Alo, Liliweri. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya.
Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara
Abdullah, Taufik. 1985. Sejarah Lokal Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pusat Bahasa.
Haslinda. 2019. Kajian Apresiasi Prosa Fiksi Berbasis Kearifan Lokal Makassar.
Makassar: LPP Unismuh Makassar
Huzain, M. 2016. Sipakatau: Konsepsi Etika Masyarakat Bugis. Deepublish.
Indrasari, Dewi. 2015. Representasi Nilai Budaya Minagkabau dalam Film
“Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” (Analisis Semiotika Film) [Skripsi].http://repositori.uinalauddin.ac.id/id/eprint/1236.26Januari2021,0 9:18
Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Mattuladda. 1974. Bugis Makassar, Manusia dan Kebudayaan. Makassar: Berita Antropologi No. 16, Fakultas Sastra UNHAS.
Mulyana, Rahmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung:
Alfabeta.
Nugroho, Garin. 1995. Hiburan dan Kekuasaan. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya
Nurhidayah, Ervi. 2017. Nilai Pendidikan Karakter Film Rudy Habibie Sutradara Hanung Bramantyo Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya Di Kelas XI SMA. Skripsi tidak diterbitkan. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo
63
Rahim, Rahman. 2011. Nilai-Nilai Utama Kebudayaan Bugis. Yogyakarta:
Ombak.
Rahim, A. Rahman. 1985. Nilai-nilai Utama Kebudayaan Bugis Makassar:
Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin
Rimang, Siti Suwadah. 2011. Kajian Sastra Teori dan Praktik. Yogyakarta: Aura Pustaka
Rubyasih, Arina. 2019. Uang Panai Film Lokal yang Tembus Box Office (Persfektif Ilmu Komunikasi Terhadap Film “Uang Panai”) [Jurnal].
http://journal.iainternate.ac.id/index.php/altadabbur/article/view/103.31Jan uari 2021, 20:45.
. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shofa Alkhajar, Nada Eka. 2010. Masa-Masa SuramPerfilman Indonesia
(StudiPeriode1957-1968dan1992-2000 [Jurnal].
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/12952/Masa-masa-suram- perfilman-Indonesia-Analisis-Sosio-Historis-Industri-Film-Periode-1957-1968-dan-1992-2000. 31 januari 2021, 16:00.
Siregar, Muhammad Ikmaluddin. 2015. Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak Dalam Film Ketika Cinta Bertasbih. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tohdjoyo, Fahmi Muhammed. 2017. Representasi Nilai-Nilai Islam Dalam Tayangan Film
Wardani, Vera. 2018. Analisis Nilai Budaya dalam Film Komedi Eumpang Breuh[Jurnal]. http://e-repository.unsyiah.ac.id/MB/article/view/11602. 28 Januari 2021, 21:14.
Wahyuningsih, Sri. 2019. Film dan Dakwah: Memahami Pesan-Pesan Dakwah dalam Film Melalui Analisis Semiotik. Surabaya: Media Sahabat Cendekia.
Waristo. 2012. Antropologi Budaya. Yogyakarta: Penerbit Ombak
L A M
P
I
R
A
N
Korpus Data
“Nu tahumi toh! Saya dari dulu meski sama sahabat saya malu minta-minta! (Kamu mendapatkannya dari pekerjaan saya! Dan kamu juga jangan pernah mengusik harga diri saya!)”.
2. Budayapesse’/pacce’(prikemanusian) yang dapat menjadi pelajaran dalam film Uang yaitu sikap peduli dan empati terhadap lingkungan sekitar yang masih terjaga baik di masyarakat Bugis-Makassar.
“Tumming! Abu! Ini kau kasih Anca nah!
(Tumming! Abu! Berikan ini kepada Anca!)”, “Anca, ada rezeki ini sedikit tambah-tambah Uang Panai mu! (Anca, ini ada sedikit rezeki tambahan Uang Panai mu!)”.
3. Budaya sipakatau (saling menghargai) yang terdapat dalam film Uang Panai yaitu musyawarah dan mufakat yang harus terus dipegang erat oleh masyarakat Indonesia tidak hanya masyarakat Bugis-Makassar
“Itu mi saya panggilki ke sini, karena mauka ini mappasilolongang. Berapa biayanya? Dimana gedungnya? Siapa indo bokti’nya? Baju pengantin warna apa bagus na pake? (Makanya saya mengundang kalian datang kemari, karena saya mau bermufakat. Berapa biayanya?
Diamana gedungnya? Siapa perias pengantinnya? Baju pengantin warna apa yang bagus dikenakan?)”, “Dua’ ratu juta.
Seratu lima pulo juta. Na rekko seratu rua’
pulo juta? (Dua ratus juta. Seratus lima puluh juta. Bagaimana kalo seratus dua puluh juta?)”.
4. Budaya awwaranieng/barani (keberanian) yang terdapat dalam film Uang Panai yaitu sikap bertanggung jawab, jujur dan niat baik yang bisa diteladani.
“Om saya ke sini mau minta maaf, benar-benar minta maaf tidak ada maksudku mau bawa lari anakta (Om, kedatangan saya kemari untuk memintaa maaf. Benar-benar minta maaf! Saya tidak memiliki maksud membawa pergi anak om tanpa seizin om)”,
“Om, saya akan buktikan kalau saya ini orang Bugis-Makassar. Taro ada taro gau,
saya tidak akan datang kembali ke rumah ini om kecuali bawa uang panai yang kita mau! (Om, saya akan membuktikan bahwa saya ini orang Bugis-Makassar.
Berpengang teguh terhadap apa yang telah diucapkan, saya tidak akan kembali ke rumah ini. Kecuali membawa uang panai yang om minta!)”.
5. Budaya reso (kerja keras) yang terdapat dalam film Uang Panai yang bisa dijadikan contoh yaitu sikap tekun dan pantang menyerah.
“Iye, iye, e saya butuh uang! Ini sertifikat tanahku sebagai jaminan! (Iya, iya! Benar saya butuh uang! Ini sertifikat tanah saya sebagai jaminan!)”, “Jangan patah semangat! Kau ini orang Bugis! Sekali layar berkembang pantang biduk surut ke pantai! ( Jangan panah semangat! Kamu ini orang Bugis! Semangat terus pantang mundur!)”.
Lampiran I
SINOPSIS
Film ini mengisahkan seorang pemuda Bugis-Makassar yang baru saja kembali dari perantauan. Tanpa sengaja bertemu kembali dengan mantan kekasihnya, setelah sekian lama mereka tidak saling berkabar benih-benih cinta kembali muncul diantara keduanya. Tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya Risna meminta untuk segera dipersunting oleh Anca. Anca pun dengan sigap menyiakan permintaan Risna sebagai bukti cintanya namun sayangnya niat tulus Anca harus terbendung oleh syarat pernikahan secara adat. Anca harus menyediakan Uang Panai dalam jumlah yang cukup fantastis di mata keluarga Anca, 120jt yang merupakan titik perjuangan Anca dimulai. Dia di bantu oleh kedua sahabatnya Tumming dan Abu yang sering memberikan ide kocak dan absurd.
Di tengah perjuangan Anca mengumpulkan Uang Panai, hadir Farhan sahabat kecil Risna yang baru pulang dari luar negeri. Ayah Farhan sekaligus sahabat ayah Risna berniat menjodohkan Farhan dan Risna sebagai bentuk terima
kasih atas hutang budi di masa lalu. Mengetahui hal itu Anca merasa tertekan karena dia masih membutuhkan waktu yang lebih untuk mengumpulkan Uang Panai. Harga dirinya sebagai putra Bugis-Makassar dipertaruhkan. Risna dilema, khawatir Anca akan meninggalkannya seperti sebelumnya.
Sementara keluarga Risna tidak ingin mengulur waktu lebih lama lagi karena desakan yang terus Risna dapatkan diapun berencana meninggal semuanya dan pergi bersama Anca, ditengah perjalanan keberangkatan mereka berhasil digagalkan oleh ayah Risna yang membuat ayah Risna naik pitam dan hubungan mereka pun terancam berakhir. Anca merasa putus asa dalam mengejar Risna namun dia kembali tertantang untuk menunjukkan sikap kesatriannya sebagai pemuda Bugis-Makassar, dia membara dan berhasil mengumpulkan Uang Panai yang telah diminta keluarga Risna. Saat Uang Panai itu terkumpul dia harus berhadapan dengan kesalah paham yang membuatnya kecewa, melihat wanita pujaan hatinya di persunting orang lain. Ditengah rasa kecewanya Anca kembali ditemui oleh Risna untuk meluruskan kesalah pahaman yang terjadi, belum sempat Risna mengutarakannya terdengar ayah Risna dikejar-kejar oleh collector yang selamat ini telah memantau ayah Risna. Melihat itu Anca merasa kasihan dan memberikan uang panai yang telah susah payah dia kumpulkan kepada collector tersebut, ayah Risna pun salut dengan sikap Anca sebagai pemuda Bugis-Makassar akhirnya ayah Risna merestui hubungan mereka.
Lampiran II
Biografi Pengarang Film
Amril Nuryan seorang lulusan Institut Teknologi Indonesia (ITI) jurusan Informatika yang saat ini aktif di beberapa proyek film lokal yang ada di Makassar. Memulai karirnya sebagai fotografer, saat ini dia juga berhasil mendirikan Violet Photography yang terkenal di kota Makassar. Tidak hanya itu Amril Nuryan juga menjadi Owner Fanisia Production sebuah rumah produksi yang sukses memproduksi film Uang Panai. Karirnya di bidang perfilman memang bisa dibilang baru, akan tetapi dengan kerja kerasnya dia mampu membawa film yang diproduserinya mendapatkan penghargaan khusus sebagai Film Produksi Daerah Terlaris dalam Indonesia Box Office Movie Awards (IBOMA). Dalam film Uang Panai ini, dia juga merupakan salah satu orang yang menulis skenario film ini. Di karir yang bisa dibilang masih seumur jagung itu, dia mampu menorehkan prestasi sebagai nominasi penulis scenario terpuji pada ajang Festival Film Bandung.
Halim Gani Safia lahir di Pangkajene, Sulawesi Selatan pada tanggal 7 September 1984 merupakan seorang filmmaker freelance. Halim Gani Safia merupakan sosok penting perfilman Makassar telah memenangkan sejumlah penghargaan dalam apresiasi film. Sebagai seorang film maker Halim Gani menggemari film buatan Riri Reza dan Angga Dimas Sasongko.
Akira Kurosawa, Steven Spellbert merupakan inspirasi yang membuat Halim Gani memacu imajinasinya. Dilahirkan dari seorang ayah yang gemar fotografi membuat halim tumbuh sebagai sosok yang mencintai film. Tahun 2001 Halim memulai menulis naskah pertamanya dan memulai karirnya sebagai kamerawan pada film Silent Hero(es) di tahun 2015 yang ditulis dan disutradarai oleh Ducko Chan. Setelah di tahun 2015 menjadi kamerawan di tahun 2016 ia dipercaya untuk menyutradarai film lokal karya sineas kota Makassar berjudul Uang Panai terkenal di kalangan sineas tanah air. Tidak hanya menjadi sutradara, di film ini ia juga merupakan salah satu penulis skenario bersama dengan produser Amril Nuryan.
Filmografi Halim Gani Safia
Film Tahun Rilis Partisipasi
Kasak-Kusuk di Sekolah 2004 Sutradara, Editor
Pahlawan Kebersihan 2012 Sutradara, Editor
Aku Kita dan Mereka 2013 Penulis, Sutradara,
Editor
Silens Hero(es) 2015 Kamerawan
Uang Panai 2016 Sutradara dan Penulis
Skenario
Makassar Undergound 2017 DoP
Molulo : Jodoh Tidak Bisa Dipaksa
2017 Penulis Skenario
Lampiran III
Biografi Sutradara Film
Asril Sani lahir di Makassar, 13 Desember 1985, anak kedua dari empat bersaudara merupakan lulusan Fisika di Universitas Hasanuddin Makassar.
Memulai karirnya di tahun 2005 saat sering terlibat di berbagai Event Organizer sebagai distributor project. Asril juga sering membantu event-event komunitas yang ada di Makassar, karirnya di dunia perfilman dimulai dari film Uang Panai di mana film tersebut menjadi keran aktivitas perfilman di Makassar. Di film Uang Panai ia di percaya sebagai sutradara ditemani oleh sang penulis skenario Halim Gani Safia. Setelah sukses di film tersebut dengan Rumah Produksi yang sama ia kembali menggarap film Hallo Makassar sebagai Assistant Director 1 dan Casting Director yang tayang pada awal tahun 2018. Saat ini ia telah mencetak aktor-aktor yang berbakat seperti Ikram Noer (Uang Panai), Cahya Ary Nagara (My Stupid Boy Friend), Arlita Regiana (Molulo : Jodoh Tidak Bisa Dipaksa) dan masih banyak lagi aktor-aktor lainnya.