• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI ATAS PUTUSAN BEBAS DALAM PREKPEKTIF HUKUM PIDANA

B. Analisis Kasus

3. Dakwaan lebih subsider

Karena Dakwaan Subsidair tidak terbukti maka akan dipertimbangkan Dakwaan Lebih Subsider, yakni Terdakwa telah didakwa melakukan perbuatan yang melanggar Pasal 9 jo. Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidanayang menurut perumusan deliknya mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

2. Yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu

3. Dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi

4. Orang yang melakukan, menyuruh melakukan, atau turutserta melakukan

Ad. 1. Unsur pertama (Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri)

Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-undang No.31 Tahun 1999, disebutkan bahwa Pegawai Negeri adalah meliputi :

a. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang Kepegawaian

b. Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

c. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah d. Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang

menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah atau

e. Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat Terdakwa adalah Walikota Medan dan antara tanggal 20 Juli 2001 sampai dengan tanggal 25 April 2005 Terdakwa menjadi Sekretaris Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan SK Bupati Tapanuli Selatan No.821.22/209/K/2001 tanggal 20 Juli 2001

Bahwa dalam perkara ini Terdakwa diajukan ke Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri Medan karena didakwa atas perbuatan Terdakwa yang dilakukan pada saat menjabat selaku Sekda Kabupaten Tapanuli Selatan, sehingga Terdakwa memenuhi sebagai pegawai negeri seperti diuraikan di atas.

Ad. 2. Unsur kedua (Yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu)

Sebagaimana diuraikan di atas, Terdakwa adalah Sekda Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan SK Bupati Tapanuli Selatan No.821.22/209/K/2001 tanggal 20 Juli 2001 yang masa tugasnya hingga tanggal 25 April 2005. Bahwa tupoksi Terdakwa selaku Sekda antara lain membantu Bupati menyelenggarakan pemerintahan secara umum dan mengkoordinasikan seluruh tugas dinas, sedangkan tanggungjawab Terdakwa adalah sebagai Penanggungjawab administrasi dan keuangan di Setda Kabupaten Tapanuli Selatan. Berdasarkan fakta hukum tersebut dikaitkan dengan pengertian pegawai negeri di atas, maka unsur ini telah terpenuhi dan terbukti.

Ad. 3. Unsur ketiga (Dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi)

Istilah ‘dengan sengaja’ dapat diartikan sebagai melakukan suatu perbuatan dengan sadar, perbuatan yang dikehendaki, diinsyafi, disadari, dan dipahami akan akibat dari perbuatannya itu. Apakah Terdakwa telah dengan sadar memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi dalam proses pengajuan permohonan pencairan dana TPAPD TA

2005 Triwulan I dan II yang diajukan pada tanggal 6 Januari 2005 dan tanggal 13 April 2005.

Terdakwa selaku Pengguna Anggaran pada Setda Kabupaten Tapanuli Selatan mempunyai tupoksi antara lain membantu Bupati menyelenggarakan pemerintahan secara umum dan mengkoordinasikan seluruh tugas dinas, sedangkan tanggungjawab Terdakwa adalah sebagai Penanggungjawab administrasi dan keuangan di Setda Kabupaten Tapanuli Selatan. Dari keterangan saksi-saksi yang merupakan pejabat-pejabat di lingkungan Setda Kabupaten Tapanuli Selatan yang berkaitan dengan proses pencairan dana TPAPD yang diajukan dipersidangan dalam perkara ini, maupun dari barang-barang bukti surat dalam perkara ini, tidak satupun yang menerangkan adanya pemalsuan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan proses pencairan dana TPAPD yang ikut ditandatangani oleh Terdakwa, yakni SPP-PK tanggal 6 Januari 2005 dan SPP-PK tanggal 13 April 2005, maupun adanya buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi dalam proses pengajuan permohonan pencairan dana TPAPD TA 2005 Triwulan I dan II yang dipalsukan oleh Terdakwa.

Berdasarkan hal tersebut dan dengan memperhatikan segala fakta hukum yang terungkap dipersidangan, bahwa unsur ‘dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi’ ini tidak terpenuhi dan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan dilakukan oleh Terdakwa.

Maka jika diperhatiakan secara seksama kasus yang diputus oleh Pengadilan Negeri Medan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Majelis Hakim dalam putusannya telah menekgakkan hukum sebagaimana mestinya

sesuai dengan fakta-fakta yang diperoleh selama persidangan. Dimana pasal-pasal yang didakwakan kepada Terdakwa tidak terbukti atau tidak dapat dibuktikan dalam persidangan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka Majelis Hakim menjatuhkan putusan membebaskan Terdakwa, baik Dakwaan Primair, Dakwaan Subsidair, maupun Dakwaan Lebih Subsidair, karena tidak terbukti secara sah dan meyakinkan dilakukan Terdakwa dan kepadanya juga harus dipulihkan haknya dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya dan membebankan biaya perkaara kepada negara.

C. Analasis Putusan Terhadap Putusan Bebas Pengadilan Negeri (PN Medan)

Setelah mempelajari, membaca pertimbangan hukum dalam putusan Pengadilan Negeri Medan atas kasus Drs. H. Rahudman Harahap, MM, tersebut yang didakwa melakukan tindak pidana korupsi dan diputus bebas oleh Majelis Hakim, maka dapat diketahui bahwasanya :

1. Tentang pertimbangan hukum

a. Pertimbangan Majelis Hakim di Pengadilan Negeri tidak menjatuhkan pidana kepada terdakwa berdasarkan dakwaan primer (Pasal 2 ayat (1) UUPTPK) diberikan oleh karena perbuatan terdakwa tidak memenuhi unsusr-unsur dari Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi oleh karena perbuatan terdakwa tidak memenuhi unsur-unsur secara “melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korposasi”.

b. Majelis Hakim membebaskan terdakwa dari dakwaan subsider (Pasal 3 UUPTPK) oleh karena perbuatan terdakwa tidak memenuhi unsur-unsur dari Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, “unsur dengan tujuan menguntungkan diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi”.

c. Majelis Hakim mempertimbangkan dan membebaskan terdakwa dari dakwaan lebih subsider (Pasal 9 jo Pasal 18 UUPTPK) oleh karena perbuatan terdakwa tidak memenuhi unsur-unsur dari Pasal 9 jo Pasal 18 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, “unsur dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi”.

d. Dalam hal kerugian negara yang dituduhkan kepada terdakwa, berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan kerugian negara sebesar Rp.1.590.944.500,- (satu milyar lima ratus sembilan puluh juta sembilan ratus empat puluh empat ribu lima ratus rupiah).

Pengadilan telah mempertimbangkan bahwa tunjangan TPAPD untuk Triwulan I dan II Tahun 2005 telah dicairkan, dimana terdakwa menjadi Sekda Kabupaten Tapanuli Selatan hanya sampai tanggal 25 April 2005, dan juga dari fakta hukum tersebut tersebut terbukti Amrin Tambunan telah mengunakan dana TPAPD sebesar Rp.1.590.944.500,- (satu milyar lima ratus sembilan puluh juta sembilan ratus empat puluh empat ribu lima ratus rupiah) untuk keperluan sendiri (telah memiliki kekuatan hukum tetap) dan telah mengembalikan kerugian negara seperti yang disebutkan diatas.

Berdasarkan pertimbangan pengadilan tersebut diatas telah sesuai dengan teori pembuktian hukum pidana dan pertangungjawaban pidana.

2. Tentang bunyi putusan

Putusan Pengadilan Negeri yang telah membebaskan Terdakwa dari dakwaan primer, subsider dan lebih subsider dalam perkara ini sudah tepat, sudah sesuai dengan hukum, khususnya Undag-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Pasal 2 ayat (1), Pasal 3 dan Pasal 9 jo Pasal 18 Undang-Undang Tipikor), Pasal 55 ayat (1) KUHP, sebagaiman diuraikan diatas dan telah sesuai dengan asas hukum pidana yaitu tiada pidana tanpa kesalahan.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait