• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi kebijakan juga merupakan suatu proses dalam kebijakan publik yang mengarah pada pelaksanaan dari kebijakan yang telah dibuat. Dalam praktiknya, implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks, bahkan tidak jarang bermuatan politis karena adanya intervensi dari berbagai kepentingan.

Hakekat dari implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang terencana dan bertahap yang dilakukan oleh instansi pelaksana dengan didasarkan pada

kebijakan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Mazmanian dan Sabatier (Widodo, 2008:87) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai:

“Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang akan diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya”.

Kamus Webster dalam Wahab (1997:59) implementasi diartikan sebagai “to provide the means for carrying out, to give practical effects to” (Implementasi berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu tertentu). Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2006:153) mendefinisikan Implementasi Kebijakan sebagai “Policy implementation encompasses those actions by public and privat individuals (and groups) that are directed at the achievement of goals and objectives set forth in prior policy decisions.”

Sementara Grindle dalam Agustino (2006:153) merumuskan definisi yang berbeda dari beberapa definisi-definisi di atas, beliau memandang implementasi sebagai berikut:

“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual project dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai”.

Christoper Hood (Parsons, 2006:467) mengemukakan lima kondisi atau syarat untuk implementasi yang sempurna:

1. Bahwa implementasi ideal itu adalah produk dari organisasi yang padu.

2. Bahwa norma-norma akan ditegakan dan tujuan ditentukan

3. Bahwa orang akan melaksanakan apa yang diminta dan diperintahkan 4. Bahwa harus ada komunikasi yang sempurna di dalam dan di antara

organisasi

5. Bahwa tidak ada tekanan waktu 2.6. Pengawasan Kebijakan Publik

Kegiatan pemantauan dan pengawasan merupakan bentuk aktivitas dari kontrol yang tujuannya untuk mengendalikan pelaksanan suatu kegiatan agar tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Kontrol diartikan sebagai proses usaha untuk melihat dan menemukan apakah suatu kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan yang dirancanakan. Pemantauan atau monitoring merupakan prosedur analisis kebijakan yang digunakan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari kebijakan publik. Karena memungkinkan analisis mendeskripsikan hubungan antara operasi program kebijakan dan hasilnya, maka pemantauan merupakan sumber informasi utama dalam implementasi. Pengawasan dimaksudkan untuk menetapkan premis factual tentang kebijakan publik. Pemantauan menghasilkan kesimpulan yang jelas selama dan setelah kebijakan diadopsi dan diimplementasikan

Strategi pemantauan menurut Djoko Widodo (Widodo, 2006:94) sama dengan strategi dalam implementasi, yaitu:

1. Pelaku kontrol pelaksana kebijakan

Pelaku kontrol pelaksanaan kebijakan dapat dibedakan menjadi duamacam yaitu:

a. Pelaku kontrol internal dapat dialakukan oleh unit atau bagian monitoring dan pengendalian dan badan pengawas daerah.

b. Pelaku kontrol eksternal dapat dilakukan oleh DPRD, LSM, dan komponen masyarakat.

2. Standar prosedur operasional pemantauan

Standar operating prosedur kontrol atas pelaksanaan kebijakan dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Organisasi harus menetapakan serangkaian tujuan yang dapat diukur dari aktivitas yang telah direncankan.

b. Alat montoring harus disusun untuk mengukur kinerja individu, program, atau system secara keseluruhan.

c. Pengukuran diperoleh melalui penerapan berbagai alat monitoring untuk mengoreksi setiap penyimpanagn yang berarti.

d. Tindakan korektif dapat mencakup usaha-usaha yang mengarah pada kinerja yang ditetapkan dalam rencana atau modifikasi rencana kearah mendekati (mencerminkan kinerja).

3. Sumber daya keuangan dan peralatan

Untuk melakuakan kontrol atas pelaksanaan suatu kebijakan, disamping memerlukan dana yang cukup juga diperlukan alat yang memadai. Besarnya anggaran dan jenis peralatan untuk melakukan kontrol tergantung pada variasi dan kompleksitas pelaksanaan suatu kebijakan.

Sumber anggaran untuk melaksanakan pengawasan berasal dari APBN dan APBD, LSM dan swadaya masyarakat.

Sementara itu peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan kontrol atas pelaksanaan suatu kebijakan macam, jenis dan besar kecilnya peralatan juga sangat tergantung kepada variasi dan kompleksitas pelaksanaan kebijakan yang dikontrol.

4. Jadwal pelaksanaan kontrol

Pelaksanaan kontrol dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Dalam kontrol internal dapat dilakukan setiap bulan, setiap triwulan atau setiap semester sekali. Dan dalam kontrol eksternal jadwal sulit ditentukan karena berada diluar organisasi dan bukan menjadi kewenangan organisasi yang bertanggungjawab.

Menurut Carter (Parson, 2006:477) sistem implementasi yang sukses melibatkan empat tipe kontrol, yaitu:

1. Koordinasi sepanjang waktu 2. Koordinasi pada waktu tertentu 3. Detail logistic dan penjadwalan

4. Penjagaan dan pemeilharaan batasan struktural.

Tujuan monitoring yaitu memberikan alasan kepada pemantau mengenai sebab akibat mengapa harus dilaksanakan proses pengawasan. Monitoring, pengawasan atau pemantauan merupakan aktivitas yang ditunjukan untuk memberikan informasi tentang sebab akibat suatu kebijakan yang sedang diimplementasikan dengan tujun menjaga agar kegiatan yang sedang

diimplementasikan sesuai dengan tujuan dan sasaran serta menemukan kesalahan sedini mungkin sehingga mengurangi resiko yang lebih besar, melakukan tindakan modifikasi terhadap kebijakan apabila hasil monitoring mangharuskan untuk itu.

Terdapat lima langkah dasar yang dapat diterapkan dalam semua tipe kegiatan pengawasan menurut William H.Newman dalam (Handoko, 2003:367), yaitu:

1. Merumuskan hasil yang diinginkan 2. Menetapkan petunjuk

3. Menetapkan standar petunjuk dan hasil 4. Menetapkan jaringan organisasi

5. Menilai informasi dan mengambilk tindakan koreksi

Pengawasan implementasi kebijakan ada beberapa teknik pengawasan kebijakan yaitu:

1. Non-coersive (tanpa paksaaan yang wajar), aparatur kebijakan dalam mengejawantahkan regulasi tersebut tidak menggunakan sanksi yang resmi, hukuman ataupaun ganjaran. Kebijakan seperti ini harus didukung dengan kerjasama suakrela atau penerimaan dari warga masyarakat, instansi , lembaga, departemen yang dipengaruhinya.

2. Inspeksi, adapat diartikan sebagai bentuk pengujian untuk menentukan apakah implementasi kebijakan telah sesuai dengan standar resmi yang telah ditentukan.

3. Lisensi atau pengesahan, melibatkan kekuasaan pemerintah untuk menunjuk pada bidang bisnis khusus atau profesi untuk mengerjakan

sesuatu yang tidak dilarang. Lisensi digunakan untuk kepentingan-kepentingan tertentu.

4. Kontrak, digunakan pemerintah sebagai dasar unutk pengendalian ekonomi khusus, misalnya perusahaan yang menyuplai barang-barang atau jasa pada pemerintah harus tunduk pada peraturan dasar seperti gaji, jam kerja, dan kondisi kerja.

5. Perpajakan, Pajak menjadi sebauh instrument pengawasn kebijakan yang menekankan pada bidang ekonomi.

6. Sanksi, yaitu hukuman dan pengargaan yang dapat diterima oleh instansi atau individu untuk memberikan semangat atau motivasi dalam melaksanakan keputusan. Sanksi dapat dianggap sebagai teknik pengawasn tapi juga hukuman.

7. Prosedur informal, pengawasn yang dilakukan instasni atau badan atau dinas tertentu dalam menilai kebijakan atau program yang tengah atau telah diimplementasikan dapat diperoleh dari penggunaan prosedur informal.

Pemantauan atau pengawasan memiliki empat fungsi dalam analisis kebijakan (Dunn, 2000: 510) diantaranya:

1. Kepatuhan, dimana pemantauan bermanfaat untuk menentukan apakah tindakan dari para administrator program, staf, pelaku, lain sesuai dengan standard dan prosedur yang dibuat para legislator, insta sni pemerintah, dan lembaga professional.

2. Sebagai pemeriksaan, pemantauan membantu menentukan apakah sumber daya dan pelayanan yang dimaksud untuk kelompok sasaran memang telah sampai pada mereka.

3. Berfungsi sebagai akuntansi, dimana monitoring bermanfaat unutk melakukan akuntasni atas perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi setelah dilaksanakannya sejumlah kebijakan publik dari waktu kewaktu. 4. Eksplanasi, dimana pemantauan dapat menghimpun informasi yang dapat

menjelaskan mengapa hasil-hasil kebijakan publik dan program berbeda.

Dalam mewujudkan pencapaian tujun kegiatan yang efektif maka diperlukan prinsip-prinsip pengawasan yaitu:

1. Dapat merfleksikan sifat-sifat dan kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang

2. Harus dievaluasi.

3. Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan 4. Fleksibel

5. Dapat mereflektif pola organisasi 6. Ekonomis

7. Dapat dimengerti

8. Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif.

Dalam melaksankan pengawasan ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan. William N Dunn (2000:523-541) mengidentifikasi ada empat jenis pendekatan dalam monitoring, yakni:

1. Akuntansi System Sosial

Akuntansi system sosial (social system accounting) adalah suatu pendekatan dan metode yang memungkinkan analisis memantau perubahan kondisi sosial yang objektif dan subjektif dari waktu ke waktu.

Unsur analitis yang penting dari akuntansi system sosial adalah indikator sosial. Indikator adalah statistik yang mengukur kondisi dan perubahan sosial dari waktu ke waktu untuk berbagai segmen populasi.

2. Eksperimen Sosial

Eksperimen sosial disarankan digunakan untuk menemukan solusi masalah sosial dengan cara memaksimalkan perbedaan diantata berbagai tindakan kebijakan dalam suatu kelompok program yang kecil dan dipilih secara cermat dan mengkaji konsekuensi mereka.

3. Pemeriksaan Sosial (Social Auditing)

Pemeriksaan sosial secara eksplisit memantau hubungan antara masukan, proses, keluaran dan dampak sebagai usaha untuk mengikuti masukan kebijakan dari titik dimana masukan itu dikeluarkan ke titik dimana masukan dirasakan oleh penerima terakhir yang dimaksudkan dari sumber daya tersebut. Pemeriksaan sosial membantu menentukan apakah hasil kebijakan merupakan konsekuensi dari kecukupan masukan kebijakan ataukah sebagai akibat dari proses yang mengalihkan sumber daya atau pelayanan dari kelompok sasaran penerima manfaat yang diinginkan. Dalam pendekatan ini yang diukur bukan hanya sekedar hasil tersebut diperoleh masukan yang tidak boros, kemudian seberapa efektif sebuah system berproses untuk dapat menghasilkan output.

4. Sintesis Riset Dan Praktek

Sintesis riset dan praktik (research and practice synthesis) merupakan pendekatan pemantauan yang menerapkan kompilasi, perbandingan dan

pengujian secara sistematis terhadap hasil-hasli implementasi kebijakan publikk di masa lampau. Dalam konteks ini ada kajian-kajian kristis dari penelitian tentang proses dan hal kebijaka masa lalu.

Pendekatan-pendekatan diatas dapat dimengerti dalam dua istilah utama yaitu:

1. Jenis-Jenis Pengendalian

2. Jenis-Jenis Informasi Yang Dibutuhkan