• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIMENSI PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PERTIMBANGANYA

B. Dasar-Dasar Penjatuhan Putusan Hakim

1. Pertimbangan Yuridis

adapun pertimbangan hakim tersebut adalah:

a. Alat bukti

b. Surat dakwaan/catatan dakwaan c. Barang bukti

d. Pasal-pasal dalam Undang-undang

Ad.a. Alat bukti yang sah ialah :

Hukum pembuktian merupakan seperangkat kaidah hukum yang mengatur tentang pembuktian, yaitu segala proses, dengan menggunakan alat-alat bukti

73

Evi hartanti, Op. Cit.hlm. 55.

74

yang sah dan dilakukan tindakan-tindakan dengan prosedur khusus guna mengetahui fakta-fakta yuridis di persidangan, sistem yang dianut dalam pembuktian, syarat-syarat dan tata cara mengajukan bukti tersebut serta kewenangan hakim untuk menerima dan menilai suatu pembuktian. Suatu pembuktian merupakan masalah yang memegang peranan dalam proses pemeriksaan sidang pengadilan. Melalui pembuktian ditentukan nasib terdakwa.75

Sistem pembuktian yang dianut KUHAP mencakup dubbelen gorndslag dengan adanya elemen keyakinan terhadap pembuktian berdasar Undang-undang secara negatif (negatief wettelijke bewijs theori).76

KUHAP telah memberikan batasan pengertian saksi, ialah oarang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, lihat sendiri dan alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuanya itu, Pasal 1 ayat (26). Sedangkan keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar Alat bukti yang sah menurut ketentuan Pasal 184 ayat (1) KUHAP sebagai berikut :

1. Keterangan saksi

75

Alfitra, Hukum Pembuktian Dalam Beracara Pidana, Perdata dan Korupsi di Indonesia, Edisi ke 2, (Jakrta: Raih Asa Sukses, 2012), hlm. 21.

76

Nikolas Simanjuntak, Acara Pidan Dalam Sirkus Hukum, (Jakarta: Galia Indonesia, 2009), hlm. 263.

sendiri, ia lihat sendiri dengan menyebut alasan dan pengetahuanya, Pasal 1 ayat (27).77

Pasal 160 ayat (3) KUHAP mewajibkan saksi sebelum memberikan keterangan untuk terlebih dahulu mengucapkan sumpah atau janji menurut cara agamanya, yang isinya sumpah atau janji bahwa ia akan memberikan keterangan yang sebenarnya dan tidak lain daripada yang sebenarnya. Cara penyumpahan ini disebut dengan promisoris, artinya sanggup berkata yang benar. Akan tetapi, apabila pengadilan menganggap perlu penyampaian sumpah tidak dilakukan sebelum memberikan keterangan malainkan diberikan setelah saksi memberikan keterangan (Pasal 160 ayat 4). Cara penyumpahan yang kedua ini disebut asetoris.78

a) Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan saksi yang lain. Dapat tidaknya seorang saksi dipercayai, tergantung dari banyak hal yang harus diperhatikan oleh hakim. Dalam menilai keterangan saksi, hakim harus sungguh-sungguh memperhatikan beberapa hal, yakni:

b) Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti yang lain.

c) Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi memberikan keterangan tetentu.

77

Adami Chazawi, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, (Bandung: PT. Alumni, 2008), hlm. 37.

78

d) Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umunya dapat mempengaruhi dapat/tidaknya keterangan saksi itu dipercaya.79

Ada 2 (dua) syarat yang menyangkut keterangan saksi dimuka sidang yang tidak bisah dipisahkan, agar keterangan itu bernilai dan berharga pembuktian, yang dapat dipertimbangkan untuk membentuk keyakinan hakim, ialah:

a. Sumber pengetahuan saksi dari apa yang menjadi isi yang diterangakan; dan

b. Subtansi isinya keterangan80

Hakim tidak boleh menjatuhakan putusan kepada terdakwa hanya didasarkan pada satu saksi saja, oleh karena itu satu saksi kurang mencukupi asas minimum alat bukti yang kurang cukup.Artinya kekuatan pembuktian dengan satu saksi saja tidak dianggap sempurna oleh hakim.Ketentuan Pasal 185 ayat (2) ini dianggap tidak berlaku, apabila disertai dengan suatu alat bukti sah lainnya (Pasal 185 ayat 5).81

Keterangan ahli disebut sebagai alat bukti dalam pada urutan ke dua oleh Pasal 183 KUHAP. Berbeda dengan HIR dahalu yang tidak mencatumkan keterangan ahli sebagai alat bukti.Dalam Pasal 343 Ned. Sv. misalanya diberikan

2. Keterangi ahli

79

Martiman Prodjohamidjojo, Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi, (Bandung: Mandar Maju, 2001), hlm. 118.

80

Adam Chazawi, Op. Cit. hlm. 43.

81

definisi apa yang dimaksud dengan keterangan ahli sebagai berikut: “Pendapat seorang ahli yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya, tentang sesuatu apa yang dimintai pertimbangannya.82

a. Keterangan diberikan kepada ahli

Menurut Pasal 1 butir 28 KUHAP, yang dimaksud dengan keterangan ahli adalah :

‘keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.”

Berpijak pada Pasal 179 ayat (1) KUHAP dapat dikategorikan dua kelompok ahli, yaitu ahli kedokteran dan ahli-ahli lainnya. Syarat sahnya keterangan ahli, yaitu :

b. Memiliki kaahlian khusus dalam bidang tertentu c. Menurut pemgetahuan dalam bidang keahliannya d. Diberikan dibawah sumpah83

Seorang ahli tidak selalu ditentukan oleh adanya pendidikan formal khusus untuk bidang keahliannya seperti ahli kedokteran forenksi, tetapi pada pengalaman atau bidang pekerjaan tertentu yang ditekuninya selama waktu yang panjang, yang menurut akal sangat wajar menjadi ahli dalam bidang khusus tersebut.Misalnya, keahlian diibidang kunci, pertukangan dll.Hakimlah yang

82

Andi Hamza, Hukum Acara Pidan Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm. 268.

83

Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana Kontemporer, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007), hlm. 194.

menentukan seorang itu sebagai ahli atau bukan melalui pertimbangan hukumnya.84Dan seorang ahli yang disidik oleh penyidik dalam rangka membuat terang suatu perkara, bila merasa dirinya tidak mempunyai keahlian khusus wajib mengundurkan diri.Dalam praktek untuk menjadi seorang ahli adalah pendidikan formal yang menjadi ukurannya.85

Menurut Pitlo 3. Alat bukti surat

86

a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dubuat oleh pejabat umum yang berwenang atau dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian yang didengar, dilihat atau yang

, suatu surat adalah pembawa tanda tangan bacaan yang berarti menerjemahkan suatu isi pikiran. Atas bahan yang dicantumkannya tanda bacaan ini diatas kertas, karton, kayu atau kain adalah tidak penting.Juga tidak penting apakah tanda bacaan itu terdiri dari huruf yang kita kenal atau dari huruf Cina, tanda stenografi atau dari tulisan rahasia yang disusun sendiri. Tidak termasuk dalam kata surat foto dan peta dan barang-barang yang tidak memuat tanda bacaan.

Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah adalah. Pada KUHAP secara substansial tentang bukti “surat” ini ditentukan oleh Pasal 187 KUHAP yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:

84

Adam Chazawi, Op. Cit. hlm. 67. 85

Martiman Prodjohadmijojo, Op. Cit. hlm. 121 86

dialaminya sendiri, desertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukan bagi pembuktian sesuatu keadaan;

c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai suatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya;

d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain.87

Suatu yang dimaksud dalam huruf a ini misalnya, akta perjanjian yang dibuat oleh para pihak yang dibuat oleh atau diahadapan notaris berupa partijakte. Juga akta-akta yang dibuat oleh pejabat umum itu sendiri (akte ambtelijk) seperti berita acara penyitaan yang dibuat oleh penyidik.

Surat disebut pada huruf b, adalah surat-surat yang dibuat oleh pejabat umum mengenai hal-hal yang masuk bidang tata laksana (administrasi) yang menjadi tugas pejabat umum tersebut. Misalnya untuk membuktikan adanya perkawinan disebut surat nikah, untuk membuktikan adanya kematian disebut akta

87

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, Edisi ke 2 (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 275.

kematian, untuk membuktikan sebagai penduduk disebut dengan kartu tanda penduduk (KTP).

Surat yang disebut pada huruf c, adalah surat yang dibuat oleh seorang ahli yang isinya berupa pendapat mengenai hal tertentu dalam bidang keahliannya itu yang hal tersebut berhubungan dengan suatu perkara pidana. Surat ini dibuat memenuhi permintaan secara resmi. Contohnya, suratvisum et repertum yang dibuat oleh dokter untuk memenuhi permintaan penyidik dalam upaya mengumpulkan alat bukti suatu perkara penganiayaan atau pembunuhan.

Sedangkan surat lain yang dimaksud huruf d, sebenarnya bukan surat yang dibuat oleh pejabat umum atau dihadapannya, tetapi surat biasa, yang bukan akta dimaksud dalam huruf a, b, dan c. surat ini dibuat bukan untuk membuktikan tentang keadaan atau kejadian tertentu, tetapi pada suatu saat diperlukan untuk membuktikan keadaan atau kejadian tertentu. Misalnya sebuah surat dari lelaki hidung belang pada pacarnya yang isinya permintaan maaf atas perbuatannya yang memaksa pacarnya itu untuk melayani nafsu syahwatnya, sehingga pecarnya itu kehilangan kegadisannya. Sehingga surat ini dapat digunakan untuk membuktikan adanya perbuatan memaksa gadis itu untuk bersetubuh dengan lelaki tiu. Surat yang disebut dalam huruf d ini hanya mengandung nilai pembuktian apabila isi surat iitu ada hubungannya dengan isi dari alat bukti yang lain.88

88

4. Alat bukti petunjuk

Apabila dibandingkan dengan alat bukti yang lain dalam Pasal 184, maka alat bukti petunjuk ini bukanlah suatu alat bukti yang bulat dan berdiri sendiri, melainkan suatu alat bukti bentukan hakim hal itu nampak dari batasannya dalam ketentuan Pasal 188 (1) yang menyatakan bahwa “petunjuk” adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena, persesuaiannya, baik antara satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Alat bukti petunjuk ini adalah berupa pemikiran atau pendapat hakim yang dibentuk dari persesuaian alat bukti yang ada dan dipergunakan dalam sidang, maka sifat subyektivitas hakim lebih dominan89

Menurut Wiryono Projodikoro,90

Menurut Pasal 184 KUHAP butir e. keterangan terdakwa digolongkan sebagai alat bukti. Keterangan terdakwa adalah apa yang dinyatakan terdakwa di sidang tentang perbuatan yang dia lakukan atau yang dia ketahui sendiri atau yang dia alami sendiri.

apa yang disebut sebagai petunjuk sebenarnya bukan alat bukti melainkan kesimpulan belaka yang diambil dengan menggunakan alat-alat bukti yang sah yang lain, yaitu keterangan saksi, surat dan keterangan terdakwa. 5. Keterangan terdakwa 91 89 Ibid. hlm. 73 90

Martiman prodjohamidjojo, Op. Cit. hlm. 129.

91

Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Acara PIdana

bentuk pengakuan dan penolakan, baik sebagian maupun keseluruhan terhadap dakwaan penuntut umum dan keterangan yang disampaikan oleh para saksi.Keterangan juga merupakan jawaban atas pertanyaan baik yang diajukan oleh penuntut umum, hakim maupun penasehat hukum.

Keterangan terdakwa dapat meliputi keterangan yang berupa penolakan dan keterangan yang berupa pengakuan atas semua yang didakwakan kepadanya.Dengan demikian, keterangan terdakwa yang dinyatakan dalam bentuk penolakan atau penyangkalan sebagaimana sering dijumpai dalam praktek persidangan, boleh juga dinilai sebagai alat bukti.

Ad.b. Surat dakwaan/catatan dakwaan

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) maupun peraturan perundang-undangan lainnya tidak dijumpai batasan tentang apa yang dimaksud surat dakwaan. Meskipun demikian A. Karim Nasutian dalam bukunya Surat Tuduhan memberikan batasan surat dakwaan sebagai berikut :92

Dari rumusan tersebut dapat dlihat bahwa surat dakwaan dibuat penuntut umum berdasarkan berita acara pemeriksaan pendahuluan. Dari berita acara pemeriksaan ini dibuat rumusan tindak pidana yang didakwakan.Hakim pada “Tuduhan adalah suatu surat atau akte yang membuat suatu perumusan dari tindak pidana yang dituduhkan, yang sementara dapat disimpulkan dari surat-surat pemeriksaan pendahuluan yang merupakan dasar bagi hakim untuk melakukan pemeriksaan”.

92

Gatot Supramono, Surat Dakwaan dan Putusan Hakim Yang Batal Demin Hukum, (Jakarta: Djambatan, 1981), hlm. 5.

prinsipnya tidak dapat memeriksa dan mengadili keluar dari lingkup yang didakwakan.

Dakwaan merupakan dasar hukum acara pidana karena berdasarkan itulah pemeriksaan di persidangan dilakukan (Pasal 143 ayat (1) KUHAP).Dakwaan berisi identitas terdakwa juga memuat uraian tindak pidana serta waktu dilakukannya tindak pidana dan memuat pasal yang dilanggar (Pasal 143 ayat (2) KUHAP).93

a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka (syarat formal);

Pasal dimaksud (Pasal 143 ayat (2)) menyebutkan, penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditanda tangani serta berisi :

b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan (syarat materi).94

Perumusan dakwaan yang didasarkan dari hasil pemeriksaan pendahuluan yang dapat disusun tunggal, alternatif, kumulatif, maupun subsidair.Dakwaan disusun secara tunggal apabila seseorang atau lebih mungkin melakukan satu perbuatan saja.Namun, apabila lebih dari satu perbuatan dalam hal ini dakwaan disusun secara kumulatif.

Oleh karena itu dalam penyusunan dakwaan ini disusun sebagai dakwaan kesatu, kedua, ketiga dan seterusnya. Dakwaan alternatif disusun apabila penuntut

93

Rusli Muhammad, Potret Lembaga Pengadilan Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2006), hlm..125

94

umum ragu untuk menentukan peraturan hukum pidana yang akan diterapkan atas suatu perbuatan yang menurut pertimbangannya telah terbukti.

Dalam praktik dakwaan alternatif tidak dibedakan dengan dakwaan subsidair karena pada umumnya dakwaan alternatif disusun penuntut umum menurut bentuk subsidair yakni tersusun atas primair atau subsidair. Dakwaan penuntut umum sebagai bahan pertimbangan pengadilan dalam menjatuhkan putusan.95

Selain dari saksi ada hal lain yang penting juga bagi peralatan untuk mengejar kebenaran, yaitu barang-barang bukti. Maka dari isi Pasal 281 HIR menentukan, bahwa hakim harus memperlihatkan kepada terdakwa dan saksi segala barang bukti, dengan menanyakan, kenalkah terdakwa atau saksi akan barang-barang itu. Kalau pertanyaan ini dijawab ya, maka jika perlu hakim melanjutkan hal tanya jawab tentang segala sesuatu mengenai barang-barang itu agar ditambahkan bahan-bahan untuk menemukan kebenaran.

Ad.c. Barang bukti

96

Pengertian barang-barang bukti yang dibicarakan di sini adalah semua benda yang dapat dikenakan penyitaan dan yang diajukan oleh penuntut umum di persidangan yang meliputi97

a) Benda tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga atau diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana.

95

Rusli Muhammad, Loc. Cit.

96

R. Wiryono Prodjadikoro, Hukum Acara Pidana Indonesia (Bandung: Sumur Bandung, 1983), hlm. 106.

97

b) Benda yang dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkan tindak pidana.

c) Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana.

d) Benda khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana.

Adanya barang bukti yang diperlihatkan pada persidangan akan menambah keyakinan hakim dalam menilai benar tidaknya perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa dan sudah barang tentu hakim akan lebih yakin apabila barang bukti itu dikenal dan diakui oleh terdakwa maupun para saksi.98

Dalam persidangan, pasal-pasal dalam undang-undang tindak pidana itu selalu dihubungkan dengan perbuatan terdakwa.Penuntut umum dan hakim berusaha untuk membuktikan dan memeriksa melalui alat-alat bukti tentang apakah perbuatan terdakwa telah atau tidak memenuhi unsur-unsur yang dirumuskan dalam pasal undang-undang tentang tindak pidana.Apabila ternyata

Ad.d. Pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan

Pasal-Pasal dalam Undang-Undang tindak pidana Hal yang sering terungkap di persidangan adalah pasal-pasal yang dikenakan untuk menjatuhkan pidana kepada terdakwa. Pasal-pasal ini bermula dan terlihat dalam surat dakwaan yang diformulasikan oleh penuntut umum sebagai ketentuan hukum tindak pidana korupsi yang dilanggar oleh terdakwa.

98

perbuatan terdakwa memenuhi unsur-unsur dari setiap pasal yang dilanggar, berarti terbuktilah menurut hukum kesalahan terdakwa melakukan perbuatan seperti dalam pasal yang didakwakan kepadanya.99

Pada pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan hakim. Pengertian kebebasan memberi keterangan dalam penjelasan pasal demi pasal diberikan sebagai berikut: Supaya pemeriksaan mendapatkan hasil yang tidak menyimpang daripada yang sebenarnya maka tersangka atau terdakwa harus dijauhkan dari rasa takut. Oleh karena itu wajib dicegah adanya paksaan atau tekanan terhadap tersangka atau terdakwa.

Menurut Pasal 197 huruf f KUHAP salah satu yang harus dimuat dalam surat putusan pemidanaan adalah pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan. Pasal-pasal yang didakwakan oleh penuntut umum menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan.Keseluruhan putusan hakim yang diteliti oleh penulis, memuat pertimbangan tentang pasal-pasal dalam undang-undang yang dilanggar oleh terdakwa.Tidak ada satu putusan pun yang mengabaikannya.Hal ini dikarenakan pada setiap dakwaan penuntut umum, pasti menyebutkan pasal-pasal yang dilanggar oleh terdakwa, yang berarti fakta tersebut terungkap di persidangan menjadi fakta hukum.

100

99

Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Acara Padana 100

Dokumen terkait