• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODELOGI PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

7. UNIT ELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) 8.Kelompok jabatan fungsional

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.3. Keberadaan Pertambangan Tanpa Izin (PETI)

4.2.3.2. Faktor Penyebab keberadaan Pertambangan Tanpa Izin (PETI)

Keberadan pertambangan tanpa izin (PETI) atau gurandil tidak terlepas dari pertambangan rakyat, dengan teknik tradisional dan dengan modal yang minim. Berdasarkan temuan dilapangan ada beberapa hal yang menjadi alasan keberadaan gurandil, diantaranya:

1. Pola pikir masyarakat

Dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar 45, bahwa Pasal 33 UUD 1945 memberikan penekanan pada penguasaan Negara terhadap Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Esensi pasal tersebut yaitu adanya Hak Mengusai Negara yang kemudian merupakan dasar legitimasi konstitusional yang memberikan negara kekuatan untuk mengatur, mengelola dan mengusahakan sumberdaya yang ada termasuk sumber daya pertambangan. Aturan yang dibuat pemerintah dengan hak meguasai negara tersebut bertujuan agar pemanfaatan sumber daya yang ada di bumi ini dapat terkendali, namun disisi lain masyarakat yang selama ini hidup di daerahnya dengan segala potensi yang ada menganggap bahwa mereka memiliki hak untuk memanfaatkan segala sumber daya yang ada sebagai peninggalan dari nenek moyangnya. Seperti apa yang diungkapkan I.10 (DW) selaku pengusah tambang ilegal di Bayah, sebagai berikut:

“Ada hal yang lebih penting dipertimbangkan, bahwa benda tambang yang ada di Bayah bukan milik orang lain, tetapi milik warga Bayah sendiri. Sebab secara turun temurun mereka

menempati daerah tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, harese neng lamun ges urusana jeng beteng mah(susah neng kalau sudah berurusan dengan masalah perut).” (wawancara 10/6/2011, 09:30, lokasi tambang)

Kebanyakan masyarakat Bayah melakukan usaha tambang secara ilegal dikarenakan mereka melakukan kegiatan tersebut di lahan miliki pribadi sehingga masyarakat menggangap bahwa sumberdaya tersebut telah menjadi milikinya tanpa perlu meminta izin untuk melakukan kegiatan tersebut.

2. Perizinan

Segala bentuk kegiatan haruslah memiliki ijin resmi dari pemerintah terkait. Menurut Philipus M.Hadjon perijinan merupakan kategori terpenting dari keputusan administrasi negara yang berbentuk keputusan-keputusan dalam rangka ketentuan larangan dan ketentuan-ketentuan perintah. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa perizinan membuat sesuatu yang tidak boleh menjadi boleh. Menurut Jaja Ahmad Jaysu dalam (Sudrajat, 2010:70) dengan adanya perizianan tentunya ada sesuatu yang diharapkan yaitu:

1. Keinginan mengarahkan aktivitas tertentu

2. Mencegah bahaya yang mungkin timbul, sebagai contoh dalam izin lingkungan, izin dapat mencegah pembuangan limbah yang berlebih,

3. Untuk melindungi objek-objek tertentu

5. Mengarahkan orang-orang tertentu yang dapat melakukan akitivitas.

Dalam kaitan dengan kegiatan usaha pertambangan perizinan menjadi penting sebagai langkah awal dalam melakukan kegiatan atau sebagai bentuk legalitas atas kegiatan pertambangan yang akan dilakukan. perizinan usaha pertambangan dikategorikan kedalam izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi dan IUP Eksploitasi serta Izin Pertambangan Rakyat (IPR). Persyaratan perizinan usaha pertambangan di Kabupaten Lebak yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lebak no 1 tahun 2011. Keberadaan PETI juga dapat disebabakan oleh prosedur perizinan yang ada, seperti yang diungkapkan I.9 (YU) sebagai berikut:

“ribet neng lamun kudu ngadaptarken izin usaha mah, eta ku persyaratana loba, prosedurna geh lier nya kebel jeng dei mahal, kumaha rek ngadaftarken izin usaha jeng modal bae geh hese.” (repot kalau harus mendaftarkan izin usaha, persyaratananya banyak, prosedurnya yang membuat pusing dan juga mahal, bagaimana ingin mendaftarkan izin untuk modal aja susah).”(wawancara, 13/6/2011, 16:20, kediman informan)

Persyaratan dan prosedur usaha pertambangan memang tidak mudah dan membutuhkan proses yang cukup lama. Di Kabupaten Lebak sendiri pengurusan izin usaha pertambangan dilakukan melalui KPPT yang sebelumnya mendapatkan rekomendasi dari DISTAMBEN. Adapun persyaratan tiap izin usaha pertambangan untuk iup eksploitasi maupun eksplorasi yaitu meliputi persyaratan adminsitrasi, teknis, lingkungan,

dan financial. Sedangkan untuk memperoleh IPR harus memenuhi persyaratan administrasi, teknis, dan financial. perizinan di bidang usaha pertambangan dikelaurkan oleh KPPT setelah mendapatakan rekomendasi resmi dari Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak. adapun persyaratannya sebagai berikut:

1. Persyaratan izin pertambangan rakyat (IPR) a. Fotocopy KTP

b. Surat pernyataan dari masyarakat terdekat (izin lingkungan) dan diketahui oleh kepala desa.

c. Surat pernyataan pembuatan sumuran penambangan kedalaman maksimal 25 M

d. Surat pernyataan tidak menggunakan alata berat atau bahan peledak

e. Pembentukan kelembagaan kelompok, khusus permohonan untuk kelompok

f. Fotocopy sertifikat tanah/kuasa dari pemilik tanah g. Tanda bukti pembelian SJAP komoditas tambang h. Dokumen UKL-UPL atau SPPL

i. Rekomenadi dari kecamatan setempat

j. Peta pencadangan wilayah pertambangan asli dari UPIWP DISTAMBEN

2. Persyaratan kegiatan IUP Operasi produksi mineral logam dan batubara, mineral nukan logam dan batuan untuk badan usaha, perusahaan firma dan komoditer.

a. Peta dan batas koordinat wilayah pertambangan asli dari DISTAMBEN

b. Susunan direksi dan daftar pemegang saham c. Profil badan usaha

d. Surat keterangan domisili e. Laporan lengkap eksplorasi f. Laporan studi kelayakan

g. Rencana reklamasi dan pasca tambang h. Rencana kerja dan anggrana biaya

i. Rencana pembangunan sarana-prasarana penunjang operasi produksi

k. Pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup l. Dokumen lingkungan hidup (AMDAL atau UKL_UPL)

m. Lapran keungan tahun terkahir yang telah diaudit akuntan publik

n. Bukti pembayaran iuran tetap dari kegiatan eksplorasi

3. Persyaratan kegiatan IUP operasi produksi mineral logam dan batubara, mineral bukan logam dan batuan untuk koperasi

a. Peta dan batas koordinat wilayah pertambangan dari DISTAMBEN

b. Susunan pengurus c. Profil koperasi

d. Surat keterangan domisili e. Laporan lengkap eksplorasi f. Laporan studi kelayakan

g. Rencana reklamasi dan pasca tambang h. Rencana kerja dan anggaran biaya

i. Rencana pembangunan sarana-prasarana penunjang operasi produksi

j. Surat pernyataan tersedianya tenaga ahlipertambangan

k. Pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan lingkungan hidup l. Dokumen lingkungan hidup (AMDAL atau UKL_UPL)

m. Laporan keungan tahun terkahir yang telah diaudit akuntan publik

n. Bukti pembayaran iuran tetap dari kegiatan eksplorasi

o. Bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran lelang bagi pemenang lelang

p. Bukti status kepemilikan tanah q. Bukti izin kegiatan eksplorasi

r. Izin lingkungan dari masyarakat setempat s. Surat rekomenadi dari kecamatan

4. Persyaratan kegiatan IUP operasi produksi mineral logam dan batubara, mineal bukan logam dan batuan untuk perseorangan: a. Kartu tanda penduduk yang masih berlaku dan NPWP b. Surat keterangan domisili

c. Laporana lengkap eksplorasi d. Laporan studi kelayakan

f. Rencana kerja dan anggaran biaya

g. Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang operasi produksi

h. Surat pernyataan tersedianya tenaga ahli pertambangan dan atau geologiyang berpengalaman paling sedikit tiga tahun i. Pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan

perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

j. Dokumen lingkungan hidup (AMDAL atau UKL-UPL)

k. Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit akuntan publik

l. Bukti pembayaran iuran tetap dari kegiatan eksplorasi

m. Bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran lelan gbagi pemenang lelang WIUP yang telah berakhir

n. Bukti status kepemilikan hak atas tanah

o. Bukti izin kegiatan eksplorasi tahun sebelumnya p. Izin lingkungan dari masyarakat setempat yang terdekat q. Surat rekomendasi dari kecamatan setempat

Adapun alur prosedur perizinan usaha pertambangan adalahsebagai berikut:

Gambar.4.8

Mekanisme Perizinan Usaha Pertambangan

3. Masalah ekonomi

Perekonomian masyarakat di Bayah masih rendah dimana lapangan pekerjaan yang sempit menjadikan masalah kemiskinan dimasyarakat sehingga membuat masyarakat mencari jalan keluar dari kemiskinan semata-mata untuk menghidupi keluarga dengan menjadi penambang liar, yang kemudian semakin kuat dipicu oleh keberadaan cukong atau penadah yang mengharapkan keuntungan yang cepat dengan DISTAMBEN KPPT Berkas permohonan Pemeriksaaan berkas Pemeriksaan lapangan Rapat peritmbangan hasil pemeriksaan lapangan Rekomendasi Ditolak Disetujui Perhitungan retribusi Sk.diproses dan di tandatangan Pembayaran retribusi Selesai

mengandalakan para penambang liar. Hal ini juga dibenarkan oleh I.3

sebagai berikut:

“sebenarnya salah satu maraknya pertambangan ilegal karena masyarakat kesulitan untuk menghidupi keluarganya, lapangan pekerjaan terkadang yang tadinya berfrofesi sebagai nelayan tiba-tiba beralih menjadi buruh tambang karena kesulitan untung menagkap ikan, inilah yang harusnya menjadi tanggungjawab pemerintah.” (wawancara: 9/5/2011, 09:30, kantor Kecamatan Bayah)

4.2.3.3. “Pungutan” dalam kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara di Kecamatan Bayah

Dalam sebuah kegiatan yang potensial seperti pertambangan ternyata mendatangkan juga permasalahan yang kompleks. Keberadaan pertambangan tanpa izin atau gurandil yang seharusnya ditindak secara tegas dan mendapatkan pengarahan ternyata masih ada oknum yang memanfaaatkan keberadaan mereka. Dalam kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara, negara dan daerah menetapkan adanya iuran yang harus dibayar yang akhirnya masuk ke kas negara atau kas daerah, baik dalam bentuk retribusi maupun pajak yang harus dibayarkan oleh para pengusaha pertambangan.

Birokrasi Indonesia yang dikenal korup bahkan hingga level pemerintahan desa. Di Indonesia kita sudah mengenal dan sering mengalami pungutan yang tidak resmi yang dilakukan pejabat pemerintah. Punngutan yang tidak resmi dan bukan pada tempatnya atau tidak sesuai dengan aturan yang berlaku disebut pungutan liar. Dalam usaha pertambangan praktek pungli juga sering terjadi terlebih terhadap keberadaan PETI. Petugas yang

berwenang yang seharusnya ikut menangani masalah pertambangan tanpa izin ini malah ikut menutupi kegiatan mereka.

Di Kecamatan Bayah sendiri hal tersebut terjadi, dalam kegiatan pertambangan yang dilakukan tanpa izin ternyata para pengusaha atau pemodal tersebut pernah mengalami pungli seperti yang diutarakan oleh I.10

(DW) sebagai berikut:

“Najan cenah usaha bapak teh ilegal, ai pungutan mah aya bae eta ti pamarentah keneh bae, ngen kumaha nyah ai dibejakan ka saha jeng sabarahana mah ja bapak mah sien neng, bisi kumaha-kumaha bae pan kana usaha bapak”

(walaupun katanya usaha bapak teh ilegal, pungutan mah ada dari pemerintah juga, tapi bagaimana ya kalau dikasih tau berapa dan pada siapa, bapak juga takut neng, takut gimana-gimana aja dengan usaha bapak ).

(wawancara, 10/6/2011,09:30, lokasi tambang)

Apa yang disampaikan oleh informan diatas telah menegaskan bahwa memang ada pihak-pihak yang turut melindungi mereka dalam menjalankan usahanya namun karena rasa takut akan pejabat pemerintah tersebut informan tidak mau mengatakan pada siapa dan berapa pungutan yang mereka bayarkan. Beberapa kali peneliti mengkonfirmasi hal tersebut pada pengusaha pertambangan ilegal maupun legal namun hanya sedikit yang bicara akan fakta tersebut. kemudian peneliti menemukan fakta akan adanya “pungutan ” dalam usaha pertambangan yang diungkapkan oleh informan I.8 (BH) sebagai berikut:

“Setahu saya yah neng yang pertambangan tanpa izin itu juga membayar sejumlah uang pada pemerintah yang berwenang terhadap hal tersebut. Uang yang mereka berikan tersebut menjadi jaminan akan keberadaan usaha mereka agar tidak terjadi hal-hal

yang diinginkan seperti adanya operasi.” (wawancara, 28/5/2011, 13:30 kediaman informan)

Apa yang diungkapkan informan I.9 (YU) tersebut akhirnya dibenarkan oleh I.10 (DW) seperti di bawah ini:

“kumaha nyah neng, emang bener aya pungutan teh, ja nu mentana geh ti pihak pejabat keneh ieh, ku rumasa urang mah ilegal atu daek te dek ogeh ja kudu setor bae. eta the dibere jeng uang jaminan usaha urang pan bisi aya operasi penertiban atawa di laporken . ngen ku gedena sabaraha mah eta mah tergantung usaha tambang na neng, upami bapak mah kan usahana batubara trus make lahan perhutani, ja sok aya bae eta geh ti pihak perhutani kadie, atu ti pihak kemanan geh aya.”

(gimana ya neng, memang benar ada pungutan, yang mintanya dari pejabat juga, karena merasa ilegal mau tidak mau harus setor. itu diberikan sebagai uang jaminan usaha sayatakutnya ada operasi penertiban atau dilaporkan, cumin seberapa besar itu tergantung usaha tambangnya, kalau bapak usahanya di batubara dan memakai lahan perhutani suka ada juga dari pihak perhutani kemari, juga ada dari pihak keamanan juga ada).

(wawancara, 10/6/2011, 09:30, Lokasi tambang)

Berdasarkan pemaparan informan diatas menegaskan bahwa pejabat atau pemerintah itu sendiri yang turut andil menumbuh kembangkan danya pertambangan ilegal. Bukannya berupaya mengurangi hal tersebut, pungutan yang diberikan atau bahkan diminta oleh pengusha tambang tersebut sebagi upaya perlindungan terhadap kegiatan usaha yang mereka lakukan yang tentunya hal ini menyebabkan kerugian bagi keuangan daerah maupun negara namun disisi lain ternyata menguntungkan pihak-pihak yang tidak bertangungjawab tersebut. peneliti mencoba mengkonfirmasi hal tersbut kepada pihak terkait yang disebutkan namun tidak ada yang mau memberi tanggapan secara jelas. seperti yang diungkapkan salah satu pegawai Perhutani Bayah I.11 (IM) sebagai berikut:

“jika ada pertambangan tanpa izin di areal perhutani kami melakukan tindakan dengan melaporkan ke pihak berwenang yaitu penyidik polri dan dibuat laporan, kami tidak pernah meminta pungutan agar hal ini ditutup-tuutpi. tami kami tidak tahu kalau mungkin ada pungutan yang diminta dari pihak lain” (wawancara, 26/5/2011, 10:25, KPH Bayah)

Peneliti berpendapat apa yang dikatakan para pengusaha pertambangan tersebut tidak mungkin hanya mengada-ngada, namun juga tidak ada konfirmasi resmi dari dinas terkait terhadap masalah tersebut. bahwa praktik-prakti perdamaian adalah hal yang telah menjadi rahasia umum, namun tindakan itu seolah-olah memperoleh legitimasi secara de facto bahwa perbuatan atau tindakan “damai” dalam menyelesaikan sebuah kendala yuridis cenderung telah menjadi budaya hukum bangsa ini.

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Penelitian mengenai Pengawasan Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lebak Dalam Penyelenggaraan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara di Kecamatan Bayah dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengawasan Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lebak terhadap usaha pertambangan khusunya di Bayah terhambat kendala kurangnya personil pengawasan dari interen dinas sendiri, pelaku kontrol yang tidak proposional dengan luas wilayah , jadwal pengawasan yang kurang intensif yang dilakukan DISTAMBEN, serta masih minimnya anggaran yang dialokasikan untuk pengawasan usaha pertambangan dan masih kurangnya peralatan yang mendukung pengawasan hal tersebut membuat pengawasan kurang optimal, sehingga masih terdapat masalah-masalah dalam kegiatan usaha pertambangan

2. Kurangnya pelaksanaan koordinasi dengan dinas terkait lain seperti Badan Lingkugan Hidup, Dinas Perhubungan serta aparatur di Kecamatan yaitu dengan muspika Kecamatan Bayah.

3. Masih rendahnya upaya Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lebak dalam menganggulangi masalah gurandil di Bayah dan wilayah selatan lainnya, kurangya pembinaan kepada para penambang legal terhadap

pentingnya perizinan usaha serta kegiatan pertambangan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta kesehatan dan keselamatan kerja. Keberadaan PETI menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, serta pendapatan daerah. Keberadaan peti disebabkan beberapa faktor yaitu, pola pikir masyarakat setempat yang menganggap bahwa segala potensi tambang yang ada merupakan milik warga, persyaratan dan prosedur perizinan yang berbelit-belit dan lama, serta masalah ekonomi yaitu kemiskinan yang dialami masyarakat.

5.2. Saran

Dari hasil pengkajian dan analsisis yang dilakukan dalam penelitian mengenai Pengawasan Dinas Pertambangan Dan EnergiKabupaten Lebak Dalam Penyelenggaraan Pertambangan Umum Di Kecamatan Bayah, maka peneliti mencoba memberikan saran sebagai berikut:

1. Potensi Pertambangan atau bahan galian mineral dan batubara di Bayah merupakan sumber daya yang potensial untuk menyumbang pendapatan daerah maka dari itu Dinas Pertamabngan adan Energi Kabupaten Lebak harus semakin menekan angka penambang ilegal sehingga iklim investasi di bidang pertambangan semakin kondusif.

2. Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak untuk menambah personil pengawasan sehingga dapat melakukan pengawasan dengan optimal dan dapat menjangkau semua wilayah di Kabuapaten Lebak atau

bila perlu adanya unit pelaksana tugas Dinas Pertambangan Dan Energi di wilayah selatan mengingat besarnya potensi tambang di wilayah selatan. 3. Menjalin koordinasi yang baik dengan instansi terkait serta organisasi

taktis di kecamatan seperti Camat, Polsek dan Danramil serta organisasi eksternal lain yang turut mengontrol kegiatan pertambangan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan seperti lembaga swadaya masyarakat.

4. Melakukan pembinaan yang lebih intensif terhadap para penambang ilegal untuk diarahkan menjadi pertambangan yang memiliki izin dan melakukan pertambangan sesuai denga aturan yang berlaku sehingga kegiatan pertambangan tersebut berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dengan tingkat kesehatan dan keselamatan kerja yang tinggi.