• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Promosi Kesehatan

2.8. Kesehatan Reproduksi

2.8.5. Dampak Negatif Reproduksi 1. Kehamilan Tak Diinginkan dan Aborsi

Hubungan seks pra nikah yang dilakukan remaja secara tidak bertanggung jawab terbukti telah banyak mengakibatkan Kehamilan Tidak Diharapkan (KTD). Banyak KTD diakhiri dengna aborsi. Aborsi selain dapat merusak organ reproduksi remaja perempuan, juga bisa menyebabkan kematian ibu. Menurut Prof. Biran Affandi, sekitar 2,1 – 2,4 juta perempun setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi 30% diantarannya remaja. Aborsi di kalangan remaja seringkali dilakukan dengan cara-cara tidak aman seperti memijat, minum jamu dan memasukkan benda ke dalam jalan lahir. Ada dua hal yang bisa dan biasa dilakukan oleh remaja jika mengalami KTD: mempertahankan kehamilan atau mengakhiri kehamilan (aborsi).

2. Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS

Hubungan seks di luar nikah yang dilakukan secara tidak aman juga terbukti telah menyebabkan infeksi/penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS yang mengakibatkan kematian. Sampai akhir Maret 2003, jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia adalah 3.614 orang (sebagian besar ditularkan melalui jarum suntik), diantarannya remaja berusia 15-19 Tahun berjumlah 147 orang, terdiri dari 79 orang HIV dan 68 orang dengan AIDS (Sumber : Subdit PMS & AIDS Ditjen PPM & PL. Depkes RI).

Infeksi menular seksual adalah infeksi yang biasanya disebabkan oleh hubungan seksual dengan orang yang sudah terjangkit salah satu PMS. PMS dapat menular melalui cairan tubuh yaitu : cairan vagina, cairan sperma, dan cairan darah. Setiap orang bisa tertular IMS. Orang yang paling berisiko terkena IMS adalah orang yang suka berganti pasangan seksual. Kebanyakan yang terkena IMS berusia 15-29 tahun, tapi ada pula bayi yang lahir membawa IMS karena tertular dari ibunya.

Bahaya infeksi menular seksual dapat mengakibatkan kemandulan, keguguran yang menimbulkan kanker leher rahim, merusak penglihatan, otak dan hati, bisa ditularkan kepada bayi, lebih mudah tertular HTV/AIDS, bisa menyebabkan kematian. Berikut ini merupakan jenis IMS dan gejala-gejalannya :

1. Clamidia, gejalanya pada laki-laki seperti nyeri saat kencing, keluar cairan lendir dan bening dari kemaluan, bewarna kuning kehijauan, dan bau, terasa gatal. Gejala pada perempuan nyeri pada kemaluan, tetapi kadang tidak ada keluhan, keputihan yang disertai nyeri pada saat kencing dan pendarahan setelah melakukan hubungan seksual.

2. Gonorhae/Kencing Nanah, gejalanya pada laki-laki seperti rasa sakit waktu buang air kecil atau ereksi, keluar nanah dari saluran kencing terutama waktu pagi hari, gejalanya timbul dalam waktu satu minggu. Pada perempuan muncul gejala seperti sering tanpa gejala apapun atau gejala sulit dilihat, nyeri di daerah perut bagian abwah, kadang-kadang disertai keputihan dan berbau, alat kelamin terasa sakit atau gatal, rasa sakit atau panas waktu kencing dan pendarahan waktu melakukan hubungan seksual. Nyeri saat kencing (tidak seberat pada pria)

3. Sifilis/Raja Singa, gejala pada laki-laki seperti bintil-bintil berair seperti cacar disertai timbulnya luka yang terasa nyeri disekitar kelamin pada stadium lanjut akan nampak, seperti koreng berwarna merah (luka terbuka) kadang-kadang disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu. Sedangkan gejala pada perempuan sama seperti pada laki-laki.

4. Herpes Kelamin, gejala pada laki-laki seperti badan lemas, nyeri sendi pada daerah terinfeksi, dema. Tampak kelamin kulit yang berbenjol-benjol, bulat atau lonjong kecil, kadang-kadang ada rasa seperti terbakar atu gatal pada kelamin, diikuti timbulnya bintil-bintil berisi air di atas kulit dengan warna kemerahan. Sedangkan pada perempuan muncul gejala sama seperti pada laki-laki. Pada perempuan biasanya timbul di sekitar kelamin, dinding kemaluan dan kadang-kadang di sekitar anus.

5. Jengger Ayam/kutil kelamin, gejala pada laki-laki seperti timbul kutil pada daerah terinfeksi, dalam kasus lanjut, kutil bergerombol, seperti jengger ayam di daerah kemaluan dan anus. Pada perempuan dapat mengenai kulit di daerah kelamin sampai dubur, selaput lendir bagian dalam liang kemaluan sampai leher rahim, pada perempuan hamil, kutil dapat tumbuh sampai besar sekali.

6. Hepatitis B dan C, gejala pada laki-laki tidak terlihat pada daerah kelamin, tetapi penularannya bisa lewat hubungan seksual, dengan tanda-tanda badan lemas, kurang gairah, kadang demam. Pada kasus parah tampak kulit selaput mata berwarna kuning. Sedangkan gejala pada perempuan sama seperti gejala pada laki-laki.

7. HIV/AIDS , Walaupun virus sudah ada di dalam darah, tidak tampak gejala sama sekali. Pada penderita yang sudah menunjukkan gejala (AIDS) nampak gejala yang sangat kompleks, yang sulit dibedakan dengan penderita kanker stadium lanjut, sedangkan gejala pada perempuan sama seperti laki-laki.

2.9. Remaja

Perkataan remaja merupakan terjemahan dari bahasa inggris. Menurut Sebald (1992) kata remaja berasal dari adolescence dan berasal dari kata latin, adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau perkembangan menuju kematangan. Dalam arti yang lebih luas lagi, Piaget (1969) mengatakan pengertian remaja mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Ahmadi, 2002).

Rice (1999) mendefinisikan remaja sebagai suatu periode antara masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Pandangan serupa dikemukakan Lerner dan Hultsch (1983) bahwa perkembangan remaja adalah periode diantara rentang waktu dimana saat ia dianggap masa anak-anak menuju ke masa dewasa. Dimasa remaja terjadi proses perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional. Perubahan fisik dan perkembangan seksual yang terjadi secara cepat juga disertai bertambahnya tuntutan masyarakat. (Ahmadi, 2002)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan dalam prosesnya terjadi perkembangan kematangan fisik, psikis dan sosial serta bertambahnya tuntutan masyarakat. Remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya.

Cirinya adalah alat-alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai muncul, inteligensi mencapai puncak perkembangannya, emosi sangat labil, kesetiakawanan yang kuat terhadap teman sebaya dan belum menikah. Kondisinya yang belum menikah ini menyebabkan remaja secara sosial budaya (termasuk agama) dianggap belum berhak atas informasi dan edukasi, apalagi pelayanan medis untuk kesehatan reproduksi. Sementara itu dalam kondisi tertentu (perkotaan, kelas sosial ekonomi menengah ke atas) rentang masa remaja bisa mencapai belasan tahun dan dalam masa yang panjang itu remaja dihadapkan pada paparan media massa yang merangsang libido. Dampaknya adalah makin aktifnya perilaku seksual pranikah yang disertai ketidaktahuan yang pada gilirannya bisa membahayakan kesehatan reproduksi remaja (dalam hal KIE dan pelayanan kesehatan reproduksi) dengan orang-orang dewasa lain karena kedua kelompok usia itu sama-sama sudah beraktivitas seksual. Kendala sosial budaya (termasuk agama) perlu diatasi melalui upaya-upaya sosialisasi masalah-masalah kesehatan reproduksi remaja dan penanggulangannya (Ahmadi, 2002).

Usia remaja sering disebut sebagai periode peralihan, yaitu periode peralihan antara anak-anak dengan masa dewasa yang penuh gejolak. Gejolak ditimbulkan baik oleh fungsi sosial remaja dalam mempersiapkan diri menuju kedewasaan (mencari indetitas diri, memantapkan posisi dalam masyarakat tersebut dsb.) maupun oleh pertumbuhan fisik (perkembangan tanda-tanda seksual sekunder, pertumbuhan tubuh yang tidak proporsional) dan perubahan emosi lebih peka, lebih cepat marah, agresif dsb, serta perkembangan inteligensinya makin tajam bernalar, makin kritis (Ahmadi,1998).

Usia remaja berbeda-beda panjangnya dari waktu dan dari tempat ke tempat lain. Di lingkungan masyarakat yang masih sederhana (primitif), kurun usia remaja ini bisa sangat singkat, beberapa hari sehingga 1-2 tahun, karena begitu anak menunjukkan tanda-tanda akil balig, dilakukan upacara inisiasi tertentu dan setelah itu, anak itu langsung berstatus sosial dewasa (menikah bekerja, berburu, menjadi prajurit, diundang kenduri, wanitanya langsung hamil, mempunyai anak dan mengerjakan perkerjaan-pekerjaan rumah tangga). Hal ini dimungkinkan karena di lingkungan masyarakat yang sederhana, persyaratan untuk menjadi dewasa pun tidak terlalu berat (cukup asal sudah bisa membantu ayah di sawah atau membantu ibu di dapur).

Di kalangan masyarakat yang sudah lebih canggih (masyarakat modern, kalangan menengah ke atas) kurun usia remaja bisa lebih panjang, bisa mencapai belasan tahun (di Indonesia antara 11-24 tahun). Penyebabnya adalah makin awalnya tanda-tanda akil balig (karena gizi yang baik, rangsangan dari lingkungan dsb.) Sementara persyaratan untuk menjadi dewasa justru semakin berat (harus sekolah dulu, punya pekerjaan dulu), sehingga memerlukan waktu yang makin lama (usia rata-rata perkawinan meningkat dari usia 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria dalam UU Perkawinan 1974 sampai mendekati umur 26 tahun bagi wanita dan 30 tahun bagi laki laki (Ahmadi, 2002).

Dokumen terkait