan jajanan
Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Terdapat perbedaan antara pengetahuan, sikap, praktek gizi terhadap penggunaan BTP dalam makanan jajanan antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan terhadap penggunaan BTP
2. Terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, praktek gizi terhadap penggunaan BTP dalam makanan jajanan antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan terhadap penggunaan BTP
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi siswa dapat memberikan pengetahuan akan pentingnya kesadaran dan mengkonsumsi makanan jajanan yang sehat dan bergizi, agar dapat mengantisipasi dirinya sendiri untuk memilih makanan jajanan yang aman dan sehat, sehingga kebutuhan zat gizinya dapat
terpenuhi dan kesehatannya selalu terjaga. Bagi para guru dalam menghimbau dan menetapkan peraturan mengenai makanan jajanan yang sehat bagi para anak didiknya dalam rangka mengantisipasi munculnya masalah gizi khususnya kejadian infeksi atau angka kesakitan pada anak sekolah. Penindaklanjutan masalah keamanan makanan jajanan anak sekolah tidak lepas dari partisipasi pihak sekolah. Bagi para pedagang makanan jajanan dapat memberikan informasi dan himbauan kepada para pedagang makanan jajanan agar lebih memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan keamanan makanan jajanan yang diproduksi atau dijual, sehingga makanan jajanan yang dijual tersebut aman bagi kesehatan para konsumennya. Bagi Pemerintah dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk lebih memperketat peraturan kepada para penjual makanan jajanan, baik di tingkat produksi rumah tangga maupun tingkat produksi skala besar, mengenai higiene sanitasi (baik dari tenaga pengolah, peralatan, tempat pengolahan, proses pengolahan, pengemasan maupun distribusinya) makanan jajanan, serta penggunaan BTP pada produk yang dihasilkan.