• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN LEBAK DALAM PENYELENGGARAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI KECAMATAN BAYAH - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGAWASAN DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN LEBAK DALAM PENYELENGGARAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DI KECAMATAN BAYAH - FISIP Untirta Repository"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWASAN DINAS PERTAMBANGAN DAN

ENERGI KABUPATEN LEBAK DALAM

PENYELENGGARAAN USAHA

PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

DI KECAMATAN BAYAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ilmu sosial pada program studi ilmu administrasi negara

Oleh: KHAERUNISA

NIM.072652

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULATAN AGENG TIRTAYASA

(2)

ABSTRAK

Khaerunisa. NIM.072652. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.. Pengawasan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak dalam Peneyelenggaraan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara di Kecamatan Bayah. Kata kunci: pengawasan kebijakan.

(3)

ABSTRACT

Khaerunisa. NIM.072652. Public Administration Program. Faculty of Social and Politicals. Sultan Ageng Tirtayasa University. Monitoring Department of Mines and Energy Business Operation of Lebak in Mineral and Coal Mining in Bayah. Keywords: policy control.

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latarbelakang Masalah

Indonesia memiliki beranekaragam sumber daya alam, diantaranya sumber daya pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan (galian tambang), perternakan, mineral, minyak bumi, dan lainnya yang telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia dalam mencapai kesejahteraan. Sumber daya alam tersebut baik digunakan untuk kebutuhan sehari-hari juga digunakan untuk kebutuhan industri. Salah satu potensi sumber daya alam yang cukup potensial untuk dikembangkan yaitu potensi pertambangan.

(5)

Berdasarkan jurnal Masa Depan Investasi Pertambangan Indonesia karya Achmad Aris, Indonesia menempati posisi produsen terbesar kedua untuk komoditas timah, posisi terbesar keempat untuk komoditas tembaga, posisi kelima untuk komoditas nikel, posisi terbesar ketujuh untuk komoditas emas, dan posisi kedelapan untuk komoditas batubara. Kekayaan tambang Indonesia yang sudah dikeruk puluhan tahun ternyata hanya menghasilkan 11 persen dari pendapatan ekspor dan menyumbang 25 persen dari pendapatan domestik.

Melimpahnya kekayaan sumber daya pertambangan tersebut pemerintah mengatur regulasinya dalam Undang-undang No 11 Tahun 1967 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Secara substantif terdapat perbedaan mendasar antara kedua Undang-undang tersebut yaitu dalam penggolongan bahan galian, dan sistem pengelolaanya. Penggolongan bahan galian dalam UU No.4 Tahun 2009 diatur berdasarkan pada kelompok usaha pertambangan yaitu pertambangan mineral dan pertambangan batubara. Pertambangan mineral digolongkan menjadi empat jenis yaitu pertambangan mineral radioaktif, mineral logam, mineral bukan logam, dan pertambangan batuan.

(6)

mengoptimalkan pendapatan dari pengusahaan sumber daya tersebut sehingga dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.

Seiring diterapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah maka setiap daerah memiliki hak untuk mengelola sendiri segala urusan pemerintahanya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di daerahnya. Maka pemerintah daerah juga memiliki kewenangan dalam mengelola segala sumber daya alam yang dimilki daerahnya dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat, karena otonomi daerah pada prinsipnya bertujuan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalangkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat serta peningkatan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu secara nyata, dinamis, dan bertanggungjawab. (Widjaja, 2002:79)

Otonomi daerah telah memberikan kewenangan dalam memanfaatkan segala sumber daya yang ada di daerah, termasuk pemanfaatan dan pengelolaan pertambangan. Atas dasar otonomi daerah sesuai kewenangannya pengelolaan bahan galian mulai dari penerbitan izin sampai dengan pengawasan dan pengendalian berada ditangan pemerintah daerah Kabupaten atau Kota. Adanya penyerahan urusan pertambangan kepada daerah disatu sisi telah mendorong tumbuh kembang dan bergairahnya investasi di bidang pertambangan.

(7)

yaitu Kabupaten Lebak terutama Lebak bagian selatan. Bahan galian yang menjadi andalan daerah dan berpotensi untuk dikembangkan dalam skala besar sebagai peluang usaha yang memiliki prospek untuk investasi adalah emas, batubara, minyak bumi, zeolit, bentonit, felspat, pasir kuarsa, dan batu kapur. potensi bahan galian di Banten dapat dilihat dari gambar berikut:

Gambar.1.1

Potensi Bahan Galian di Provinsi Banten

(8)

gamping, kausit marmer, batu sempur, tras, batu belah, sirtu, opal, batu besi, emas dan perak, fosfat, galena dan batu bara.

Berdasarkan potensi pertambangan yang beraneka ragam dan potensial tersebut maka Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Pertambangan Umum yang kemudian diganti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No.1 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara sebagai penyesuain dari Undang-undang baru dibidang pertambangan yaitu Undang-undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Tujuan adanya kebijakan ini yaitu upaya pemerintah Kabupaten Lebak dalam mempercepat pembangunan ekonomi dalam mewujudkan kemandirian daerah maka perlu dilakukan pengaturan mengenai pembinaan, pengembangan, pengendalian, pengawasan, dan penggalian potensi dalam pengelolaan pertambangan umum sebagai upaya pemanfaatan sumber daya mineral, energi dan bahan galian. Kegiatan tersebut memiliki dampak terhadap lingkungan hidup, sosial, budaya, maupun, kesejahteraan masyarakat sehingga dalam pengelolaannya perlu memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan hidup di dalamnya.

(9)

pertambangan secara efektif dan efisien yang didukung upaya inventasrisasi dan pemetaan serta eksplorasi dan eksploitasi.

Perkembangan kegiatan usaha pertambangan di Kabupaten Lebak terus meningkat, dimana semakin banyak masyarakat dan investor yang menanam investasi di bidang pertambangan di Kabupaten Lebak. Sektor pertambangan di Kabupaten Lebak telah menyumbang pendapatan yang cukup besar bagi kas daerah, penerimaan dari sektor pertambagan terdiri dari pajak bahan galian golongan C, dan retribusi dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 1.1

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah

Dari Sektor Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Tahun

Anggaran

Target Realisasi % Lebih kurang

2006 2,260,000,000.00 2,296,221,452.00 101.60 36,221,452.00 2007 2,300,000,000.00 2,313,466,496.00 100.59 13,466,496.00 2008 2,500,000,000.00 3,302,854,546.00 132.11 802,854,546.00 2009 3,500,000,000.00 2,712,266,900.00 77.49 (787,733,100.00) 2010 3,870,450,000.00 1,958,580,200.00 50.60 (1,911,869,800.00)

(Sumber: Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah, 2011 )

(10)

lingkungan yang akhirnya berimplikasi terhadap permasalahan sosial, ekonomi, serta budaya masyarakat. Akibat kegiatan di sektor pertambangan sebagian ruas jalan di Kabupaten Lebak rusak berat akibat adanya pengangkutan bahan galian yang melebihi tonase, serta kompleksitas permasalahan lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan di sektor pertambangan.

Fenomena tersebut juga terjadi di Kecamatan Bayah. Kecamatan Bayah merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Lebak yang memiliki potensi pertambangan yang beragam dan potensial, maka dari itu Kecamatan Bayah ditetapkan sebagai areal zona tambang berdasarkan Rencana Tata Ruang Wialayah Kabupaten Lebak. Potensi bahan galian di Kecamatan Bayah dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1.2

Potensi Bahan Galian di Kecamatan Bayah

No Jenis Galian Deposit

1. Batu Belah +/- 473,75 Ha/332.598.750 M3

2. Sirtu

3. Batu Pasir Kuarsa +/-3.675 Ha/2.055.060.000 ton 4. Pasir Besi +/-43,75 Ha

5. Batu Besi +/- 15 Ha

6. Tras +/-118,75 Ha/24.937.500 ton

7. Batu Gamping 2.112,5 Ha/1.090.176.000 ton

8. Kalsit

9. Fosfat +/- 10 Ha/925 ton 10. Batu Hias

11. Zeolit +/-218,750 Ha/55.125.000. M3 12. Lempung +/-746.875 Ha/225.780.000. ton

13. Galena +/- 10 Ha

14. Pasir Darat 15. Emas dan Perak

16. Batubara +/-9.500.000 ton

(11)

Beragam dan besarnya potensi pertambangan di Kecamatan Bayah telah mengundang investor yang akan membangun pabrik semen, hal ini disebabkan karena bahan-bahan material pendukung atau bahan baku tersedia di Kecamatan Bayah seperti batu kalsit, tanah liat dan bahan baku lainnya. Diharapkan pembangunan pabrik semen ini dapat mengoptimalkan sumber daya pertambangan yang ada di Kecamatan Bayah dan membuka lapangan pekerjaan serta menambah pendapatan terhadap kas daerah Kabupaten Lebak namun tetap dapat menjaga kelestarian lingkungan. Namun dari kekayaan alam yang potensial tersebut terdapat beberapa permasalahan dalam pemanfaatannya.

Potensi bahan galian yang melimpah di Bayah disebabakan karena secara geologis, berada pada zona fisiografis Kubah Bayah. Kondisi struktur geologinya kompleks, campur aduk antara perlipatan, penyesaran, pengangkatan, terobosan-terobosan batuan beku, dan endapan-endapan gunung api tua. Umurnya terentang dari Eosen hingga Pliosen. Formasi batuan tertua berumur Eosen disebut sebagai Formasi Bayah yang diendapkan pada lingkungan transisi daratan/sungai ke delta dan laut dangkal. Formasi ini tersebar di sekitar Kota Bayah. (www.blogklipingcilangkahan.com)

(12)

tidak adanya pemahaman akan teknik penambangan yang benar sehingga sering menelan korban jiwa, keberadaan pertambangan tanpa izin tersebut biasanya merupakan pertambangan rakyat dengan peralatan yang tradisional. Beberapa lokasi adanya PETI di Bayah yaitu di desa pasir gombong yang didominasi penambang lumpur emas ilegal, yang mengolah lumpur dari kegiatan ekspolitasi PT. Antam yang beroperasi di Cikotok, desa Cimancak, Cidikit, Bayah Barat dan Desa Suakan. Menurut Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kabupaten Lebak, menyatakan sekitar 20 titik lokasi pertambangan lumpur emas, sebagai berikut:

Tabel 1.3

Lokasi Penambang Lumpur Emas Ilegal

Lokasi Jumlah

Desa Bayah Barat 5

Desa Suwakan 3

Desa Pasir Gombong 6

Desa Cimancak 3

Desa Cidikit 3

(Sumber: Kecamatan Bayah, 2010)

(13)

menunjukan masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pertauran perizinan usaha pertambangan.

Kedua, Para pengusaha pertambangan tidak melengkapi dokumen

pengelolaan lingkungan yang harusnya dimiliki setiap pengusaha pertambangan berupa AMDAL/ANDAL atau UKL, UPL, dan SPPL. Di Kabupaten Lebak Dinas terkait megizinkan usaha pertambangan hanya dengan UKL, UPL, dan SPPL sehingga pengelolaan lingkungan pertambangan menjadi tidak optimal padahal berdasarkan observasi peneliti sudah semestinya perusahaan pertambangan melengkapi dokumen pengelolaan lingkugan berupa amdal, terutama bagi kegiatan pertambangan yang menggunakan bahan kimia dan alat-alat tekhnologi tinggi. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan yaitu penggunaan B3 dalam pengolahan bahan tambang. Berdasarkan data di Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lebak beberapa pengusaha pertambangan yang semestinya melengkapi dokumen amdal diijinkan hanya dengan UPL,UKL dikarenakan pengusahaa tersebut belum mampu untuk menyusun AMDAL, tidak dapat dipungkiri bahwa penyusunan AMDAL tidak sedikit memakan biaya apalagi bagi pengusaha dengan modal kecil.

Ketiga, terjadi kerusakan lingkungan yang cukup memperihatinkan di

(14)

sungai di wilayah Bayah terjadi semakin cepat akibat kegiatan pertambangan yang cukup intens, tidak hanya berdampak pada kelestarian sungai, juga maraknya terjadi penebangan hutan yang digunakan dalam kegiatan pertambangan batubara.

Keempat, adanya konflik antara pemerintah daerah dengan masyarakat terkait

dengan penertiban pegusaha pertambangan tanpa izin. Masyarakat menganggap mereka melakukan pertambangan di lahannya sendiri dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Masyarakat dan pengusaha pertambangan di Bayah menganggap pemerintah daerah boleh saja berlindung pada aturan hukum berupa perizinan, namun ada hal yang lebih penting dipertimbangkan yaitu benda tambang yang ada di Bayah bukan milik orang lain, tetapi milik warga Bayah sendiri. Pemerintah kabupaten dianggap lebih mementingkan investasi dan memberikan kekayaan kepada warga asing sedangkan masyarakat Bayah hanya dijadikan penonton dan sengsara di atas timbunan kekayaan sendiri. Dalam upaya penertiban sering terjadi bentrok anatara masyarakat dengan pemerintah.

Kelima yaitu Masih kurangnya upaya reklamasi yang dilakukan para

(15)

Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lebak merupakan pelaksana kewenangan administratife dan teknis dalam penyelenggaraan usaha pertambangan mineral dan batubara di Kabupaten Lebak sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No.1 Tahun 2011, Selain mengawasi dinas tersebut bertugas untuk memberikan bimbingan dan arahan bagi izin usaha pertambangan maupun izin pertambangan rakyat, dimana Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak berperan dalam mengawasi setiap penyelenggaraan usaha pertambangan mineral dan batubara. Maka penelitian ini diberi judul “Pengawasan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak dalam Penyelenggaraan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara di Kecamatan Bayah”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasikan permasalahan-permasalahan yang ada sebagai berikut:

1. Masih maraknya usaha pertambangan tanpa izin (ilegal minning)di Kecamatan Bayah.

2. Pengusaha pertambangan tidak melengkapi dokumen pengelolaan lingkungan.

3. Kerusakan lingkungan di Kecamatan Bayah akibat kegiatan pertambangan yang mengancam kelestarian lingkungan.

(16)

5. Masih kurangnya upaya reklamasi yang dilakukan oleh pengusaha pertambangan baik saat kegiatan berlangsung maupun pasca tambang.

1.3. Batasan Masalah

Peneliti menyadari bahwa dalam permasalahan pengelolaan pertambangan dengan kebijakan terkait yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Pertambangan Umum yang diganti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No.1 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara sangatlah luas dan kompleks dan karena keterbatasan yang dimiliki peneliti baik materi, tenaga, dan waktu maka peneliti membatasi masalah ini dengan memfokuskan pada Pengawasan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak dalam Penyelenggaraan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara di Kecamatan Bayah.

1.4. Rumusan Masalah

(17)

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian Tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah untuk Mengetahui bagaimana pengawasan Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lebak dalam penyelenggaraan usaha pertambangan mineral dan batubara di Kecamatan Bayah.

1.6. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan praktis.

a. Manfaat Teoritis

Dalam penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan materi-materi pengajaran mengenai kebijakan publik khususnya mengenai pengawasan dalam implementasi kebijakan.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu penegakan pertaturan yang berlaku dalam penyelenggaraan usaha pertambangan mineral dan batubara di Kabupaten Lebak dan memberikan solusi terhadap keberadaan penambang tanpa izin di Kabupaten Lebak pada umumnya dan di Kecamatan Bayah secara khusus.

1.7. Sistematika Penulisan

(18)

Dalam Bab I ini dibahas beberapa sub-bab diantaranya Latar Belakang yang membahas mengenai gambaran umum dan ruang lingkup permasalahan yang dijelaskan secara deduktif dimana diuraikan dari bahasan yang bersifat umum menjadi bahasan yang lebih bersifat khusus lagi. Identifikasi masalah mencoba mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul di lapangan atau lokus penelitian. Pembatasan dan perumusan masalah mencoba membatasi ruang lingkup masalah yang ada agar lebih terfokus pada pembahasan yang akan diteliti oleh peneliti, dan rumusan masalah adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diteliti dan dicari jawabannya oleh peneliti.

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai; Deskripsi Teori, Deskripsi Kebijakan, Kerangka Berfikir Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai; Metode Penelitian, Instrumen Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik Pengolahan dan Analisis Data, Lokasi dan Waktu Penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai; Deskripsi Obyek Penelitian, Deskripsi Data, Informan Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB V PENUTUP

(19)

BAB II

DESKRIPSI TEORI

2.1. Pengertian Pengawasan

Pengawasn merupakan salah satu fungsi manajemen. Pengawasan dapat didefinisikan sebagai poses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manejemen tercapai. Keseluruhan pengawasan adalah aktivitas membandingkan apa yang sedang atau sudah dikerjakan dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. (Handoko, 2003:359). Pengertian pengawasan menurut beberapa tokoh dalam Syafiie (2006:2) diantaranya:

Lyndall F. Urwick mendefinisikan pengawasan sebagai upaya agar sesuatu

dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan instruksi yang telah dikeluarkan.

Menurut Henry Fayol pengawasan adalah ketepatan dalam menguji apa pun sesuatu persetujuan, yang disesuaikan dengan instruksi dan prinsip perencanaan, yang sudah tidak dapat dipungkiri lagi.

(20)

“Controlling can be definied as the process of detrmining what is to accomplished, that is the standar, what is being accomplished, this is the performance, evaluating the performance, and if necessary applying corrective measure si that performance takes places according to plans, that is in conformity with the standar”.

Prof. Stephen Robin dalam Syafiie (2006:83) mengatakan sebagai berikut:

“Control can be definied as the process of monitoring activities to ensure they are being accomplished as planned and correcting any significant devisionis.” (pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses mengikuti perkembangan kegiatan untuk menjamin (to ensure) jalannya pekerjaan, dengan demikian dapat selesai secara sempurna (accomplished) sebagaimana yang direncanakan sebelumnya dengan pengoreksian beberapa pemikiran yang saling berhubungan).

Menurut Mc. Farland dalam Handayaningrat (1996:143) pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mnegtahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, atau kebijaksanaan yang telah ditentukan.

2.2. Pengertian Kebijakan

James E. Anderson (Wahab, 2010:2) merumuskan kebijaksanaan sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Kemudian menurut Perserikatan Bangsa-bangsa kebijaksanaan diartikan sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman itu boleh jadi amat sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitatif, publik atau privat.

(21)

"The word policy commonly use to designate the most important choices made either in organized or in private life... policy is free for many undesirable connotation clustered about the word political, which is often beleived to imply partisanship or corruption"

Dunn dalam bukunya Pengantar Analisis Kebijakan Publik (2000: 51), mendefinisikan kata kebijakan dari asal katanya, secara etimologis istilah policy atau kebijakan berasal dari bahasa Yunani, Sanksekerta dan Latin, akar kata dalam bahasa Yunani dan Sanksekerta yaitu polis (Negara-Kota) dan pur (Kota). Hogwood dan Gunn dalam Wicaksono (2006:153) menyebutkan sepuluh penggunaan istilah kebijakan dalam pengertian modern, diantaranya:

a. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas (as a label for a field of activity) Contohnya: statemen umum pemerintah tentang kebijakan ekonomi, kebijakan industry, atau kebijakan hukum dan ketertiban. b. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan

(as expression of general purpose or desired state of affairs) Contohnya: untuk menciptakan lapangan kerja seluas mungkin atau pegembangan demokrasi melalui desentralisasi.

c. Sebagai proposal spesifik (as specific proposal) Contohnya: membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10 hektar atau menggratiskan pendidikan dasar.

d. Sebagai keputusan pemerintah (as decesions of government) Contohnya: keputusan kebijakan sebagaimana yang diumumkan Dewa Perwakilan Rakyat atau Presiden.

e. Sebagai otorisasi formal (as formal authorization) Contohnya: tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau lembaga-lembaga pembuat kebiijakan lainnya.

f. Sebagai sebuah program (as a programe) Contonya: sebagai ruang aktivitas pemerintah yang sudah didefinisikan, seperti program reformasi agrarian atau program peningkatan kesehatan perempuan. g. Sebagai output (as output) Contohnya: apa yang secara aktual telah

disediakan, seperti sejumlah lahan yang diredistribusikan dalam program reformasi agraria dan jumlah penyewa yang terkena dampaknya.

(22)

i. Sebagai teori atau model (as a theory or model) Contohnya apabila kamu melakukan x maka akan terjadi y, misalnya apabila kita meningkatkan insentif kepada industri manufaktur, maka output industry akan berkembang.

j. Sebagai sebuah proses (as a process) Sebagai sebuah proses yang panjang yang dimulai dengan issues lalu bergerak melalui tujuan yang sudah di (setting), pengambilan keputusan untuk implementasi dan

2.3. Pengertian Publik

Di Indonesia “publik” dipahami sebagai “negara” atau “umum”. Secara etimologis publik berasal dari sebuah kata Yunani yakni “Pubes” yang berarti kedewasaan secara fisik, emosional maupun intelektual. Dalam persfektif Sosiologi dan Psikologi “Pubes” seringkali disebut dalam terma lain yakni “puber”. Terma puber kemudian di interpretasikan sebagai tahapan kehidupan sosial dalam masa transisi dimana yang mulanya berorientasi pada diri sendiri menjadi memikirkan orang lain di luar dirinya. (Wicakosno, 2006:30)

Pengertian public dalam Syafei (2006:18) yaitu sejumlah manusia yang memilikikebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap, dan tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai yang mereka miliki. Dalam bahasa Yunani, istilah public seringkali dipadankan pula denga istilah Koinon atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan kata common yang bermakna hubungan antar individu. Oleh karenanya public seringkali dikonsepkan sebagai sebuah ruang yang berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial atau setidaknya oleh tindakan bersama.

2.4. Kebijakan Publik

(23)

(Parsons, 2006:xi) sebagai “publik atau problem-problemnya”. Kebijakan publik membahas bagaimana isu-isu dan persoalan tersebut disusun dan didefinisikan, dan bagaimana kesemuanya itu diletakan dalam agenda kebijakan dan agenda politik. Kebijakan publik menurut Heidenheimer merupakan studi tentang “bagaimana, mengapa, dan apa efek dari tindakan aktif (action) dan pasif (inaction) pemerintah”.

Leslie A. Pal (1984:18) dalam Widodo (2008:12) mengemukakan bahwa kebijakan diartikan “as a course of a action or inaction chosen by public authorities to address a givern problem or interrelated set of problem”. Dye

dalam Islamy (2003:18) mengatakan bahwa Public policy is whats government do, why they do it, and what different it make (Kebijakan publik adalah segala

sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan dan apa perbedaan yang dihasilkan).

Dalam bukunya yang lain, Understanding Public Policy Dye menyebutkan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan. Kebijakan publik dari Thomas Dye dalam Subarsono (2010:2) tersebut mengandung makna bahwa:

1. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasata.

(24)

Pendapat senada dikemukakaan Edward III dan Sarkansky yang mengemukakan bahwa kebijakan publik adalah apa yang pemerintah katakan dan dilakukan atau tidak dilakukan. Kemudian Carl J. Frederich dalam (Islamy, 2003:17) menyatakan kebijakan sebagai:

“Serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau maksud tertentu”

Menurut William N. Dunn (2000:44) kebijakan publik adalah pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah. Sedangkan kebijakan publik menurut Harold Laswell dalam Nugroho (2004:3) adalah suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu dan praktek-praktek tertentu.

(25)

Anderson mengemukakan elemen yang terkandung dalam kebijakan publik yaitu sebagai berikut:

1. Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu.

2. Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah

3. Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah dan bukan apa yang bermaksud akan dilakukan

4. Kebijakan publik bersifat positif dan bersikap negative

5. Kebijakan publik yang bersifat positif selalu berdasarkan pada pertauran perundang-undangan tertentu yang bersifat memaksa.

Peter Bridgman dan Glyn Davis dalam (Wicaksono, 2006:65) menyatakan banyak definisi kebijakan publik menjadikan kita sulit menentukan definisi kebijakan publik, oleh karenanya kita dapat meninjaunya dalam lima karakteristik yaitu:

1. Memiliki tujuan yang didesain untuk dicapai atau tujuan yang dipahami.

2. Melibatkan keputusan beserta dengan konsekuensinya. 3. Terstruktur dan tersusun menurut aturan tertentu. 4. Pada hakikatnya politis

5. Bersifat dinamis

2.5. Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan juga merupakan suatu proses dalam kebijakan publik yang mengarah pada pelaksanaan dari kebijakan yang telah dibuat. Dalam praktiknya, implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks, bahkan tidak jarang bermuatan politis karena adanya intervensi dari berbagai kepentingan.

(26)

kebijakan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Mazmanian dan Sabatier (Widodo, 2008:87) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai:

“Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang akan diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya”.

Kamus Webster dalam Wahab (1997:59) implementasi diartikan sebagai “to provide the means for carrying out, to give practical effects to” (Implementasi

berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu tertentu). Van Meter dan Van Horn dalam Agustino (2006:153) mendefinisikan Implementasi Kebijakan sebagai “Policy implementation encompasses those actions by public and privat individuals (and groups) that are directed at the achievement of goals and

objectives set forth in prior policy decisions.”

Sementara Grindle dalam Agustino (2006:153) merumuskan definisi yang berbeda dari beberapa definisi-definisi di atas, beliau memandang implementasi sebagai berikut:

“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual project dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai”.

(27)

1. Bahwa implementasi ideal itu adalah produk dari organisasi yang padu.

2. Bahwa norma-norma akan ditegakan dan tujuan ditentukan

3. Bahwa orang akan melaksanakan apa yang diminta dan diperintahkan 4. Bahwa harus ada komunikasi yang sempurna di dalam dan di antara

organisasi

5. Bahwa tidak ada tekanan waktu 2.6. Pengawasan Kebijakan Publik

Kegiatan pemantauan dan pengawasan merupakan bentuk aktivitas dari kontrol yang tujuannya untuk mengendalikan pelaksanan suatu kegiatan agar tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Kontrol diartikan sebagai proses usaha untuk melihat dan menemukan apakah suatu kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan yang dirancanakan. Pemantauan atau monitoring merupakan prosedur analisis kebijakan yang digunakan untuk memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari kebijakan publik. Karena memungkinkan analisis mendeskripsikan hubungan antara operasi program kebijakan dan hasilnya, maka pemantauan merupakan sumber informasi utama dalam implementasi. Pengawasan dimaksudkan untuk menetapkan premis factual tentang kebijakan publik. Pemantauan menghasilkan kesimpulan yang jelas selama dan setelah kebijakan diadopsi dan diimplementasikan

Strategi pemantauan menurut Djoko Widodo (Widodo, 2006:94) sama dengan strategi dalam implementasi, yaitu:

1. Pelaku kontrol pelaksana kebijakan

(28)

a. Pelaku kontrol internal dapat dialakukan oleh unit atau bagian monitoring dan pengendalian dan badan pengawas daerah.

b. Pelaku kontrol eksternal dapat dilakukan oleh DPRD, LSM, dan komponen masyarakat.

2. Standar prosedur operasional pemantauan

Standar operating prosedur kontrol atas pelaksanaan kebijakan dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Organisasi harus menetapakan serangkaian tujuan yang dapat diukur dari aktivitas yang telah direncankan.

b. Alat montoring harus disusun untuk mengukur kinerja individu, program, atau system secara keseluruhan.

c. Pengukuran diperoleh melalui penerapan berbagai alat monitoring untuk mengoreksi setiap penyimpanagn yang berarti.

d. Tindakan korektif dapat mencakup usaha-usaha yang mengarah pada kinerja yang ditetapkan dalam rencana atau modifikasi rencana kearah mendekati (mencerminkan kinerja).

3. Sumber daya keuangan dan peralatan

(29)

Sumber anggaran untuk melaksanakan pengawasan berasal dari APBN dan APBD, LSM dan swadaya masyarakat.

Sementara itu peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan kontrol atas pelaksanaan suatu kebijakan macam, jenis dan besar kecilnya peralatan juga sangat tergantung kepada variasi dan kompleksitas pelaksanaan kebijakan yang dikontrol.

4. Jadwal pelaksanaan kontrol

Pelaksanaan kontrol dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Dalam kontrol internal dapat dilakukan setiap bulan, setiap triwulan atau setiap semester sekali. Dan dalam kontrol eksternal jadwal sulit ditentukan karena berada diluar organisasi dan bukan menjadi kewenangan organisasi yang bertanggungjawab.

Menurut Carter (Parson, 2006:477) sistem implementasi yang sukses melibatkan empat tipe kontrol, yaitu:

1. Koordinasi sepanjang waktu 2. Koordinasi pada waktu tertentu 3. Detail logistic dan penjadwalan

4. Penjagaan dan pemeilharaan batasan struktural.

(30)

diimplementasikan sesuai dengan tujuan dan sasaran serta menemukan kesalahan sedini mungkin sehingga mengurangi resiko yang lebih besar, melakukan tindakan modifikasi terhadap kebijakan apabila hasil monitoring mangharuskan untuk itu.

Terdapat lima langkah dasar yang dapat diterapkan dalam semua tipe kegiatan pengawasan menurut William H.Newman dalam (Handoko, 2003:367), yaitu:

1. Merumuskan hasil yang diinginkan 2. Menetapkan petunjuk

3. Menetapkan standar petunjuk dan hasil 4. Menetapkan jaringan organisasi

5. Menilai informasi dan mengambilk tindakan koreksi

Pengawasan implementasi kebijakan ada beberapa teknik pengawasan kebijakan yaitu:

1. Non-coersive (tanpa paksaaan yang wajar), aparatur kebijakan dalam mengejawantahkan regulasi tersebut tidak menggunakan sanksi yang resmi, hukuman ataupaun ganjaran. Kebijakan seperti ini harus didukung dengan kerjasama suakrela atau penerimaan dari warga masyarakat, instansi , lembaga, departemen yang dipengaruhinya.

2. Inspeksi, adapat diartikan sebagai bentuk pengujian untuk menentukan apakah implementasi kebijakan telah sesuai dengan standar resmi yang telah ditentukan.

(31)

sesuatu yang tidak dilarang. Lisensi digunakan untuk kepentingan-kepentingan tertentu.

4. Kontrak, digunakan pemerintah sebagai dasar unutk pengendalian ekonomi khusus, misalnya perusahaan yang menyuplai barang-barang atau jasa pada pemerintah harus tunduk pada peraturan dasar seperti gaji, jam kerja, dan kondisi kerja.

5. Perpajakan, Pajak menjadi sebauh instrument pengawasn kebijakan yang menekankan pada bidang ekonomi.

6. Sanksi, yaitu hukuman dan pengargaan yang dapat diterima oleh instansi atau individu untuk memberikan semangat atau motivasi dalam melaksanakan keputusan. Sanksi dapat dianggap sebagai teknik pengawasn tapi juga hukuman.

7. Prosedur informal, pengawasn yang dilakukan instasni atau badan atau dinas tertentu dalam menilai kebijakan atau program yang tengah atau telah diimplementasikan dapat diperoleh dari penggunaan prosedur informal.

Pemantauan atau pengawasan memiliki empat fungsi dalam analisis kebijakan (Dunn, 2000: 510) diantaranya:

(32)

2. Sebagai pemeriksaan, pemantauan membantu menentukan apakah sumber daya dan pelayanan yang dimaksud untuk kelompok sasaran memang telah sampai pada mereka.

3. Berfungsi sebagai akuntansi, dimana monitoring bermanfaat unutk melakukan akuntasni atas perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi setelah dilaksanakannya sejumlah kebijakan publik dari waktu kewaktu. 4. Eksplanasi, dimana pemantauan dapat menghimpun informasi yang dapat

menjelaskan mengapa hasil-hasil kebijakan publik dan program berbeda.

Dalam mewujudkan pencapaian tujun kegiatan yang efektif maka diperlukan prinsip-prinsip pengawasan yaitu:

1. Dapat merfleksikan sifat-sifat dan kebutuhan dari kegiatan-kegiatan yang

2. Harus dievaluasi.

3. Dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan 4. Fleksibel

5. Dapat mereflektif pola organisasi 6. Ekonomis

7. Dapat dimengerti

8. Dapat menjamin diadakannya tindakan korektif.

Dalam melaksankan pengawasan ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan. William N Dunn (2000:523-541) mengidentifikasi ada empat jenis pendekatan dalam monitoring, yakni:

1. Akuntansi System Sosial

(33)

Unsur analitis yang penting dari akuntansi system sosial adalah indikator sosial. Indikator adalah statistik yang mengukur kondisi dan perubahan sosial dari waktu ke waktu untuk berbagai segmen populasi.

2. Eksperimen Sosial

Eksperimen sosial disarankan digunakan untuk menemukan solusi masalah sosial dengan cara memaksimalkan perbedaan diantata berbagai tindakan kebijakan dalam suatu kelompok program yang kecil dan dipilih secara cermat dan mengkaji konsekuensi mereka.

3. Pemeriksaan Sosial (Social Auditing)

Pemeriksaan sosial secara eksplisit memantau hubungan antara masukan, proses, keluaran dan dampak sebagai usaha untuk mengikuti masukan kebijakan dari titik dimana masukan itu dikeluarkan ke titik dimana masukan dirasakan oleh penerima terakhir yang dimaksudkan dari sumber daya tersebut. Pemeriksaan sosial membantu menentukan apakah hasil kebijakan merupakan konsekuensi dari kecukupan masukan kebijakan ataukah sebagai akibat dari proses yang mengalihkan sumber daya atau pelayanan dari kelompok sasaran penerima manfaat yang diinginkan. Dalam pendekatan ini yang diukur bukan hanya sekedar hasil tersebut diperoleh masukan yang tidak boros, kemudian seberapa efektif sebuah system berproses untuk dapat menghasilkan output.

4. Sintesis Riset Dan Praktek

(34)

pengujian secara sistematis terhadap hasil-hasli implementasi kebijakan publikk di masa lampau. Dalam konteks ini ada kajian-kajian kristis dari penelitian tentang proses dan hal kebijaka masa lalu.

Pendekatan-pendekatan diatas dapat dimengerti dalam dua istilah utama yaitu:

1. Jenis-Jenis Pengendalian

2. Jenis-Jenis Informasi Yang Dibutuhkan

2.7. Konsep Pengelolaan Pertambangan

2.7.1.Prinsip Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan benar

Paradigma baru kegiatan industri pertambangan ialah mengacu pada konsep Pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan. Dalam penggunaan sumber daya alam haruslah berpedoman pada pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini dengan mengindahkan kemampuan generasi mendatang dalam mencukupi kebutuhannya.

(35)

terbaharui dilaksankan untuk menjamin kesinambungan ketersediannya dengan tetap memelihara dan menigkatkan kualitas nilai kesinambungan. (DEPHUKAM RI, 2007:14-16).

Konsep prinsip-prinsip pengelolaan dan pengusahaan bahan galian atau usaha pertambangan yang baik dan benar memiliki dimensi yang luas yaitu bahwa prinsip-prinsip pengelolaan pertambangan yang baik dan benar memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut (Sudrajat, 2010:142):

a.Mengendalikan distribusi pemanfaatan bahan galian, dengan prioritas utama diperuntukan bagi kepentingan bangsa dan negara

b.Menigkatkan mining recovery atau perolehan bahan galian semaksimal mungkin.

c.Menigkatkan efisiensi pemakaian bahan galian, sebagai upaya penghematan pemakaian bahan dasar industri berdimensi jangka panjang. Hal ini berkaitan dengan keberadaan bahan galian sebagai bahan yang tidak dapat terbarukan “non-renewable resource”. Artinya penghematan untuk generasi yang akan dating.

d.Menigkatkan perolehan devisa negara dari sector pertambangan.

Paradigma kegiatan usaha pertambangan yang baik dan benar (good mining practice) yaitu membangun peradaban suatu kegiatan usaha

(36)

memberi hasil yang optimal dan dampak buruk yang minimal. Good mining practice meliputi (Sudrajat, 2010: 145):

1. Penetapan wilayah pertambangan

2. Penghormatan atas pemegang hak kepemilikan hak atas tanah 3. Perizinan

4. Teknis Penambangan

5. Keselamatan dan kesehatan kerja 6. Lingkungan

7. Keterkaitan hulu-hilir/konservasi/nilai tambah.

Secara umum prinsip-prinsip pertambangan yang baik dan benar dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar.2.1

Paradigma pengelolaan pertambangan yang baik dan benar

Penerapan teknis pertambangan yang tepat: dan mineral bagi masyarakat

(37)

2.7.2. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan wilayah dan atau masyarakat dan daerah sekitar kegiatan usaha pertambangan khususnya dan negara pada umumnya merupakan bagian proses dari penataan sistem pengelolaan pertambangan yang baik dan benar yang diharapkan dapat mengoptimalisasikan pemanfaatan bahan galian. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat harus berdimensi kedepan dalam kerangka mempersiapkan wilayah dan masyarakat sekitar pertambangan dapat mengembangkan kemandirian daerah, bentuk-bentuk programnya misalnya meliputi (Sudrajat, 2010:148):

1. Pembinaan dan pengembanagn SDM 2. Pengembangan system pelayanan kesehatan

3. Pembinaan dan pengembangan kegiatan dan pertumbuhan ekonomi. 4. Pengembangan wilayah berdimensi jangka panjang, berkesinambungan

dan berkelanjutan

5. Melakukan pola-pola kemitraan

2.8. Tahapan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang. berikut ini akan dijelaskan tahapan dalam kegiatan usaha pertambangan:

1. Tahapan penyelidikan bahan galian

(38)

gagalnya sebuah kegiatan eksploitasi. Artinya untuk kebanyakan bahan galian sangat tidak mungkin kegiatan eksplorasi dilakukan secara ujug-ujug. Adapun tahapan kegiatan eksplorasi bahan galian adalah:

a. Studi Pendahuluan

Studi Pendahuluan merupakan kegiatan persiapan sebelum melakukan penyelidikan langsung di lapangan. adapun kegiatan studi pendahuluan meliput:

1. Studi literature,

2. Membuat rencana kerja dan peta kerja, 3. Denga luas area yang di-plotting sangat luas, 4. Membuat rencana pengambilan contoh,

5. Cadangan yang diketahui bersifat spekulatif dengan tingkat kesalahan antara 80% sampai dengan 90%,

6. Mempersiapkan aspek administrative, surat-surat untuk instansi terkait, aspek legalitas perusahaan dan lainnya,

7. Mencari data tentang budaya dan aspek sosial ekonomi setempat.

b. Survei Tinjau

Survei Tinjau merupakan kegiatan penyelidikan eksplorasi dilapangan, sifatnya hanya peninjauan sepintas pada daerah-daerah yang sebelumnya diperkirakan menarik dari sisi data geologi, sehingga dari kegiatan ini diharapkan dapat diketahui indikasi mineralisasi bijih bahan galian.

c. Eksplorasi Pendahuluan

(39)

dilakukan sebelumnya. Penyelidikan paa tahap ini dapat dilakukan dengan metode eksplorasi geokimia adan geofisikan (gabungan). Metode eksplorasi dengan mempergunakan geokimia dimaksudkan untuk mengetahui penyebaran bijih yang dicari, dengan cara melakukan penelitian dan pengambilan contoh tanah di darat dan memperluas pengambilan jenis contoh. Sedangkan eksplorasi dengan metode geofisika merupakan metode yang berlandaskan bahwa lapisan-lapisan penyusun bumi mempunyai sifat-sifat fisik tertentu.

d. Eksplorasi Umum

Kegiatan eksplorasi umum merupakan bagian dari penyelidikan pendahuluan dengan cakupan luas areal penyelidikan lebih kecil.

e. Eksplorasi Detail dan Rinci

Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secaraterperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk dan dimensi sebaran, kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informas imengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup. Kegiatan ekspolrasi rinci merupakan kegiatan tahap penyelidikan lapangan terakhir yang dilakukan. Dalam tahap ini area atau daerah yang diteliti merupakan daerah terpilih dan dibatasi.

(40)

Studi kelayakan merupakan salah satu kewajiban normatif yang harus dipenuhi dan prasyarat untuk memperoleh IUP Operasi Produksi. aspek-aspke yang menjadi kajian dalam studi kelayakan yaitu:

a. Aspek kajian teknis, meliputi:

1. Kajian hasil eksplorasi, berkaitan dengan aspek geologi, topografi, sumur uji, aprit uji, pemboran, kualias endapan, dan jumlah cadangan.

2. Hasil kajian data-data eksplorasi tersebut, sebagai data teknis dalam menentukan pilihan sistem penambanganterbuka, tambang bawah tanah, atau campuran.

b. Aspek kajian non teknis, meliputi:

1. Kajian peraturan perundang-undangan yang terkait aspek ketenagakerjaan, aturan K3, sistem perpajakan, dan retribusi, aturan administrasi pelaporan kegiatan tambang, dan lain-lain. 2. Kajian aspek sosial budaya dan adat istiadat masyarakat

setempat, meliputi kajian aspek hukum adat yang berlaku, pola prilaku dan kebiasaan masyarakat setempat.

(41)

d. Kajian kelayakan ekonomis, adalah perhitungan tentang kelayakan ekonomis, berupa estimasi-estimasi dengan mempergunakan beberapa metode pendekatan

e. Kajian kelayakan lingkungan, berbentuk AMDAL dan UKL-UPL. Kajian lingkungan untuk indsutri pertambangan merupakan kegiatan wajib AMDAL, karena baik dari sisi intensitas, ruang lingkup kegiatan, maupun dari sisi operasional dan penjgolahan bahan galian merupakan kegiatan-kegiatan yang dampak menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan.

3. Eksploitasi Bahan Galian

Pemilihan cara atau sistem penambangan sendiri ditentukan berdasarkan hasil kajian studi kelayakan sebagaimana diuraikan diatas. Sistem penambangan secara umum terbagi dalam dua sistem yaitu:

1. Tambang Terbuka (Surface Mining)

(42)

tambang (Land Clearing), pengupasan tanah penutup (Over Burden), penggalian atau pembongkaran bahan galian (Digging)

2. Tambang Bawah Tanah (Undeerground Mining)

Pemilihan metode penambangan dengan tambang bawah tanah sangat ditentukan oleh beberapa faktor teknis kondisi geologi bahan galian yang akan di tambang dan faktor pendukung lainnya. Faktor-faktor teknis dan pendukung tersebut terdiri dari:

a. Ukuran bahan galian b. Kemiringa nbahan galian c. Kedalaman bahan galian d. Proyeksi waktu penambangan e. Kualitas bahan galian

f. Fasilitas lokal yang tersedia

g. Kekuatan bahan galian dan batuan samping bahan galian

4. Pengolahan dan pemurnian

Pengolahan bahan galian dimaksudkan untuk memperoleh recovery dari bahan galian secara maksimal, guna mencapai nilai tambah secara maksimal pula. Dalam sistem pengolahan bahan galian sanagt dipengaruhi oleh karakteristik bahan galian yang akan diolah, yaitu:

a. Sifat fisik bahan galian

b. Jenis mineral utama dan komposisi mineral yang terdapat dalam bahan galian

(43)

2.9. Kerangka Berpikir

Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Banten yang memiliki potensi bahan galian yang potensial dan beragam yang tersebar di 28 Kecamatan. Potensi bahan galian tersebut tentulah akan membawa keuntungan bagi daerah yaitu dapat menjadi salah satu penyumbang ke kas daerah atau APBD jika dikelola dengan baik, namun kegiatan usaha pertambangan memilki sisi buruk terhadap lingkungan sehingga kegiatan pertambangan haruslah berwawasan lingkungan yang berkelanjutan karena sumber daya pertambangan merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Maka dari itu melihat potensi pertambangan yang ada sangat potensial, untuk mendorong kemandirian daerah Pemerintah Kabupaten Lebak mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No 7 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Pertambangan Umum yang kemudian dirubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No.1 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara sebagai penyesuain dari Undang-undang No.11 Tahun 1967 Tentang Pokok-pokok Pertambangan umum yang direvisi dengan Undang-undag No.4 Tahun 2009.

(44)

berjalan baik sehingga pertambangan yang dialakukan tertib hukum dan berwawasan lingkungan. Pengawasan yang dilakukan dilakukan dinas terkait dalam hal ini Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak sebagai pelaksana teknis dan administrative dalam penyelenggaraan usaha pertambangan mineral dan batubara sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No1 Tahun 2011. Dalam menentukan strategi pengawasan dalam implementasi kebijakan menggunakan model pengawasan yang dikemukakan Djoko Widodo (Widodo, 2006:94) yaitu:

a. Pelaku kontrol pelaksana kebijakan b. Standar prosedur operasional pemantauan c. Sumber daya keuangan dan peralatan d. Jadwal pelaksanaan kontrol

(45)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Perda Kabupaten Lebak No 1 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (pengganti Perda Kabupaten Lebak No 7 tahun 2004)

Implementasi

Strategi Pengawasan Menurut Djoko Widodo:

1. PelakuPengawasan Pelaksanaan Kebijakan 2. Standar Operasional Prosedur

Pengawasan

3. Sumber Daya Keuangan Dan Peralatan

4. Jadwal Pelaksanaan Kebijakan

Pertambangan tertib hukum dan berwawasan lingkungan

(46)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah kerangka kerja dalam suatu studi tertentu, guna mengukur dan melakukan analisis data sehingga dapat menjawab masalah-masalah penelitian. Penelitian mengenai Pengawasan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak dalam Penyelenggaraan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara di Kecamatan Bayah yaitu menggunakan metode penelitian kualitatif.

Denzin dan Lincoln dalam Moeleong (2007:4) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Sedangkan Strauss dan Corbin dalam Basrowi&Suwandi (2008:1) mengemukakan penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang

tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya.

(47)

sebuah proses investigasi. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif, seorang peneliti melakukan serangkaian kegiatan investigasi untuk mendapatkan data yang nantinya akan digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Dalam kegiatan investigasi sendiri banyak cara yang dapat dignaan untuk mendapatkan data, yaitu dengan teknik wawancara mendalam, studi literature dan dokumentasi, serta kelompok diskusi terfokus.

3.2. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian mengenai Pengawasan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak dalam Penyelenggaraan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara di Kecamatan Bayah yang menjadi instrumen utama penelitian adalah peneliti sediri. Menurut Irawan (2006:17), dalam sebuah penelitian kualitatif yang menjadi instrumen terpenting adalah peneliti sendiri. Sedangkan menurut Moleong (2007:19) pencari tahu alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpul data. Adapun alat-alat tambahan yang digunakan dalam pengumpulan datanya terdiri dari; panduan wawancara, alat perekam (tape recorder), buku catatan dan kamera digital.

(48)

a. Wawancara.

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) dan yang diwawancarai (interviewee). Wawancara dalam penelitian kualitatif bersifat mendalam (indept interview). Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstuktur dan tak berstruktur. Wawancara tidak terstuktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, tetapi disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari informan, pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari. Sedangkan wawancara terstuktur, peneliti menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya.

b. Observasi

Observasi atau yang lebih umum dikenal dengan pengamatan menurut Moleong adalah kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Dalam penelitian ini, teknik observasi/pengamatan yang digunakan adalah observasi tidak berperan serta atau partisipasi pasif, yang berarti peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan, hanya sebagai pengamat indevenden.

c. Studi Dokumentasi

(49)

dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi obyek penelitian, baik berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil pekerjaan serta berupa foto ataupun dokumen elektronik (rekaman).

3.3. Informan Penelitian

Sebuah penelitian dengan pendekatan kualitatif, informan menjadi salah satu hal yang sangat penting. Dalam penelitian peneliti menentukan informan dengan teknik purposive (bertujuan), yaitu merupakan metode penetapan informan dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini juga akan digunakan teknik Snowboling.

(50)

Tabel 3.1 Informan Penelitian

Kode informan

Informan Kategori informan

I.1 RT Kepala bidang pertambangan umum Kab.Lebak

I.2 AN Kepala seksi bimbingan dan pengawasan

I.3 US Kepala seksi ketentraman dan ketertiban Kecamatan

Bayah

I.4 TH Kepala seksi pencemaran, Kerusakan lingkungan

dan pengolahan limbah BLHD Kabupaten Lebak I.5. LS Kepala keuangan desa Sawarna

I.6 SM Kepala desa Cimancak

I.7 MB Pengusaha pertambangan legal

I.8 BH Pengusaha pertambangan legal

I.9 YU Pengusaha Pertambangan ilegal

I.10 DW Pengusaha pertambangan ilegal

I.11 IM Pegawai Perhutani KPH Bayah

I.12 ES Buruh Tambang

3.4. Teknik Analisis Data

Kegiatan analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai sejak peneliti melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan selesainya penelitian. Analisis data dilakukan secara terus-menerus tanpa henti sampai data tersebut bersifat jenuh. Menurut Bogdan & Biklen analisis data kualitatif adalah:

(51)

Dalam prosesnya, analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles & Huberman Miles dan Hubberman (1992:15), yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting, diantaranya; reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan verifikasi (verification)

Gambar 3.1

Analisis data menurut Miles & Huberman

Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti akan melakukan kegiatan berulang-ulang secara terus-menerus. Ketiga hal utama itu tersebut merupakan sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data. Ketiga kegiatan di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Selama proses pengumpulan data dari berbagai sumber, tentunya akan sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama peneliti berada di lapangan, maka data yang didapatkan akan semakin kompleks

Data Colection

Data Colection Data Display

Data Reduction

(52)

dan rumit, sehingga apabila tidak segera diolah akan dapat menyulitkan peneliti, oleh karena itu proses analisis data pada tahap ini juga harus dilakukan. Untuk memperjelas data yang didapatkan dan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya,maka dilakukan reduksi data. Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang muncul di lapangan. Reduksi data berlangsung selama proses pengumpulan data masih berlangsung. Pada tahap ini juga akan berlangsung kegiatan pengkodean, meringkas dan membuat partisi (bagian-bagian). Proses transformasi ini berlanjut terus sampai laporan akhir penelitian tersusun lengkap.

b. Penyajian Data ( Data Dispay)

Langkah penting selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif adalah penyajian data. Secara sederhana penyajian data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam sebuah penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalambentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Namun pada peneltian ini, penyajian data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah bentuk teks narasi, hal ini seperti yang dikatakan oleh Miles &Huberman, ”the most frequent form display data for qualitative research data inithe past has been narrative text” (yang paling sering

(53)

bentuk teks naratif). Selain itu penyajian data dalam bentuk bagan dan jejaring juga dilakukan pada penelitian ini. Penyajian data bertujuan agar peneliti dapat memahami apa yang terjadi dan merencanakan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.

c. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan (Verification)

Langkah ketiga dalam tahapan analisis interkatif menurut Miles&Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan, mencatat keteraturan, pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar dan kesimpulan awal yang dikemukakan dimuka masih bersifat sementara, dan akan terus berubah selama proses pengumpulan data masih terus berlangsung. Akan tetapi, apabila kesimpulan tersebut didukung oleh bukti-bukti (data) yang valid dan konsisten yang peneliti temukan di lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data

(54)

penjelasan, tafsiran dan segala jenis laporan. Terdapat dua macam validitas penelitian yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal merujuk pada persoalan apakah temuan penelitian sesuai dengan realitas yang ada, sedangkan validitas eksternal merujuk pada ide sejauh mana temuan-temuan penelitian itu dapat diterapkan pada situasi-situasi lain yakni generalisasi populasi di mana sampel tersebut diambil.

Sedangkan reliabilitas dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan yang terdapat pada penelitian kuantitatif. Bila dalam penelitian kuantitatif reliabilitas berkenaan dengan konsistensi data, di mana bila terdapat peneliti yang melakukan penelitian pada obyek yang sama, maka akan mendapatkan data yang sama. Maka dalam penelitian kualitatif tidak demikian, suatu realitas (social situation) bersifat majemuk dan dinamis, sehingga tidak ada data yang bersifat konsisten dan berulang seperti semula. Adapun untuk pengujian validitas dan keabsahan datanya, pada penelitian ini dilakukan cara triangulasi dan membercheck.

(55)

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Pengecekan dilakukan dengan mengunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. 3.6. Tempat dan Jadwal Penyusunan Proposal

Penelitian ini dilakukan di lokasi pertambangan yang ada di Kecamatan Bayah yang meliputi desa –desa yang terdapat kegiatan usaha pertambangan dan kantor Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak yaitu Jalan. Jenderal Ahmad Yani No.99 Cibadak Kabupaten Lebak. Adapun jadwal penyusunan proposal yaitu sebagai berikut:

Table 3.2

Jadwal Penyusunan Skripsi

Kegiatan 2010 2011

11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pengajuan Judul

Observasi Awal Penyusunan Proposal (Bab 1-3)

Seminar Proposal

Penelitian Lapangan

Penyusunan Bab 4-5

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Bayah

Kecamatan Bayah memiliki luas wilayah 156,43 km2 dengan jumlah penduduk 38.410 jiwa terdiri dari laki-laki berjumlah 19.827 jiwa dan perempuan berjumlah 18.583 jiwa serta kepala keluarga berjumlah 10.315. Kecamatan Bayah berbatasan dengan Kecamatan Panggarangan di sebelah barat, Kecamatan Cilograng disebelah timur, Kecamatan Cibeber di sebelah utara, dan Samudera Indonesia di sebelah selatan. Wilayah administrasi Kecamatan Bayah terdiri dari 11 desa yaitu:

1. Desa Bayah Barat 2. Desa Bayah Timur 3. Desa Cimancak 4. Desa Cisuren

5. Desa Pasir Gombong 6. Desa Cidikit

7. Desa Darmasari 8. Desa Sawarna 9. Desa Sawarna Timur 10.Desa Suwakan 11.Desa Pamumbulan

(57)

keadaan topografi yang didominasi oleh bukit/lereng inilah yang menjadikan Bayah sebagai wilayah yang memiliki kandungan bahan mineral dan batubara yang potensial. Kemudian wilayah pesisir atau pantai yang ada di Bayah tidak begitu mendominasi hanya sekitar 8% merupakan wilayah pantai yang tersebar di desa bayah barat, darmasari, sawarna dan sawarna timur. Sumber daya alam yang terdapat di Bayah akan sangat potensial jika dimanfaatkan secara optimal baik itu dari pertanian, wilayah pesisir yang menyimpan banyak keuntungan seperti pariwisata serta potensi pertambangan yang sangat potensial untuk menarik investor menanamkan modalnya terhadap bahan galian yang ada di Bayah.

Kondisi sosial masyarakat di Kecamatan Bayah masih di dominasi pertanian, dan perdagangan dan jasa, selain itu banyak pula masyarakat Bayah yang bekerja di bidang pertambangan atau bahan galian, baik sebagai buruh tambang maupun pengusaha pertambangan.

4.1.2. Gambaran Umum Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lebak

(58)

Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lebak sendiri berada di pusat kota Rangkasbitung yaitu jalan Jenderal Ahmad Yani No.99 Cibadak Kabupaten Lebak. Letaknya yang berada di pusat pemerintah memudahkan koordinasi dengan instansi lain, sebagai hubungan yang sifatnya vertikal dan horizontal dalam hal pengelolaan pertambangan. Berdasarkan keadaan geografisnya, luas wilayah Kabupaten Lebak yaitu 304.472 ha merupakan kabupaten terluas di Propinsi Banten. Hal ini menjadikan Dinas Pertambangan dan Energi harus bekerja secara optimal karena luasnya wilayah pengawasan dan dengan didukung oleh wilayah kabupaten yang memiliki kandungan sumber daya alam yang cukup melimpah. Pengelolaan pertambangan umum yang ada di wilayah Kabupaten Lebak diharapkan dapat terkelola dengan baik dengan adanya Dinas Pertambangan dan Energi guna membantu pembangunan daerah Kabupaten Lebak.

4.1.2.1. Visi Dan Misi Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lebak Adapun visi dan misi Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lebak adalah sebagai berikut:

(59)

1. Lebak menjadi daerah kondusif untuk berinvestasi di bidang pertambangan dan energi yang berorientasi pada pembangunan pedesaan tahun 2010.

2. Visi tersebut cukup menantang dan rasional, sehingga memerlukan upaya yang optimal dan dukungan dari seluruh stakeholder.

3. Kabupaten Lebak sebagai daerah yang memiliki potensi sumber daya alam khusunya potensi pertambambangan dan energi yang cukup melimpah harus menjadi daya tarik bagi para investor untuk menanmkan modalnya di Kabupaten Lebak. Dengan adanya investasi di bidang pertambangan dan energi tersebut diharapkan dapat menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan asli daerah dan menigkatkan kesejahteraan masyarakat.

4. Energi listrik merupakan salah satu jenis energi yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga pemerintah daerah harus berupaya secara bertahap untuk memenuhinya. Dengan adanya energy listrik tersebut diharapkan akan berdampak tumbuhnya kegiatan ekonomi masyarakat di pedesaan.

(60)

1. Kondisi iklim usaha yang kondusif merupakan syarat utama yang menjadi pertimbangan masuknya investor, baik bidang pertambangan maupun bidang lainnya ke Kabupaten Lebak. Kondisi tersebut perlu di ciptakan, dielihara, dan ditingkatkan. 2. Energi listrik sebagai salah satu jenis energi yang dibutuhkan oleh

masyarakat yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah daerah dalam rangka mendukung percepatan pembangunan dan menigkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lebak dalam menyelenggarakan tugasnya mempunyai beberapa fungsi, diantaranya sebagai berikut:

a. Pelaksanaan perencanaan dan perumusan kebijakan teknis pertambangan dan energi

b. Pelaksanaan bimbingan, pembinaan dan mempersiapkan ijin usaha pertambangan dan energi

c. Pelaksanaan pengawasan terhadap usaha pertambangan dan energi serta pembimbingan terhadap pelaksanaan konservasi dan reklamasi d. Penyelenggaraan penyelidikan dan pengelolaan sumber daya mineral

dan energi serta air bawah tanah

(61)

f. Pelaksanaan penetapan dan pengawasan distribusi harga bahan bakar minyak (BBM)

g. Pengelolaan administrasi umum meliputi ketatalaksanaan, keuangan, kepegawaian, peralatan dan perlengkapan dinas

h. Pengelolaan UPT

Tujuan yang ingin dicapai Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lebak yaitu sebagai berikut:

a.Menigkatkan kualitas sumber daya manusia melalui diklat teknis fungsional dan pelatihan

b.Menigkatkan jumlah cakupan desa yang mendapatkan fasilitas listrik melalui listrik masuk desa

c.Menigkatkan keindahan, ketertiban dan kemanan (K3) melalui penigkatan pemeliharaan dan pemasangan penerangan jalan umum. d.Menigkatkan usaha bidang pertambangan yang berwawasan

lingkungan dan menertibkan usaha pertambangan tanpa ijin.

(62)

4.1.2.2. Struktur organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 11 Tahun 2007 Tentang Pemebntukan Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Lebak struktur organisasi Dinas Pertambangan Dan Energi Kabupaten Lebak terdiri dari:

1. Kepala dinas 2. Sekretariat:

a. Sub bagian program b. Sub bagian keuangan c. Sub bagian umum 3. Bidang pertambangan umum

a. Seksi pengusaha pertambangan

b. Seksi bimbingan pengawasan pertambangan umum

c. Seksi konservasi dan pengendalian lingkungan pertambangan 4. Bidang geologi dan air tanah

a. Seksi pemetaan dan penelitian geologi b. Seksi sdm dan batubara

c. Seksi air tanah 5. Bidang energi:

a. Seksi pengembangan energy

b. Seksi pembangunan dan pemliharaan pju c. Seksi pengusahaan dan pengawasan energi 6. Cabang dinas

7. UNIT ELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) 8. Kelompok jabatan fungsional

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1. Pengawasan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak dalam Penyelenggaraan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

(63)

kebijakan tidak akan berjalan baik tanpa adanya pengawasan dari dinas terkait. Adapun strategi yang dapat digunakan dalam pengawasan kebijakan yaitu pelaku kontrol kebijakan, standar operasional prosedur, sumber daya dan peralatan, dan jadwal pelaksanaan kontrol.

Pemerintah daerah Kabupaten Lebak telah mengatur kebijakan di bidang usaha pertambangan yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No.1 Tahun 2011 tentang Penyelanggaraan Usaha pertambangan Mineral dan Batubara sebagai pengganti Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No.7 Tahun 2004 tentang pengelolaan pertambangan umum. Dalam melaksanakan peraturan daerah tersebut agar berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang diharapkan, Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak merupakan pelaksana teknis dan adminstratif dalam penyelenggaraan usaha pertambangan mineral dan batubara di Kabupaten Lebak, baik dari tahap pemberian rekomendasi izin hingga pada tahap pasca tambang. Dalam pelaksanaannya pengawasan menjadi unsur penting yang harus dilakukan. Berdasarkan kriteria Djoko Widodo maka strategi pengawasan yang dilakukan Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak dipengaruhi oleh berikut ini:

1. Pelaksana Kontrol Kebijakan

(64)

dan batubara. Sesuai dengan fungsi DISTAMBEN dalam bidang pertambangan yaitu:

a. Pelaksanaan perencanaan dan perumusan kebijakan teknis pertambangan dan energi

b. Pelaksanaan bimbingan, pembinaan dan mempersiapkan ijin usaha pertambangan dan energi

c. Pelaksanaan pengawasan terhadap usaha pertambangan dan energi serta pembimbingan terhadap pelaksanaan konservasi dan reklamasi.

Dalam pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan usaha pertambangan mineral dan batubara, DISTAMBEN memiliki seksi tersendiri yaitu seksi bimbingan dan pengawasan, hal tersebut di ungkapkan oleh I.1 (RT) sebagaiberikut:

“Pengawasan dalam penyelenggaraan usaha pertambangan mineral dan batubara yang diatur dalam perda baru no 1 tahun 2011 ini sebagai pengganti perda kabupaten lebak no 7 tahun 2004 merupakan tugas dari Bidang Pertambangan Umum yang didalamnya terdapat seksi bimbingan dan pengawasan, seksi konservasi dan dampak lingkungan pertambangan, dan seksi pengusahaan pertambangan. sedangkan yang berwenang dalam pengawsan yaitu Seksi Bimbingan dan Pengawasan Pertambangan Umum (BINWAS). Binwas sendiri berfungsi melakukan pengawasan dari penerbitan izin hingga reklmasi pasca tambang.” (wawancara, 3/5/2011, 10:45 kantor distamben)

(65)

kecamatan. Luasnya cakupan wilayah tidak diimbangi dengan petugas pengawasan yang ada, hal ini diungkapkan oleh I.2 (AN) sebagai

berikut:

“dalam melakukan pengawasan bidang pertambangan itu merupakan kewenangan seksi binwas, namun hingga saat ini kami masih kekurangan personil, baru 2 pegawai yang memiliki SK sebagai PIT hal tersebut menjadi kendala kami dalam melakukan pengawasan dengan cakupan wilayah yang luas serta kondisi geografis yang tidak mudah.” (wawancara: 3/5/2011, 14:35 kantor DISTAMBEN)

Petugas inspeksi tambang (PIT) berfungsi sebagai berikut: 1. Melakukan pemeriksaan/inspeksi;

2. Melakukan penyelidikan kecelakaan tambang dan/atau kejadian berbahaya;

3. Melakukan penyelidikan terhadap pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;

4. Melakukan pengujian atas peralatan tambang;

5. Melakukan pengujian terhadap lingkungan tempat kerja;

6. Melakukan pengujian terhadap kondisi limbah cair, padat, maupun gas;

7. Melakukan pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja;

8. Melakukan pembinaan lingkungan pada kegiatan usaha pertambangan umum;

(66)

10.Menyusun laporan tertulis mengenai hasil pemeriksaan, membuat berita acara penyelidikan kecelakaan tambang dan/atau kejadian berbahaya, pencemaran lingkungan dan pelanggaran ketentuan dalam peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan pertambangan umum yang berlaku.

Petugas Inspeksi Tambang (PIT) berwenang untuk menutup seluruh atau sebagian kegiatan usaha tambang dilakukan secara langsung, namun tidak berhak mencabut izin hanya membuat surat penutupan sementara. Pengawasan DISTAMBEN terhadap penyelenggaraan usaha pertambangan umum di Bayah dan daerah lain terkendala karena petugas kontrol yang tidak proporsional dan professional hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pegawai yang ada yaitu sebagai berikut:

Tabel. 4.1

Jumlah Pegawai Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lebak

No Golongan Jumlah

1. Gol I -

2. Gol II 5 orang 3. Gol III 23 orang 4. Gol VI 2 orang

5. TKK 1 orang

6. TKS 6 orang

(Sumber: DISTAMBEN)

Gambar

Tabel 1.2
Gambar 2.2
Tabel 3.1
Gambar 3.1
+6

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, media massa arus utama yang telah mengakomodir karya jurnalisme warga, juga diharapkan bisa memberikan masukan positif, agar warga yang aktif

Dari hasil eksperimen yang diperoleh terlihat bahwa white layer juga terbentuk pada proses permesinan dengan menggunakan benda kerja Austempered Ductile Iron (ADI). Tebal dan

1) Lama Fermentasi / Waktu Fermentasi Faktor – faktor yang mempengaruhi fermentasi salah satunya adalah lama fermentasi. Pemilihan lama fermentasi sebagai parameter

Setelah dinyatakan bahwa return saham BBNI dan TLKM tidak normal dan memiliki dependensi, maka kemudian dapat dilakukan estimasi parameter copula dengan menggunakan

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Kotler (2011: 63) yang menyatakan harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat formulasi sediaan liposom yang mengandung ekstrak etanol kunyit dengan karakter yang paling baik dan mengetahui

No waiver of confidentiality or privilege is intended or authorized by this transmission If you are not the intended recipient of this message you must not directly or indirectly

Sistem Pengendalian Intern (SPI) entitas, baik terhadap perencanaan maupun pelaksanaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dana dekonsentrasi bidang pendidikan