Sastra merupakan karangan yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual dengan cara yang khas.
Selain sastra yang banyak diartikan sebagai tulisan, terdapat juga kesusastraan atau susastra, kata su yang berarti indah dan baik. Jadi, susastra merupakan sebuah tulisan yang indah dan baik hal ini dikatakan menurut Winarni (dalam Haslinda, 2019:19).
Wellek dan Werren berpendapat bahwa bahasa sastra mempunyai fungsi ekspresif, menunjukkan nada (tone) dan sikap pembicara atau penulisnya (dalam Haslinda, 2019:20). Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya sehingga dengan ekspresi kreatif tersebut akansenantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pada satu sisi sastra merupakan bentuk refleksi sikap seseorang terhadap gejala yang muncul dari lingkungan alam sekitarnya yang dituangkan dalam bentuk kesenian, disisi lain sastra juga menjadi bentuk hiburan yang tiada lain merupakan sebuah kebutuhan untuk memenuhi kepuasan emosi.
Pengertian yang sama dari karya sastra adalah untaian perasaan dan realitas sosial (semua aspek kehidupan manusia) yang telah tersusun baik dan indah dalam bentuk konkret, Sangidu (dalam Haslinda, 2019:21). Karya sastra merupakan curahan pengalaman batin pengarang tentang fenomena kehidupan sosial dan budaya masyarakat pada masanya. Sastra juga merupakan ungkapan peristiwa, ide, gagasan, serta nilai-nilai kehidupan yang diamanatkan di dalamnya.
Sastra mempersoalkan manusia dalam segala aspek kehidupannya sehingga karya itu berguna untuk mengenal manusia dan budayanya dalam kurun waktu tertentu.
Karya sastra merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Sebagai karya sastra imajinatif, karya sastra menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Karya sastra menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan diri sendiri dan Tuhan, Haslinda (2019:22).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulakan bahwa karya sastra adalah sebuah karya tulisan atau seni imajinatif dengan berbagai ide dan gagasan yang dituangkan oleh pengarang dengan menawarkan berbagai permasalahan kehidupan dalam masyarakat.
3. Jenis Karya Sastra a. Puisi
Secara etimologi, puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu poeima yang berarti membuat atau poesis yang berarti pembuatan. Dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi berarti karena menulis puisi berarti telah menciptakan sebuah dunia. Menurut Hudson (dalam Rimang, 2012:32), puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai medium penyampaian untuk membuat ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya.
Dengan demikian, puisi merupakan ungkapan batin dan pikiran penyair dalam melahirkan sebuah dunia berdasarkan pengalaman batin yang digelutinya.
Adapun Emerson (dalam Rimang, 2012:33) memberi penjelasan bahwa puisi merupakan upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa sesuatu, untuk menggerakkan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan dan alasan yang menyebabkan ada, karena bukannya irama melainkan argumen yang membuat iramalah (yaitu ide atau gagasan) yang menjelmakan suatu puisi.
Jadi, puisi adalah jenis sastra yang merupakan pengungkapan pikiran serta perasaan dari penyair yang bercampur baur dan dikemas secara imajinatif
menggunakan bahasa yang kreatif, ekspresif hingga memiliki sajak serta ritme yang memberikan irama unik.
b. Prosa (fiksi)
Prosa fiksi merupakan jenis prosa yang dihasilkan dari proses imajinasi.
Prosa berasal dari kata “orate provorsa” yang berarti uraian langsung, cerita langsung, atau karya sastra yang menggunakan bahasa terurai. Kata fiksi berasal dari bahasa latin “fictio” yang berarti membentuk, membuat, atau mengadakan Waluyo (dalam Haslinda, 2019:39). Dalam bahasa Indonesia kata “fiksi” dapat diartikan sebagai yang dikhayalkan atau yang diimajinasikan. Pengarang mengelolah dunia imajinasinya dengan dunia kenyataan yang dihadapi atau kenyataan yang terdapat dalam lingkungannya.
Ragam prosa fiksi meliputi cerita pendek, novel, dan roman. Selain prosa fiksi ada juga prosa fiksi non fiksi yang mencakup 1) fiksi historis (historical fiction) yang menekankan pada sejarah, 2) fiksi biografis (biographical fiction) yang memfokuskan pada aspek biografi seseorang, dan 3) fiksi ilmiah (science fiction) yang berdasar pada ilmu pengetahuan.
Jadi, prosa adalah jenis karya sastra yang bersifat menjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain yang berkaitan kehidupan sehari-hari baik dalam bentuk fiksi maupun nonfiksi. Adapun yang termasuk fiksi, misalnya novel, cerpen, dan juga roman.
c. Drama
Drama berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian drama adalah komposisisyair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak pelaku melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan.
1) Jenis-Jenis Drama
Ada beberapa jenis drama bergantung dari dasar yang digunakannya. Dalam bentuk pembagian jenis drama, biasanya digunakan tiga dasar, yaitu: berdasarkan penyajian kisah drama, berdasarkan sarana, serta berdasarkan keberadaan naskah drama tersebut (Wiyanto, 2002: 7).
Berdasarkan penyajian kisah, drama dapat dibedakan menjadi delapan jenis, antara lain:
a) Tragedi
Tragedi adalah drama yang bercerita tentang kesedihan. Penonton seolah-olah ikutan sedih ketika terdapat adegan yang menyebabkan pemain bernasib buruk sehingga tak jarang penonton ikut bersedih.
b) Komedi
Komedi adalah drama yang bercerita tentang komedi yang penuh dengan kelucuan sehingga menimbulkan kelucuan bagi penonton. Meskipun demikian, sama sekali drama komedi bukan lawak. Drama komedi tetap menuntut nilai-nilai yang terdapat dalam drama.
c) Tragedi komedi
Tragedi komedi adalah perpaduan antara kisah drama tragedi dan komedi.
Isi lakonnya penuh kesedihan, tetapi juga mengandung hal-hal yang menggembirakan dan menggelikan hati.
d) Opera
Opera adalah drama yang dialognya dengan cara dinyanyikan dan diiringi musik. Lagu yang dinyanyikan pemain satu berbeda dengan lagu yang dinyanyikan oleh pemain lainnya. Begitupun dengan irama musik pengiringnya.
Drama jenis ini memang mengutamakan nyanyian dan musik, sedangkan lakonnya hanya sarana.
e) Melodrama
Melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dan dengan diiringi melodi/musik.Tentu saja cara pengucapannya sesuai dengan musik pengiringnya.
Pengungkapan perasaannya diwujudkan dengan ekspresi wajah dan gerak-gerik tubuh yang diiringi musik.
f) Farce
Farce adalah drama yang menyerupai dagelan, namun tidak sepenuhnya drama tersebut dagelan. Ceritanya berpola komedi dan gelak tawa dimunculkan lewat kata dan perbuatan. Drama ini menonjolkan kelucuan yang mengundang gelak tawa agar penonton merasa senang.
g) Tablo
Tablo adalah jenis drama yang lebih mengutamakan gerak. Para pemainnya tidak mengucapkan suatu dialog, namun dengan melakukan berbagai gerakan.
Jalan cerita dapat diketahui lewat gerakan-gerakan tersebut. Bunyi-bunyian pengiring (bukan musik) untuk memperkuat kesan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh pemain. Jadi, drama ini lebih menonjolkan kekuatan akting para pemainnya.
h) Sendratari
Sendratari adalah gabungan antara seni drama serta seni tari. Para pemain adalah penari-penari berbakat. Rangkaian peristiwanya diwujudkan dalam bentuk tari yang diiringi musik. Drama ini tidak ada dialog hanya kadang-kadang dibantu narasi singkat agar penonton mengetahui peristiwa yang sedang dipentaskan.
Berdasarkan dari sarana pementasannya, pembagian jenis drama antara lain:
a) Drama Panggung
Drama panggung sepenuhnya dimainkan oleh para aktor di panggung pertunjukan. Penonton berada di sekitar panggung dan dapat menikmati secara langsung para aktor dan mendengar dialog.
b) Drama Radio
Drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa didengarkan oleh penikmat. Berbeda dengan drama panggung yang bisa ditonton saat dimainkan, drama radio dapat disiarkan langsung dan dapat juga direkam dulu lalu ditayangkan pada waktu yang dikehendaki.
c) Drama Televisi
Drama televisi dapat didengar dan dilihat yang hampir sama dengan drama panggung, namun drama televisi tidak dapat diraba. Drama televisi dapat ditayangkan langsung dan dapat pula direkam terlebih dahulu lalu ditayangkan sesuai dengan program acara televisi.
d) Drama Film
Drama film hampir sama dengan drama televisi. Bedanya, drama film menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukkan di bioskop. Drama film dapat ditayangkan dari studio televisi sehingga penonton dapat menikmati di rumah masing-masing.
e) Drama Wayang
Drama wayang adalah drama yang diiringi dengan pergelaran wayang. Para tokoh digambarkan dengan wayang atau golek (boneka kecil) yang dimainkan oleh dalang.
f) Drama Boneka
Drama boneka adalah para tokohnya tidak dimainkan oleh aktor manusia sungguhan, tetapi digambarkan dengan boneka yang dimainkan beberapa orang.
Jenis-jenis drama berdasarkan ada atau tidaknya naskah drama antara lain:
a) Drama Tradisional
Drama tradisional adalah tontonan drama yang tidak menggunakan naskah.
Naskah tersebut hanya berupa kerangka cerita dan beberapa catatan yang
berkaitan dengan pemain drama. Watak tokoh, dialog, dan gerak-geriknya diserahkan sepenuhnya kepada pemain.
b) Drama Modern
Drama modern adalah drama yang menggunakan naskah. Naskah yang berisi dialog dan perbuatan para pemain itu benar-benar diterapkan. Artinya, pemain menghafalkan dialog dan melakukan gerak-gerik seperti yang tertulis dalam naskah.
1) Unsur-unsur Drama
Berikut ini unsur-unsur yang terdapat dalam drama antara lain:
a) Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur utama atau unsur pembangun. Unsur intrinsik mencakup enam aspek, yaitu :
(1) Tema merupakan ide pokok atau sebuah gagasan utama dalam cerita drama.
(2) Alur yaitu jalan cerita dari pertunjukan drama dimulai pada babak pertama sampai babak terakhir.
(3) Tokoh drama terdiri atas tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama disebut juga dengan primadona sedangkan peran pembantu disebut dengan figuran.
(4) Watak merupakan perilaku yang diperankan oleh si tokoh drama tersebut.
Watak dalam tokoh ada dua yaitu watak protagonis dan watak antagonis.
Watak protagonis adalah salah satu jenis watak tokoh dengan berwatak baik.
Sedangkan watak antagonis merupakan watak yang suka menentang atau jahat.
(5) Latar adalah gambaran tempat, waktu, serta situasi yang terjadi dalam kisah drama yang berlangsung.
(6) Amanat merupakan pesan yang disampaikan oleh pengarang cerita drama tersebut kepada penonton. Amanat dapat disampaikan dengan melalui peran para tokoh drama tersebut.
b) Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun atau membentuk sebuah drama dari luar. Unsur ekstrinsik sangat berpengaruh pada suatu karya sastra tetapi tidak menjadi bagian dari karya sastra tersebut.
Unsur ekstrinsik dalam drama ada berbagai macam hal yaitu seperti latar belakang penulis dari suatu karya sastra tersebut, misalnya asal-usul penulis, pendidikannya, agamanya, dan lain-lain. Bisa juga terkait dengan latar belakang masyarakat pada suatu karya sastra baik itu novel, cerpen maupun drama, misalnya bagaimana kondisi ekonomi dalam karya sastra tersebut, kondisi sosial masyarakat, politik, dan lain-lain.
Selain itu, unsur ekstrinsik ini juga bisa merupakan nilai-nilai yang terkandung pada karya sastra baik itu novel, cerpen maupu drama, misalnya nilai religius atau agama, moral, sosial, budaya dan lain-lain. Serta latar belakang dalam pembuatan karya sastra, misalnya motivasi penulis membuat dan menyelesaikan karya sastra tersebut.