• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODELOGI PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

7. UNIT ELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) 8.Kelompok jabatan fungsional

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.2. Dampak Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara di Kecamatan Bayah

Potensi pertambangan mineral dan batubara berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No 1 Tahun 2011 dikelompokan menjadi:

1. Mineral radioaktif, meliputi radium, thorium, uranium, monasit, dan bahan galian radioaktif lainnya.

2. Mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas, tembaga, perak, timbale, seng, timah, nikel, mangan, platina, bismuth, molybdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium, romit, antimony, kobal, girkonium, ilmenit, khrom, erbium, ytterbium, dysporium, thorium, cesium, lanthanum, niobium, neodymium, hafnium, scandium, alumunium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium, selenium, telluride, strontium, germanium, zenotin, dan bahan galian mineral logam lainnya.

3. Mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, flouspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldsfar, bentoit, gypsum, dolomite, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zircon, wolastnoit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, batu gamping untuk semen, dan bahan galian mineral bukan logam lainnya.

4. Batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap (fullers earth), slate, granit, gradonoit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trahkit, leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalimaya, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan/batu sempur/fosil kayu, gamet, giok, agat, diorite, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanah pasir, pasir darat, pasir urug, pasir pasang,kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam, atau unsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan dan bahan galian batuan lainnya.

Kabupaten Lebak merupakan wilayah di Provinsi Banten yang memiliki sumber daya alam yang sangat potensial, baik dari pertanian, perkebunan, wilayah pesisir atau sumber daya kelautan dan juga potensi pertambangan. Potensi pertambangan di Kabupaten Lebak sangatlah potensial dengan sebaran yang cukup merata. Potensi bahan galian di Kabupaten Lebak dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.4

Potensi Pertambangan Mineral Dan Batubara Dan Sebarannya Di Kabupaten Lebak

No Jenis galian Lokasi Jenis/definisi/kegunaan

1. Batu belah Kec.Curugbitung,

Lewidamar, Bojongmanik, Sajira, Cipanas, Muncang, Malingping, Panggarangan, Bayah, Cilograng,

Warunggunung, Cimarga, Cileles, Cijaku

Kegunaan: untuk bahan bangunan, pembuatan pondasi jalan raya, jalan kereta, jembatan beton, dan bendungan 2. Sirtu Kec.Rangkasbitung, Cimarga, Leuwidamar, Bojongmanik, Sajira, Malingping, Panggarangan, Rangkasbitung, Sajira, Bojongmanik, Bayah, Cibadak, Cikulur

Kegunaan: bahan bangunan atau pembuatan jalan sebagai endapan sungai

3. Batu pasir kuarsa

Kec. Banjarsari, Bayah, Cilograng, Gunung Kencana, Cileles, Panggarangan, Cimarga

Pasir yang terdiri dari kristal-kristal silica (sio2), berwarna putih bening berukuran 200mesh-2 mm.

Kegunaan: industry gelas, kaca, campuran semen, portland, bata tahan api, keramik, bahan amplas

4. Pasi besi Kec. Bayah, Malingping,

Panggarangan

Jenis pasir yang akaya unsur besi terbentuk dari hasil rombakan batuan lain yang mengandung besi yang terkonsentrasi secara alamiah.

Kegunaan: industri besi, dan baja serta campuran pembuatan semen

5. Batu besi Kec. Bayah, Cijaku,

Panggarangan

Merupakan bahan galian berupa endapan mineral bijih dimana salah satu dari kegiatan vulkanik

Kegunaan: dalam industry besi dan baja

Cimarga, Warunggunung, Maja, Muncang, Leuwidamar, Bojongmanik,

Banjarsari, Gunung Kencana, Bayah, Panggarangan

pelapukan tufa atau tufa lapili

Kegunaan: sebagai semen alam, batubara/batako, campuran bahan bangunan dan bahan baku semen pozolan kapur

7 Batugamping Kec.Maja, Panggarangan,

Bojongmanik, Leuwidamar, Muncang, Cipanas, Sajira, Bayah, Cibeber, Cilograng

Jenis batuan dapur yang terdapat dalam endapan sedimen oligosen-miosen yang mengandung kalsium karbonat

Kegunaan: bahan bangunan, bahan baku dalam industri, semen, kimia dan pupuk

8 Kalsit Kec.Bayah, Cilograng Kegunaan:sebagai alat optik, bahan

campuran bubuk, kosmetik, industri keramik, barang seni, meja marmer, bidang kedokteran dan farmasi

Batugamping foraminifera

9 Marmer Kec.Cipanas Jenis batuan metamorfosa hasil

metamorfosa pada batugamping Kegunaan: bahan kontruksi bangunan, barang kerajinan dan hiasan

10 Fosfat Kec.Bojongmanik, Bayah Kegunaan: pembuatan pupuk

superfosfat bahan kimia besi fosfat, pembuatan fosfat dan pupuk alam

11 Opal/kalimaya Kec.Sajira, Maja Jenis mineral silita yang terdiri dari

serabut kuarsa yang sangat halus Kegunaan: bhan perhiasaan seperti cincin dan kalung

12 Batu hias Kec.Bayah Semua jenis mineral dan batuan yang

mempunya sifat fisik dan kimia yang khas.

Kegunaan: perhiasaan dan bahan dekorasi atau hiasan

13 Kaolin Kec.Cipanas, Gunung

Kencana, Cilograng

Suatu batuan yang tersusun dari bahan tanah lempung kualitas tinggi mempunyai komposisi kimia hidrous almunium silicate: ubahan hidrotemal dari perselingan batupasir tufan,blempung&lanau ubahan dari breksi polimik

Kegunaan: industry karet, bahan baku keramik, refrektori kimia, cat, pasta gigi, sabun pengikat pelat, pemutih industri gula, makanan da n obat-obatan, industry elektronik, kosmetik, kertas, dan bahan bangunan

14 Bentonit Kec.Maja, Sajira,

Curugbitung, Cipanas, Leuwidamar, Bojongmanik, Cilograng,

Sejenis lempung yang mengandung mineral monmorilit sebanyak 85% Kegunaan: industry penyaringan lilin, industri minyak kelapa (bleaching), baja (perekat), industry kimia (katalisator), zat pemutih, zat penyerap, pengisi, lateks, tinta cetak

dll

15 Zeolit Kec.Bayah, Cilograng,

Bojongmanik, Panggarangan, Cibeber

Mineral almunium silikat hidrat yang mempunyao struktur 3 dimensi clinoptilolit, modernit dan heulandit Kegunaan: bahan imbuh makanan ternak, meningkatan kesuburan tanah dan mengurangi kandungan amoniak dalam air dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ikan/udang, penjernih air limbah

16 Lempung Kec.Warunggunung, Maja

,Cimarga, Muncang, Leuwidamar, Banjarsari, Gunung Kencana, Malingping, Bayah, Cilograng, Cipanas, Panggarangan

Batu lempung klastik, lapukan dari breksi ubahan dan lapukan dari tufa Kegunaan: bahan baku semen portlan dan pembuatan bata merah dan genteng

17 Sempur Kec.Bojongmanik, Maja,

Cimarga, Muncang, Sajira, Cilograng, Leuwidamar, Bojongmanik

18 Galena Kec.Bayah, Panggarangan,

Cibeber, Bojongmanik, Cipanas, Cijaku,

Sebagai campuran bahan dasar pembuatan accu

19 Kalsedon Kec.Sajira, Cipanas

20 Feldspar Kec.Sajira, Maja,

Bojongmanik, Bayah, Cipanas, Muncang, Cilograng

Sumber unsur kalium dan natrium. Endapan feldspar terjadi karena proses magmatic dan diagenetik

Kegunaan: bahan campuran dalam industri keramik, gelas dan kaca

21 Pasir darat Kec.Cileles, Banjarsari,

Malingping, Cijaku, Bojongmanik, Bayah, Rangkasbitung, Cimarga, Sajira, Leuwidamar, Muncang

22 Emas&perak Kec.Cibeber, Bayah,

Cilograng, Cipanas, Panggarangan, Cijaku, Muncang, Gunung Kencana

23 Batubara Kec.Bojongmanik, Bayah,

Panggarangan Sajira, Cipanas,Cilograng

Hasil sedimentasi sisa-sisa tanaman berupa proses geologi yang menyebabakan terjadinya perubahan fisik dan kimia sisa-sisa tanaman Kegunaan: sebagai bahan bakar pada perusahaan pengangkutan, listrik, tekstil, industri semen dll

Potensi pertambangan yang ada di suatu wilayah dapat menjadi potensi strategis yang dapat dikembangkan demi kemajuan daerah tersebut,

karena potensi bahan galian tersebut dapat menjadi sumber pendapatan yang potensial bagi daerah dan juga tentunya bagi kas negara serta dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Berikut gambar potensi pertambangan mineral logam di Kabupaten Lebak dan sebarannya.

Gambar. 4.4

Peta sebaran Mineral Logam di Kabupaten Lebak

Kegiatan usaha pertambangan menimbulkan dampak terhadap kehidupan manusia, yaitu kompleksitas pada masalah lingkungan, sosial, dan budaya masyarakat. Dampak kegiatan usaha pertambangan ditinjau dari dampak, luas dan pola sebaran memiliki dua ruang dampak, yaitu pada penambangan/kuari(guarry) dan ruang kedua pada transportasi/pengangkutan produk.

Pada ruang pertama sumber dampak penting adalah land clearing, pengupasan tanah penutup dan penambangan, sedangkan bentuknya bergantung pada bahan galian. Dampak tersebut bisa bersifat langsung (primer) maupun tidak langsung (sekunder/tersier). Secara umum dampak negatif pertambangan terhadap lingkungan yaitu sebagai berikut:

1. Perubahan aspek fisiografi, yaitu perubahan morfologi, topografi, dan bentang alam, seperti terbentuknya cekungan, lubang galian, dan timbunan tanah penutup serta hilangnya tubuh bukit (jika semula berbentuk bukit)

2. Perubahan stabilitas lahan atau bangunan/ rumah, yakni longsor akibat gerakan tanah pada permukaan kerja, disposal area dan lereng/tebing terbuka pada jalan masuk lokasi atau jalan tambang, penigkatan erosi, timbulnya getaran (ground vibration) dan lemparan batu akibat peledakan.

3. Perubahan hidrologis, yaitu terjadinya genangan air, penurunan kualitas air permukaan, sedimentasi, penurunan kuantitas air tanah dangkal dan banjir di daerah hilir.

4. Perubahan profil, struktur, erosi, dan kesuburan atanh sebagai akibat kegiatan pengupasan, penimbunan, pembukaan, dan pembersihan lahan dari tumbuhan penutup.

5. Perubahan lingkungan biologi, yaitu adanya perubahan bentuk lahan dari semula ditutupi vegetasi menjadi areal penambangan yang gersang dan terbuka yang mengakibatkan perubahan flora dan fauna.

6. Perubahan produktivitas lahan,yakni terjadi perbedaan antara produktivitas dan nilai ekonomi lahan tanpa kegiatan penambangan dengan produktivitas dan nilai ekonomi bahan galian berikut dampak lingkungannya serta produktivitas lahan penambangan.

7. Perubahan iklim mikro dan kuantitas udara, yaitu menigkatnya konsentrasi partikel debu di udara akibat penambangan, pengolahan dan pengangkutan, penigkatan suhu udara dan penuruann kelembaban udara setempat akibat kegiatan pengupasaan lahan, kenaikan emisi gas buang dari pemakaian bahan bakar pada alat berat, menigkatnya intensitas kebisingan karena aktifitas alat bor, excavator, peledakan atau peremuk pada pengelolahaan/pengangkutan.

8. Lingkungan sosial masyarakat, yakni adanya keresahan penduduk yang berkaitan dengan masalah pembebasan tanah ganti rugi pada tahap prakonstruksi/persiapan atau masalah pemutusan hubungan kerja pada tahap pasca tambang penambangan, menurunnya kemampuan pelayanan jalan akibat rusaknya jalan dan jembatan yang dilalui, meigkatnya kepadatan lalu lintas (alat transfortasi tambang), terganggunya areal pemukiman yang dilalui pengangkutan, dan pengotoran jalan oleh jatuhan bahan yang diangkut.

9. Kesehatan masyarakat, adanya penigkatan penyakit inpeksi saluran pernapasan atas akibat menigkatnya konsentrasi partikel debu di udara.

Mencermati uraian diatas, maka kita ketahui bahwa pada setiap tahapan kegiatan industri pertambangan akan membawa dampak lingkungan, secara umum dampak lingkungan pada tahap kegiatan pertambangan dapat dilihat pada bagan berikut (Sudrajat, 2010:132):

Gambar.4.5

Identifikasi Dampak Lingkungan

Kegiatan pertambangan memang membawa dampak yang besar bagi ekologi suatu wilayah, dampak yang ditimbulkan cenderung negatif

Tahap Kegiatan Sumber Identifikasi

dampak/pencemar Tahap Eksplorasi Tahap perencanaan atau persiapan Tahap eksploitasi/produks Tahap pengolahan atau pemurnian puritan,sumur uji, area rencana tambang, rencana tempatpengolahan, & perumahan Area tambang, tempat pengolahan dan Pengolahan (crusher/mill), tungku Kerusakan lahan, ekologi, pencemaran udara/debu/air Kerusakan bentang alam, ekologi, hidrologi, pencemaran udara, air, sosial,

Kerusakan

morfologgi, sarana umum, ekologi, hidrologi

Pencemaran udara, air tanah, oleh debu gas B3

menjadikannya industri yang cukup harus diperhitungkan dengan benar, karena kalau tidak hal ini akan menjadi masalah besar bagi keberlangsungan ekosistem manusia, kerusakan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya bencana alam. Hal ini diungkapkan informan I.1 (RT) sebagai beikut:

“kegiatan usaha pertambangan terutama ekploitasi atau produksi adalah sebuah kegiatan yang memiliki dampak yang sangat besar bagi lingkungan, apalagi potensi bahan galian yang ada di bumi ini merupakan sumber daya alam yang tidak dapat terbarukan, jadi sebisa mungkin kegiatan usaha pertambangan harus dapat dilakukan secara optimal dan berkelanjutan bagi generasi masa depan. untuk itu perlu adanya usaha untuk meminimalisir dampak negatif dari kegiatan pertambangan tersebut, salah satunya dengan dibuatnya peraturan akan kegiatan pertambangan tersebut, di Kabupaten Lebak yaitu diatur melalui Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No.1 Tahun 2011 yang sebelumnya Perda No.7 Tahun 2004.”(wawancara, 3/5/2011, 10:45 Kantor DISTAMBEN)

Kegiatan usaha pertambangan di Kecamatan Bayah juga telah membawa dampak terhadap lingkungan yaitu tercemarnya sungai di daerah Bayah. Menurut Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten Lebak, menemukan kandungan racun air raksa atau merkuri dan kopernisium (cn) dalam air sungai Ciwaru di Kecamatan Bayah. Pencemaran diduga kuat disebabkan aktivitas penambangan emas tanpa izin di sungai setempat. Akibatnya masyarakat setempat kekurangan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Selain pencemaran B3 juga semakin dangkalnya sungai di Bayah akibat pertambangan pasir dan batu kali. Hal ini diungkapkan oleh informan I.4 (TH), selaku kepala seksi pencemaran kerusakan lingkungan dan pengelolaan limbah, Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Lebak, sebagai berikut:

“berdasarkan uji laboratorium yang telah kita lakukan sungai itu mengandung 1,07 cn per milimeter kubik. Sedangkan kandungan normal kopernisium yang diatur dalam PERMEN LH nomor 9 tahun 2006 ialah 0,4 cn per milimeter kubik. Badan pengelola lingkungan hidup menemukan bahwa sungai ciwaru positif tercemar sejumlah limbah B3 khususnya mercuri dan kopernisium. Pencemaran itu menyebabkan hilangnya biota sungai di kawasan tersebut dan bagi manusia air dengan kandungan merkuri itu dapat merusak sistem syaraf. Diduga kuat pencemaran ini disebabkan limbah dari pengolahan tambang emas yang menggunakan merkuri dan sianida yang pembuangannya langsung

ke sungai. ”(wawancara, 1 Juni 2011, 14:30, Kantor BLHD)

Keberadaan sungai tersebut menjadi sumber air bersih bagi masyarakat setempat, masyarakat setempat menduga kuat tercemarnya sungai ciwaru dikarenakan kegiatan penambangan emas ilegal di sekitar sungai, hal ini diungkapkan oleh informan I.3 (US) sebagai berikut:

“begini neng, pengolahan lumpur emas yang dilakukan masyarakat tersebut kan menggunakan zat kimia, tentunya berbahaya bagi lingkungan sekitar. Kebetulan keberadaan penambang emas ini kebanyakan ilegal dan membuang limbahnya ke sungai, sedangkan sungai tersebut menjadi sumber air bersih masyarakat Bayah, bahkan menjadi sumber air pdam, tentunya tercemarnya sungai tersebut membuat masyarakat khawatir dan takut menggunakan air sungai tersebut untuk keperluan sehari-hari. Sebernya hampir semua sungai disini rusak karena kegiatan manusia salah satunya dari kegiatan usaha pertambangan itu, ya begitu konsekuensi dari adanya usaha tambang, merusak lingkungan tapi membawa keuntungan bagi masyarakat.”(wawancara 9/5/2011, 09:30, kantor Kecamatan Bayah)

Tidak hanya tercemarnya sungai yang menjadi sumber air bersih bagi masyarakat, sebagian kegiatan pertambangan di Bayah juga berada di kawasan milik perhutani. Sedang dalam lingkup BKPH Bayah hutan lindung tercatat seluas 13.336,30 ha dan hutan produksi seluas 38.476,90

ha. Kegiatan pertambangan yaitu pada kawasan hutan jati yang berada di desa Sawarna yang berbatasan dengan desa Lebak Tipar di Kecamatan Cilograng, tentunya hal tersebut menyebabkan adanya penggundulan hutan, hal ini ditegaskan oleh I.8, (IM) selaku pegawai Perhutani KPH. Bayah sebagai berikut:

“Kegiatan pertambangan di Bayah terutama batubara sebagian besar berada di kawasan hutan perhutani ataupun hutan dengan hak milik pribadi, para penambang tersebut menggunakan kawasan tersebut untuk mencari dan menentukan lokasi yang mengandung batubara dan kebanyakan tidak mengantongi izin baik dari KPH Banten maupun dari DISTAMBEN, terjadi maraknya penggundulan hutan terutama di desa sawarna yaitu di kawasan hutan jati yang dikelola perhutani” (wawancara, 26/6/2011, 10:25 ,KPH Bayah)

Hal tersebut memang benar terjadi, banyak areal perhutani yang dijadikan lokasi usaha tambang, ketika peneliti berkunjung ke desa Sawarna, penulis melihat lubang-lubang besar bekas galian masih mengangga, bahkan berdasarkan informasi dari warga sekitar lubang-lubang tersebut sering menjerat hewan ternak masyarakat sekitar kawasan tersebut. Kegiatan usaha pertambangan memang menghasilkan keuntungan yang sangat baik dengan prospek usaha yang juga baik, namun dibalik segala keuntungan yang diperoleh dari usaha pertambangan lingkungan atau alam menjadi taruhannya, maka dari itu kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan dengan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan karena seperti yang telah peneliti bahas diawal bahwa sumber daya pertambangan merupakan sumber

daya yang tak terbarukan jika tidak dikelola dengan baik maka sumber daya tersebut akan habis.