• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam Kerangka Nasional (Indonesia) Menurut Undang-Undang No.14 Tahun

PERLINDUNGAN TERHADAP PATEN

A. Dalam Kerangka Nasional (Indonesia) Menurut Undang-Undang No.14 Tahun

Ruang lingkup Hukum Milik Intelektual tidak hanya melingkupi perlindungan dan pengawasan wujud akhir karya intelektual yang bernilai ekonomis, tetapi sekaligus hak yang melekat pada manusia itu sendiri. Paten menurut Pasal 1 Undang-Undang No.14 Tahun 2001 adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut untuk memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

Dewasa ini pembangunan memegang peranan yang sangat vital. Hal ini dikarenakan bangsa Indonesia telah sampai kepada tahap mewujudkan struktur ekonomi dengan titik berat kekuatan industri yang didukung oleh pertanian yang kuat. Untuk itu faktor yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan teknologi, karena teknologi adalah faktor penentu dalam pertumbuhan dan perkembangan industri. Adapun teknologi yang dipergunakan dapat berasal dari dalam negeri atau dari luar negeri, dan keduanya ini sangat penting.

Sebagai ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam proses industri, teknologi lahir dari kegiatan penelitian dan perkembangan (Research and Development/ R&D). Kegiatan tersebut dapat saja berlangsung dalam bentuk dan cara sederhana, tetapi dapat pula dalam bentuk dan cara yang memakan waktu.

Teknologi yang lahir dari kegiatan penelitian dan pengembangan ini pun dapat beraneka ragam sesuai dengan jenis dan manfaatnya.

Dengan memperhatikan arti dan peran teknologi yang begitu penting dalam industri, maka tidaklah mungkin apabila pencapaian secara pembangunan industri nasional dapat dilakukan dengan mengabaikan teknologi. Oleh karena itu langkah untuk menciptakan iklim atau suasana yang baik dan mampu mendorong gairah atau semangat penemu teknologi menjadi sangat penting. Setidaknya penciptaan iklim yang mempermudah bangsa Indonesia untuk mengetahui dan meningkatkan pengetahuan dalam menguasai teknologi. Bersamaan dengan langkah untuk menciptakan iklim atau suasana seperti itu, harus diberikan pula perlindungan hukum yang memadai.

Perlindungan hukum yang diberikan ini berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban atas penemuan teknologi yang dipatenkan. Dengan adanya perlindungan hukum, penemu dapat melaksanakan penemuannya dengan rasa aman. Dilain pihak penemu juga harus menjalankan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan penemuannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam rangkaian kegiatan penegakan hak dan kewajiban terhadap penemuan di bidang teknologi ini, suatu penemuan yang tidak dipatenkan dapat terancam penerapan penemuannya secara tanpa hak oleh orang lain tanpa dapat meminta perlindungan hukum. Sementara itu penemuan yang dipatenkan akan mendapat perlindungan hukum yang berlaku, sehinga jika terjadi penerapan penemuannya secara tanpa hak maka penemu/inventor dapat meminta perlindungan hukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

1. Objek Yang Dilindungi

Berbicara tentang objek sesuatu, maka tidak dapat terlepas dari pembicaraan tentang benda. Jika hal tersebut dikaitkan dengan dengan hak paten, maka objek tersebut adalah suatu benda tak berwujud. Oleh karena hak paten itu adalah benda tidak berwujud yang merupakan bagian dari hak milik perindustrian. Hak paten mempunyai objek terhadap temuan (uitvinding) atau juga disebut dengan invention yang secara praktis dapat dipergunakan dalam bidang perindustrian. Pengertian industri disini bukan saja terhadap industri tertentu akan tetapi dalam arti yang seluas-luasnya termasuk di dalamnya hasil perkembangan teknologi dalam bidang pertanian, bidang teknologi peternakan, dan bahkan teknologi pendidikan.

Demi kepentingan pendaftaran paten, diadakan persetujuan Internasional Klasifikasi Subyek (dalam kerangka hukum ini adalah objek) untuk paten di Strasbourg tanggal 24 Maret 1971 (Strasbourg agreement). Menurut persetujuan Strasbourg itu objek tersebut dibagi dalam delapan seksi, dan tujuh seksi diantaranya masih terbagi dalam sub seksi dengan sebagai berikut:27

- kesehatan dan hiburan (health and amusement)

Seksi A - Kebutuhan manusia (human necessities)

Sub Seksi - agraria (agriculture)

- bahan-bahan makanan dan tembakau (foodstuffs and tobaco)

- barang-barang perseorangan dan rumah tangga (personal and domestic articles);

Seksi B - Melaksanakan karya (permorming operations)

Sub Seksi - memisahkan dan mencampurkan (separating and mixing)

- Pembentukan (Shaping)

- Pencetakan (Printing)

- Pengangkutan (transporting)

Seksi C - kimia dan perlogaman (chemistry and metal lurgy) Sub Seksi - kimia (chemistry)

- Perlogaman (metallurgy)

Seksi D - pertekstilan dan perkertasan (textiles and paper)

Sub Seksi - pertekstilan dan bahan-bahan yang mudah melentur dan sejenis

(textiles and flexible materi als and otherwise provided for); - Perkertasan (paper)

Seksi E - konstruksi tetap (fixed construction)

Sub Seksi - pembangunan gedung (building)

- Pertambangan (mining)

Seksi F - permesinan (mechanical engineering)

Sub Seksi - mesin-mesin dan pompa-pompa (engins and pumps); - Pembuatan mesin pada umumnya (engineering in general); - Penerangan dan pemanasan (lighting and heating)

Seksi G - Fisika (phisics).28

- Kenukliran (nucleonic)

Sub Seksi - instrumentalia (instruments)

Seksi H - perlistrikan (electricity).

Berdasarkan hal di atas tanpak jelas bahwa cakupan hak paten tersebut begitu luas, sejalan dengan luasnya cakrawala daya pikir manusia. Kreasi apa saja yang dilahirkan dari cakrawala daya pikir manusia dapat menjadi obyek hak paten, sepanjang hal itu dapat diterapkan dalam bidang industri terrmasuk pengembangannya.

Dengan demikian pula tidak tertutup kemungkinan obyek hak paten ini akan berkembang sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dan kemampuan intelektual manusia.29

2. Lingkup Perlindungan

Di balik perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual ada serangkaian pemikiran konsepsional yang dapat diuraikan bahwa pemilik Hak Kekayaan Intelektual telah mencurahkan karya, pikiran, tenaga dan dana untuk memperoleh kekayaan tersebut. Apabila kekayaan intelektual tersebut digunakan untuk maksud komersial, maka dianggap wajar bila pemilik HKI tersebut memperoleh konpensasi dari penggunaan kekayaan tersebut.

28

R.M.Suryodininggrat, Aneka Hak Milik Perindustrian, Tarsito, Bandung, 1981, hal.49- 50

Untuk mengetahui urgensi perlindungan HKI di Indonesia, kiranya perlu ditengahkan beberapa pandangan seputar HKI bagi negara berkembang seperti Indonnesia. Pandangan tersebut berkisar tentang baik tidaknya HKI bagi negara berkembang.

Pemerintah negara-negara maju seringkali menyatakan bahwa suatu sistem HaKI yang kuat akan menguntungkan negara-negara berkembang karena dua alasan utama.30

Kedua, negara-negara maju tersebut mengklaim bahwa dengan meningkatkan perlindungan HaKI, negara-negara berkembang akan mencapai pembangunan berkelanjutan dari sumber-sumber dalam negara mereka. Dinyatakan bahwa kekayaan inetelektual akan mendorong para penemu dan pencipta lokal untuk terus berkarya dan membuat negara berkembang tersebut

Pertama, telah dinyatakan sebelumnya bahwa tidak sepantasnya negara- negara berkembang berharap akan adanya peningkatan penanaman modal asing dan pengalihan teknologi dari negara-negara maju tanpa adanya hukum HaKI. Bila perusahaan-perusahaan asing khawatir terhadap pembajakan dan penyebarluasan secara bebas atas HaKI mereka, perusahaan-perusahaan tersebut akan menolak menanamkan modal atau mengalihkan teknologi mereka, atau hanya akan memberikan informasi yang tidak lagi mutakhir atau bermutu rendah. Upaya untuk memperoleh teknologi akan semakin mahal jika pihak pemberi teknologi menaikkan biaya lisensinya untuk mengantisipasi kerugian potensial dari hilangnya kekayaan intelektual mereka.

30

lebih mampu bersaing dalam menghasilkan teknologi dan kreativitas, serta mengurangi ketergantungan pada negara-negara maju. Tanpa hukum HaKI yang kuat, para pencipta dan penemu kekayaan intelektual akan mencari negara tempat keuntungan yang lebih besar dapat diperoleh dari hasil ciptaan/temuannya. Para penanam modal juga akan bersedia untuk menanamkan lebih banyak modal di pembangunan dan penelitian domestic karena adanya kemungkinan yang lebih terjamin untuk memperoleh keuntungan ekonomis.

Dampak dari kondisi perdagangan dan ekonomi internasional yang dirasa semakin meluas yang tidak lagi mengenal batas-batas negara melahirkan persetujuan TRIPs dalam putaran Urugay (GATT). TRIPs bertujuan untuk melindungi dan menegakkan hukum hak milik inetelektual guna mendorong timbulnya inovasi, pengalihan, serta penyebaran teknologi, diperolehnya manfaat bersama pembuat dan pemakai pengetahuan teknologi, dengan cara yang menciptakan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta berkeseimbangan antara hak dan kewajiban.

Paten merupakan bagian dari serangkaian HaKI yang diberikan perlindungan hukum. Konsekuensinya, keberadaan paten berkaitan erat dengan keberadaan HaKI di Indonesia.

Tindak lanjut ketentuan TRIPs dalam bidang paten adalah untuk mengantisipasi ketentuan TRIPs tentang objek paten yaitu, yaitu perlindungan diberikan untuk semua bentuk teknologi, termasuk kepentingan kemanusiaan dan kesehatan manusia seperti terhadap teknologi untuk pengobatan, varietas hewan dan tanaman dan tanaman bioteknologi, dan paten memberikan hak eksklusif baik

terhadap paten proses yang menjangkau pula larangan untuk melakukan impor tanpa izin pemegang paten.

Mengenai ruang lingkup perlindungan paten di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang No.14 Tahun 2001 Tentang Paten, meliputi: penemuan yang dapat diberikan paten, penemuan yang tidak dapat diberikan paten, subjek paten, hak dan kewajiban pemegang paten dan pengecualian terhadap pelaksanaan dan pelanggaran paten.

Di Indonesia bentuk perlindungan paten adalah berupa pemberian hak eksklusif bagi pemegang paten untuk:

1. Dalam hal paten produk: a. Membuat; b. Menggunakan; c. Menjual; d. Mengimpor; e. Menyewakan; f. Menyerahkan; atau

g. Menyediakan untuk dijual; atau h. Disewakan; atau

i. Diserahkan

2. Dalam hal paten proses

Menggunakan proses produksi yang diberi paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya seperti membuat, menggunakan, menjual,

menyewakan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual, disewakan dan diserahkan produksi yang diberi paten.

Jangka waktu perlindungan untuk paten menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2001 adalah 20 (dua puluh) tahun dan tidak dapat diperpanjang, dan untuk paten sederhana 10 (sepuluh) tahun juga tidak dapat diperpanjang. Jangka waktu demikian dinilai cukup untuk memperoleh manfaat ekonomi yang wajar bagi pemegang paten atau paten sederhana.

Masalah luasnya lingkup perlindungan paten di Indonesia sangat tergantung dari berbagai faktor, antara lain:31

1. Pemberdayaan peran dan kemampuan sumber daya manusia, baik sebagai pemeriksa substantive maupun hakim;

2. Pembuatan klain; 3. Prinsip itikad baik.

Pada dasarnya, diskresi hakim cukup luas di Indonesia, namun perlu dibarengi keahlian tidak hanya dari segi hukum patennya, tetapi juga dari pengetahuan teknologinya. Prinsip itikad baik secara nyata telah diterapkan, baik sejak permohonan (amandemen aplikasi) hingga proses peradilan di Mahkamah Agung. Penafsiran klaim menggunakan intepretasi gramatikal dan purposive contruction, yakni penafsiran kata, sperti pemakaian sehari-hari dan apa yang dimaksudkan oleh inventor tentang cakupan klaim invensinya. Selain itu juga menggunakan interpretasi teologis, yakni penafsiran sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang berlaku