• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pemberdayaan Kesehatan Lanjut Usia di Posdaya Ontoseno Ontoseno

PEMBAHASAN DAN ANALISIS A.Deskripsi Data

7. Dampak Pemberdayaan Kesehatan Lanjut Usia di Posdaya Ontoseno Ontoseno

Kegiatan yang rutin dilaksanakan pasti memiliki pengaruh, baik secara langsung ataupun tidak. Begitu pula dengan berbagai kegiatan pemberdayaan kesehatan lanjut usia di Posdaya Ontoseno. Senam dan Posyandu Arum Ndalu semenjak dilaksanakan beberapa tahun yang lalu sampai sekarang ternyata sudah memiliki penggemarnya sendiri dan sudah berkontribusi terhadap kesehatan lanjut usia di Pedukuhan Puton. Bahkan ada juga lanjut usia yang mengatakan bahwa ia sudah tergantung dengan berbagai kegiatan tersebut.

Pokoknya senam sama Posyandu itu pegangan saya mbak. Kalau pas kegiatan itu tidak ada ya saya bolak-balik ke dokter mbak. Badannya kaku-kaku (wawancara dengan LG, pada 4 Februari 2016).

Berikut ini adalah beberapa pengaruh dari pemberdayaan kesehatan lanjut usia di Posdaya Ontoseno:

a. Kesehatan Lanjut Usia Lebih Terpelihara

Jika dilihat dari usia kronologis, orang yang semakin tua akan bertambah bilangan usianya. Akibatnya yaitu berkurangnya kemampuan tubuh dalam meregenerasi sel-sel baru, bahkan yang terjadi adalah degerasi yang mengakibatkan bagian tubuh akan mengalami penurunan fungsi. Sebenarnya penuaan sel-sel yang

127 mengakibatkan penurunan fungsi fisik dapat diperlambat atau bahkan dihentikan sama sekali, namun hal ini menuntut usaha dari lanjut usia, cara yang bisa dilakukan yaitu dengan tetap menjalankan berbagai kegiatan sehingga fisik tetap bergerak. Bergerak dalam hal ini dikaitkan dengan gerakan teratur dalam waktu tertentu seperti olahraga.

Jenis olahraga yang akan dilakukan harus disesuaikan dengan kemampuan lanjut usia agar tidak terjadi cidera. Senam lanjut usia yang dilakukan oleh Posdaya Ontoseno merupakan wujud dari usaha untuk membuat lanjut usia tetap bergerak sesuai dengan porsi mereka. Terlebih senam lanjut usia di Posdaya Ontoseno ditunjang dengan instruktur senam yang berpengalaman dan memiliki banyak ilmu tentang kesehatan lanjut usia serta gerakan senam yang mudah untuk ditiru, sehingga membuat lanjut usia tidak merasa sulit untuk menirukan berbagai gerakan senam.

Selain senam lanjut usia Posdaya Ontoseno juga melaksanakan Posyandu Arum Ndalu. Posyandu digunakan sebagai pelayanan kesehatan yang memberikan kemudahan, kemurahan, dan perawatan kesehatan yang rutin bagi lanjut usia. Disadari atau tidak pertambahan usia telah menyebabkan timbulnya berbagai penyakit degeneratif, sehingga hal ini menuntut lanjut usia agar lebih sering memeriksakan kondisi kesehatannya meskipun tidak dalam keadaan sakit. Upaya ini dinamakan dengan

128 preventif atau pencegahan, hal ini dilakukan agar lanjut usia teratur secara periodik melakukan pemeriksaan dengan tenaga medis sehingga ia tahu kondisi kesehatannya.

Meskipun Posyandu Arum Ndalu dilaksanakan rutin setiap bulan, tapi tidak semua lanjut usia yang datang ke Posyandu melakukan pemeriksaan kesehatan, hal ini disebabkan hal tersebut tidak diwajibkan seperti halnya penimbangan berat badan dan tensi darah ditambah lagi pola pikir masyarakat yang menganggap bahwa seseorang dibawa ke dokter hanya dalam keadaan sedang atau sudah sakit parah (Hardjomarsono, 2011: 84). Sehingga hanya lanjut usia yang merasa tidak enak badan saja yang melakukan pemeriksaan kesehatan di Posyadu Arum Ndalu dan bagi lanjut usia yang merasa sehat ia hanya menimbang berat badan, tensi darah, dan meminta gizi.

Kalau untuk lanjut usia itu ada Posyandu lansia yang kegiatannya itu ada penimbangan berat badan, tensi, kemudian jika yang hadir banyak kami adakan penyuluhan, kemudian yang mau periksa silahkan periksa kalau yang tidak juga tidak apa-apa, dan pemberian gizi (wawancara dengan NG, pada 27 Januari 2016).

Senam lanjut usia dan Posyandu Arum Ndalu sama-sama ditujukan untuk menjaga kesehatan lanjut usia di Pedukuhan Puton sehingga mereka tetap bisa beraktivitas dan bergerak sehingga kesehatan fisik dapat dijaga. Senam dan Posyandu merupakan kolaborasi yang dirasa cukup bagus. Karena melalui senam lanjut

129 usia bisa melakukan olah fisik dan melalui Posyandu lanjut usia bisa melakukan pemeriksaan kesehatan.

Sejauh ini senam lanjut usia di Posdaya Ontoseno sudah memberikan kontribusi terhadap kesehatan lanjut usia, meskipun seberapa besar kontribusi tersebut belum diketahui. Namun berdasarkan penuturan beberapa lanjut usia ketika wawancara mengatakan bahwa senam dan Posyandu sudah menjadi bagian dari kebiasaan dari lanjut usia di Pedukuhan Puton. Seperti halnya LG dan KR yang mengatakan bahwa setelah senam badan menjadi lebih sehat dan adanya kemudahan untuk menjangkau Posyandu sehingga jika sakit hanya pergi ke Posyandu.

Kalau senam itu pegal-pegal jadi berkurang. Perubahannya itu badan yang tadinya kaku, linu kalau sudah ikut senam jadi ringan mbak. Pegal sama linunya ya lumayan berkurang. Terus kalau sakit kan ke Posyandu. Jadi ya sehat lah mbak. (wawancara dengan KR, pada 6 Februari 2016).

Badannya jadi lebih enakan daripada tidak ikut senam sama Posyandu. Sudah kecanduan soalnya mbak. Saya itu kalau enggak senam badannya linu-linu mbak. soalnya sudah biasa senam. Jadi ya manfaatnya itu badannya jadi enak, enggak linu-linu, sehat pokoknya mbak. (wawancara dengan RK, pada 6 Februari 2016).

SL salah satu lanjut usia di Pedukuhan Puton juga sejalan dengan KR dan RK ia mengakui adanya manfaat setelah mengikuti berbagai kegiatan pemberdayaan kesehatan lanjut usia di Posdaya Ontoseno. Sebelumnya SL menderita sesak nafas, semenjak ikut senam secara rutin dan pemeriksaan kesehatan di Posyandu Arum

130 Ndalu sesak nafas tersebut menjadi berkurang, karena SL merasakan nafasnya sekarang sudah lega, tidak seperti dulu.

Kalau saya itu dulu kan sesak nafas mbak. Tapi kalau sudah senam itu rasanya plong mbak. Nafasnya lega, terus kalau di Posyandu kan periksa, terus dikasih obat juga jadi sekarang ini sudah lega nafasnya (wawancara dengan SL, pada 4 Februari 2016).

Berbagai penuturan lanjut usia di atas merupakan indikator dari pemberdayaan kesehatan yang dilakukan oleh Posdaya Ontoseno. Dengan kata lain untuk berlangsungnya suatu upaya pemberdayaan agar mencapai hasil maksimal, masyarakat sebagai sisi eksternal berperan sebagai fasilitator, sedangkan dari sisi internal lanjut usia harus memiliki keyakinan, kepercayaan diri atas kemampuannya untuk sehat agar bisa membawanya ke arah yang lebih baik (Suardiman, 2011: 29).

Berbagai pemberdayaan kesehatan yang dilaksanakan oleh Posdaya Ontoseno selain bermanfaat bagi kesehatan fisik lanjut usia juga berkontribusi memberikan aktivitas yang positif bagi lanjut usia agar mereka tetap aktif meskipun sudah memasuki masa tua. Dalam teori aktivitas, Neugarten mengungkapkan bahwa agar lanjut usia berhasil maka ia harus seaktif mungkin. Kepuasan hidup orang tua sangat tergantung pada kelangsungan keterlibatannya pada berbagai kegiatan, sehingga teori ini mendukung lanjut usia tetap aktif.

131 Berdasarkan teori aktivitas, maka lanjut usia di Pedukuhan Puton khususnya yang terlibat dalam berbagai kegiatan pemberdayaan kesehatan lanjut usia termasuk ke dalam orang yang berhasil, karena mereka masih melakukan berbagai aktivitas seperti olahraga, datang ke Posyandu secara rutin, dan banyak juga diantara mereka yang masih bekerja. Sehingga hal tersebut bisa menepis anggapan bahwa masa tua adalah masanya orang untuk sakit-sakitan, karena hal itu tidak sepenuhnya benar. Banyak lanjut usia yang memiliki kondisi fisik sehat. Bahkan jumlah lanjut usia yang sakit-sakitan cenderung menurun karena adanya pemeliharaan kesehatan yang terus menerus diupayakan (Suardiman, 2011: 48).

b. Jalinan Silaturahmi antar-Lanjut Usia Lebih Erat

Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan anggota keluarga maupun masyarakat karena ditinggal anak bekerja di luar kota, ditinggal oleh pasangan hidup, maupun teman kerja sebagai akibat dari terputusnya hubungan kerja karena pensiun. Di samping itu kecenderungan meluasnya keluarga inti (nucleus family) daripada keluarga luas

(extended family) juga turut mengurangi kontak sosial lanjut usia.

Selain itu perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan individualistik juga turut membuat lanjut usia kurang mendapat perhatian dari masyarakat.

132 Senam lanjut usia dan Posyandu Arum Ndalu yang rutin dilaksanakan oleh Posdaya Ontoseno merupakan wujud perhatian dari warga di Pedukuhan Puton terhadap lanjut usia yang ada disana. Selain membuat lanjut usia bisa olahraga dan melakukan pemeriksaan kesehatan juga membuat lanjut usia bisa bertemu dengan teman sebaya dan membuat mereka semakin akrab dengan satu sama lain. Hal ini dikarenakan sebelum dan sesudah senam dan Posyandu Arum Ndalu antar lanjut usia berjabat tangan yang dibarengi dengan saling bicara, entah menanyakan kabar, kondisi kesehatan, maupun aktivitas keseharian seperti bertani, karena sebagian besar lanjut usia di Pedukuhan Puton masih aktif bekerja di sawah.

Terlebih lagi sambil menunggu instruktur ketika senam lanjut usia dan sambil menunggu giliran untuk menimbang berat badan, tensi darah, dan pemeriksaan kesehatan ketika Posyandu Arum Ndalu, antar-lanjut usia bisa berbicara dan cerita lebih lama, maka hal ini membuat hubungan sosial lanjut usia semakin baik sehingga secara langsung ataupun tidak sudah mengurangi tantangan sosial yang menjadi tantangan umum bagi lanjut usia. Hal ini sejalan dengan AP salah satu lanjut usia di Pedukuhan Puton yang berusia 60 tahun. Dalam kesehariannya AP sibuk mengasuh cucu, sehingga ia ikut senam dan kegiatan lain jika tidak mengasuh cucunya. AP mengatakan bahwa ia senang mengikuti

133 senam lanjut usia, karena bisa bertemu dengan teman maupun tetangga sehingga bisa ngobrol dengan mereka dan bisa menjalin silaturahmi.

Saya ikut Posdaya Ontoseno karena senang ketemu teman-teman, tetangga, bisa ngobrol dengan mereka, bisa silaturahmi mbak (wawancara dengan AP, pada 6 Februari 2016).

Senam lanjut usia dan Posyandu Arum Ndalu juga membuat pesertanya memiliki hubungan emosional yang lebih kuat satu sama lain, karena hampir setiap minggu dan setiap bulan mereka dipertemukan dalam kegiatan yang sama dan mereka pun memiliki tujuan yang sama yaitu senam agar badan sehat dan melakukan pemeriksaan kesehatan agar kondisi tubuh tetap terkontrol. Jadi, lanjut usia yang sebelumnya sibuk dengan urusan masing-masing seperti ke sawah, mengasuh cucu, membuat makanan untuk dijual, dan lain-lain yang membuat mereka tidak sempat untuk berkunjung ke rumah lanjut usia yang lain melalui senam dan Posyandu mereka bisa saling bertemu dan sejenak melakukan aktivitas bersama. Kegiatan yang dilakukan bersama-sama lebih diutamakan daripada kegiatan yang menonjolkan pribadi, karena kegiatan bersama diharapkan bisa memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk saling terbuka dan berinteraksi. Sedangkan bagi lanjut usia yang tidak memiliki kegiatan, senam bisa dijadikan sebagai pilihan yang positif untuk mengisi waktu luang.

134 Tujuan senam itu yang pertama kali itu untuk ajang silaturahmi, kedua kalinya untuk mengisi waktu luang dengan olahraga, jadi badan dan jiwanya jadi sehat. Misalnya badan pegal-pegal ya biar sehat, kalau yang sudah sehat biar tambah sehat, begitu, jadi menjaga kesehatan, seperti itu ndhuk (wawancara dengan SS, pada 12 Februari 2016).

c. Peningkatan Partisipsi Sosial Lanjut Usia

Lanjut usia di Pedukuhan Puton tergolong ke dalam lanjut usia yang sehat, karena masih bisa melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Bahkan mereka pun masih terlibat dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan, misalnya ikut pemberdayaan lanjut usia yang dilaksanakan oleh Posdaya Ontoseno seperti senam dan Posyandu, kemudian jika di Pedukuhan Puton ada kunjungan dari luar maka lanjut usia khususnya yang perempuan dan masih mampu untuk melakukan kegiatan beserta beberapa warga lain dilibatkan untuk memasak dan mempersiapkan hidangan untuk suguhan. LG, SP, dan SL merupakan lanjut usia yang sering terlibat dalam kegiatan tersebut.

Lanjut usia di Pedukuhan Puton juga banyak yang masih aktif di sawah baik menjadi buruh tani maupun mengolah sawah sendiri. Hal tersebut merupakan indikator dari pemberdayaan kesehatan lanjut usia di Posdaya Ontoseno yang membuat mereka masih aktif, produktif, dan mampu melakukan berbagai aktivitas khususnya sosial dan ekonomi.

Kalau ada tamu disuruh buat masak-masak ya manut mbak, masak bareng-bareng sama yang lain, ya sama SP

135 sama SL juga. Nanti uangnya tinggal minta habis berapa gitu aja mbak (wawancara dengan LG, pada 4 Februari 2016).

Hal di atas menunjukkan bahwa di usia yang sudah tua tapi semangat mereka tetap muda. Seperti halnya LG, SP, dan SL, mereka bertiga merupakan lanjut usia di Pedukuhan Puton yang berusia 60 tahun dan masih bisa melakukan berbagai aktivitas keseharian secara mandiri. Mereka bertiga juga masih bekerja di sawah sebagai buruh tani, sedangkan LG dan SL juga mengasuh cucu. LG, SP, dan SL juga ikut dalam kegiatan pemberdayaan kesehatan seperti senam maupun Posyandu Arum Ndalu. Bahkan LG dan SL seakan sudah jatuh cinta dengan kedua kegiatan tersebut.

Semuanya suka mbak. Senam ya suka, Posyandu ya suka. Soalnya kalau enggak senam itu badannya sakit semua mbak. Soalnya sudah kebiasaan senam. Kayak kemarin itu kan libur lama mbak, waduh itu di badan rasanya sakit semua mbak. Soalnya kalau sudah keluar keringat itu di badan rasanya enak mbak. Bayar murah, badan enak (wawancara dengan LG, pada 4 Februari 2016).

Semuanya suka mbak. Senam saya ikut, Posyandu juga saya ikut. Buat tambah-tambah kegiatan mbak, kalau di sawah terus kan capek, ketemu teman-teman juga kalau di posdaya (Wawancara dengan SL, pada 4 Februari 2016). Melihat kondisi lanjut usia di Pedukuhan Puton yang masih bisa melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri dan banyak juga yang masih bekerja di sawah merupakan salah satu wujud dari kesehatan mereka. Selama mereka masih mampu untuk melaksanakan berbagai kegiatan tersebut maka tidak boleh

136 dilarang, seperti halnya peraturan pemerintah yang tertuang dalam GBHN 1993 dan UU No. 13 tahun 1998 (pasal 3). Dalam GBHN 1993 disebutkan bahwa lanjut usia yang masih sehat dan produktif diharapkan partisipasinya dalam pembangunan. Kemudian UU No. 13 tahun 1998 (pasal 3) menyebutkan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan lanjut usia (Suardiman, 2011: 18). Kedua peraturan di atas merupakan wujud perhatian pemerintah terhadap lanjut usia. Dan secara tidak langsung lanjut usia yang masih memelihara aktivitasnya dari dulu sebelum ia menginjak masa tua sampai sekarang merupakan hal yang baik. Hal ini berkaitan dengan teori kontinuitas.

Teori kontinuitas mengatakan bahwa orang memerlukan tetap memelihara satu hubungan antara masa lalu dan masa kini. Dalam hal ini aktivitas menjadi salah satu hal penting, bukan hanya untuk diri sendiri melainkan representasi yang berkesinambungan dari suatu gaya hidup. Jadi lanjut usia perlu terus melakukan kegiatan sehari-hari, selain bermanfaat untuk mencegah terjadinya peristiwa yang kurang baik atau berbahaya, juga meningkatkan dan mempertahankan aktivitas semaksimal mungkin. Dan lanjut usia

137 yang semasa mudanya aktif tentu akan merasa sangat tertekan jika di lanjut usianya tidak mempunyai aktivitas lagi (Hanum, 2008: 192).

Berbagai dampak positif dari pemberdayaan kesehatan lanjut usia di atas sejalan dengan hasil penelitian Majid Muhammad mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga. Judul penelitian tersebut yaitu Peran Posdaya Edelwys Dalam Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat Pedukuhan Serut Palbapang Bantul Yogyakarta. Hasil dari penelitian tersebut adalah masyarakat Pedukuhan Serut memiliki tambahan pengetahuan mengenai kesehatan, adanya kemandirian, dan partisipasi warga dalam pemberdayaan kesehatan. Perbedaan penelitian dari peneliti dan Majid Muhammad yaitu subjeknya. Peneliti memilih lanjut usia, sedangkan Majid Muhammad mengambil masyarakat secara umum sebagai subjeknya.

Sedangkan persamaan kedua penelitian tersebut terletak pada kajiannya, yaitu pemberdayaan kesehatan di Posdaya. Hasil dari kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberdayaan kesehatan yang dilakukan oleh Posdaya memberikan dampak yang positif bagi anggotanya. Kedua hasil penelitian tersebut turut mempertegas bahwa Posdaya menjadi suatu konsep yang tepat untuk menjawab kebutuhan masyarakat di akar rumput. Terlebih

138 lagi, masih adanya posdaya sampai sekarang juga menunjukkan bahwa program pemberdayaan tersebut diterima dengan baik oleh masyarakat. Seperti halnya yang dikatakan oleh Suyono:

Dalam waktu kurang dari 2 tahun sejak diresmikan, konsep Posdaya telah mendapatkan sambutan yang luar biasa serta diterima diberbagai tingkatan dan berbagai daerah sebagai suatu gagasan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat di akar rumput. Pada tahun 2008 lebih dari 600 posdaya sudah terbentuk dan dikembangkan secara meluas di tidak kurang dari 83 Kabupaten/ Kota yang tersebar di 12 provinsi yang meliputi seluruh provinsi di Pulau Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Bangka Belitung. Terlebih lagi banyak keinginan dan permintaan dari masyarakat terutama dari Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota, untuk mendapatkan sosialisasi dan pelatihan serta mengadakan peninjauan lapangan tentang Posdaya (Suyono, 2009: 1).

Kebermanfaatan Posdaya bagi masyarakat semakin diperkuat dengan hasil penelitian dari Sofyan Tri Untoro mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Judul penelitian tersebut yaitu Peran Pos Pemberdayaan Keluarga (POSDAYA) Edelwys Dalam Menangani Ketahanan Pangan Di Pedukuhan Serut Palbapang Bantul D.I.Y. Hasil penelitian tersebut adalah adanya peningkatan produksi pangan di Pedukuhan Serut Palbapang setelah adanya Posdaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa Posdaya merupakan salah satu bentuk pemberdayaan yang diterima oleh masyarakat, sesuai dengan kondisi masyarakat, dapat dirasakan oleh semua anggota masyarakat dan memberikan manfaat bagi masyarakat yang

139 mengembangkan pemberdayaan ini. Hal ini bertolak belakang dengan beberapa program pemberdayaan yang sebelumnya telah ada seperti Unit Ekonomi Produktif (UEP) dan home care.

Unit Ekonomi Produktif, merupakan salah satu pemberdayaan yang ditujukan untuk lanjut usia yang masih bisa melakukan kegiatan ekonomi. Program ini dibentuk oleh Kementerian RI, dimana bantuan yang diberikan berupa uang, tapi ini baru terjadi di tahun 2012 karena di tahun sebelunya bantuan yang diberikan berupa barang. Namun barang tersebut sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan lanjut usia, padahal di proposal pengajuan bantuan sudah tertera barang yang diperlukan (Dinsos DIY, 2014: 133). Ketegangan lain muncul ketika pengalokasian bantuan UEP belum didasarkan atas data persebaran populasi lanjut usia yang bekerja, akibatnya jumlah penerima UEP tidak proporsional, kejadian ini terjadi di Yogyakarta (Dinsos DIY, 2014: 135).

Home care merupakansalah satu program pemberdayaan

lanjut usia yang dicanangkan oleh Kementerian RI. Pembiayaan

home care berasal dari APBN dan APBD. Anggaran yang

bersumber dari APBN diperoleh melalui Kementerian Sosial RI dialokasikan untuk membiayai home care yang dilaksanakan oleh Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW). Sedangkan dana dari APBD Pemerintah DIY digunakan untuk penyelenggaraan home care

140 pada unit kerja seksi Perlindungan Sosial Lanjut Usia Dinas Sosial DIY. Namun di DIY mulai tahun 2012 PSTW tidak lagi menyelenggarakan home care karena sudah tidak ada alokasi dana dari APBN, sehingga program ini hanya dilakukan dengan dana APBD Pemerintah DIY (Dinsos DIY, 2014: 120). Sehingga hal tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan secara drastis jumlah lanjut usia yang ditangani yaitu dari 350 lanjut usia di tahun 2009 menjadi 105 lanjut usia di tahun 2013 (Dinsos DIY, 2014: 124).

Jika dibandingkan dengan berbagai program pemberdayaan di atas, Posdaya memiliki keunggulan tersendiri, karena program tersebut dilaksanakan oleh, dari, dan untuk masyarakat. Terlebih Posdaya merupakan wadah pelayanan keluarga secara terpadu, yaitu pelayanan pengembangan keluarga secara berkelanjutan dalam berbagai bidang, terutama kesehatan, pendidikan, ekonomi, agar keluarga tumbuh mandiri di desanya (Suyono, 2007: 8). Maka segala programnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri, sehingga berbagai ketegangan dapat dikurangi.

141 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait