• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Promosi Kesehatan

2.5 Perubahan Perilaku Individu

Implisit dari proses perubahan perilaku adalah adanya sesuatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan diharapkan untuk diterima/dipakai oleh individu tersebut (Liliweri, 2007). Menurut Rogers (1971) dalam teori Innovation Decision Process, yang diartikan sebagai proses kejiwaan yang dialami oleh seorang individu, sejak menerima informasi/pengetahuan tentang suatu hal yang baru, sampai pada saat dia menerima atau menolak ide baru itu. Menurut Shoemaker (1971), proses adopsi innovasi itu melalui lima tahap, yaitu : 1) mengetahui/menyadari tentang adanya ide baru itu (awareness); 2) menaruh perhatian terhadap ide itu (interest); 3) memberikan penilaian (evaluation); 4) mencoba memakainya (trial), dan kalau menyukainya; 5) menerima ide baru (adoption).

Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), proses adopsi ini tidak berhenti segera setelah suatu inovasi diterima/ditolak. Situasi ini kelak dapat berubah lagi sebagai akibat dari pengaruh lingkungannya. Proses pembuatan keputusan tentang innovasi ini menjadi empat tahap: 1) individu menerima informasi dan pengetahuan berkaitan dengan suatu ide baru (tahap knowledge). Pengetahuan ini menimbulkan minatnya untuk mengenal lebih jauh tentang objek tersebut, dan kemudian petugas kesehatan mulai membujuk atau meningkatkan motivasinya guna bersedia menerima objek/topik yang dianjurkan; 2) persuasion (pendekatan), yaitu tahap dimana individu membentuk suatu sikap kurang baik atau yang baik terhadap inovasi; 3) tahap

Decision, yaitu tahap dimana individu mengambil keputusan untuk menerima konsep

baru yang ditawarkan petugas kesehatan; 4) tahap Implementation, yaitu tahap penggunaan, yaitu individu menempatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan atau diadopsi; 5) tahap Confirmation, yaitu tahap penguatan, dimana individu meminta dukungan dari lingkungannya atas keputusan yang diambilnya

2.6. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni melalui mata dan telinga. Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya dari buku, teman, orang tua, guru, radio, televisi, foster majalah dan surat kabar. Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai manusia dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003), domain kognitif pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu :

1. Tahu, yaitu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini ialah mengingat kembali

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut menyebutkannya, menguraikan, dan mendefenisikan;

2. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, terhadap objek yang dipelajari;

3. Aplikasi, yaitu diartikan sebagai kemampuan untuk mempergunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain;

4. Analisis, yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain;

5. Sintesis, yaitu menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada;

6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur. Pengetahuan dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan jenis kuesioner yang bersifat

self administrated questioner yaitu jawaban diisi sendiri oleh responden. Dan bentuk

pertanyaannya berupa pilihan berganda, dimana hanya ada satu jawaban yang benar. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penilaian yang bersifat subyektif.

2.7. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Dengan kata lain sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Menurut Ahmadi (2004) sikap dibedakan menjadi : a) sikap positif , yaitu : sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan menerima, menyetujui terhadap norma -norma yang berlaku dimana individu itu beda; b) sikap negatif, yaitu : menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-normayang berlaku dimana individu itu berbeda.

Menurut Alport (1954) dalam Achmadi (2004) sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek; 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek;

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan, yakni (Notoatmodjo, 2003) :

1. receiving ( menerima), bila seseorang atau subyek mau memperhatikan

stimulus yang diberikan obyek;

2. responding (merespon), yaitu apabila ditanya memberikan jawaban,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Ini adalah suatu indikasi dari sikap;

3. valuing (menghargai), bila seseorang atau mendiskusikan suatu masalah.

Ini adalah indikasi dari sikap tingkat tiga;

4. bertanggung jawab (reponsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Ini adalah tingkatan sikap yang paling tinggi.

Menurut Sax (1980) dalam Saifuddin (2008), bahwa beberapa dimensi dari sikap yaitu arah, intensitas, keluasaan, konsistensi, dan spontanitasnya. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan pendapat atau pernyataan respon terhadap suatu objek, secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan – pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.

Dokumen terkait