• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN DAN ANALISIS A.Deskripsi Data

3. Pembentukan dan Perkembangan Posdaya

Posdaya merupakan forum silaturahmi, komunikasi, advokasi dan wadah kegiatan bagi penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Dalam hal-hal tertentu bisa juga menjadi wadah pelayanan keluarga secara terpadu, yaitu pelayanan pengembangan keluarga secara berkelanjutan dalam berbagai bidang, terutama kesehatan, pendidikan, ekonomi, agar keluarga tumbuh mandiri di desanya (Suyono, 2007: 8). Posdaya adalah hasil revitalisasi dari Posyandu.

97 Pada tahun 1990-an Posyandu menjadi program pemberdayaan yang sangat didukung oleh masyarakat, BKKBN, dan Departemen Kesehatan karena penyebaraan dan perkembangannya yang cepat. Posyandu merupakan kunci pendukung pelayanan terpadu yang mengantar suksesnya Program Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan, sehingga dalam pengertian banyak kalangan Posyandu identik dengan lembaga pelayanan terpadu untuk kesehatan dan KB, padahal tujuan dari Posyandu adalah untuk pemberdayaan keluarga secara paripurna.

Seakan berbanding terbalik dengan tahun 1990-an, di tahun 2005 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika masih menjabat sebagai Presiden RI menyampaikan pendapat agar segera merevitalisasi Posyandu. Revitalisasi tersebut diperlukan ketika di masyarakat muncul gejala terjadinya gizi buruk, bangkitnya kembali polio, serta penyakit menular lainnya. Banyak pihak mengkaitkan kejadian tersebut sebagai akibat semakin menurunnya intensitas pembinaan dan kegiatan Posyandu. Di sisi lain, masalah dan kebutuhan masyarakat dan keluarga Indonesia semakin berkembang dan kompleks. Padahal di waktu itu keluarga Indonesia belum berkembang dengan baik untuk menyelesaikan masalah dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan pemberdayaan dan pelayanan paripurna yang dinamik agar setiap

98 keluarga dapat melaksanakan fungsi-fungsi utamanya dengan baik untuk membangun keluarganya (Suyono, 2007: 5).

Karena pada saat itu Posyandu sebatas lembaga pelayanan terpadu KB dan kesehatan maka itu dianggap tidak cukup. Perlu dikembangkan lembaga pemberdayaan masyarakat, oleh masyarakat, dan menjadi milik masyarakat. Lembaga ini harus bisa menampung berbagai masukan untuk mengembangkan keluarga agar mampu melaksanakan 8 fungsi utamanya. Akhirnya terbentuklah Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di bawah naungan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri). Posdaya menjadi wadah untuk melakukan pemberdayaan 8 fungsi keluarga secara terpadu, diantaranya fungsi agama, budaya, cinta kasih, perlindungan, kesehatan/ reproduksi, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. Posdaya dibentuk bukan untuk menggantikan pelayanan yang sudah ada di masyarakat, tetapi dimaksudkan untuk mengembangkan forum pemberdayaan terpadu (dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pembinaan, dan evaluasi melibatkan berbagai petugas atau sukarelawan yang terkoordinir) dan dinamis (Suyono, 2007: 7). 4. Pembentukan Posdaya Ontoseno

Posdaya Ontoseno resmi dibentuk pada 31 Januari 2009. Posdaya ini merupakan program pemberdayaan masyarakat milik Pedukuhan Puton, Trimulyo, Jetis, Bantul, Yogyakarta. Nama Ontoseno diambil dari dunia pewayangan, yang dalam penyebutannya

99 tidak bisa halus, tegas dan keras. Sehingga diharapkan Ontoseno menjadi pemberdayaan masyarakat yang tegas dan bisa memberi manfaat untuk masyarakat setempat.

Namanya itu Ontoseno, nama itu diambil dari nama pewayangan. Jadi kalau Ontoseno itu kan penyebutannya enggak bisa halus ya mbak, jadi penuh tekanan (wawancara dengan NG pada 27 Januari 2016).

Pembentukan Posdaya Ontoseno dilatarbelakangi oleh bencana gempa bumi yang melanda Bantul dan sekitarnya pada 2006. Pada saat itu Pedukuhan Puton menjadi salah satu korban dari adanya bencana tersebut, sehingga roda kehidupan di Pedukuhan Puton sempat berhenti. Pasca gempa, banyak bantuan yang datang untuk membantu warga di Puton, bantuan tersebut berasal dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah sampai pihak swasta. Seakan tidak mau dininabobokkan oleh berbagai bantuan tersebut, beberapa aggota masyarakat di Puton yang diprakarsai oleh Soraya Isfandiari, yang sekarang menjabat sebagai ketua Posdaya Ontoseno mencoba membentuk program pemberdayaan masyarakat yaitu Posdaya agar Puton bisa bangkit melawan keterpurukan.

Posdaya Ontoseno mengalami berbagai dinamika dalam pembentukannya, mulai dari mendapat dukungan sampai diacuhkan. Dukungan tersebut berasal dari berbagai pihak seperti, Bupati Bantul yang pada saat itu dijabat oleh Idham Samawi, Haryono Suyono, dan warga Puton sendiri. Namun ada juga beberapa warga yang acuh dan tidak peduli dengan pembentukan Posdaya Ontoseno, dan hal inilah

100 yang membuat beberapa pendiri Posdaya Ontoseno sempat goyah dan tidak yakin. Namun karena dukungan tersebut lebih besar, maka pembentukan Posdaya Ontoseno tetap dilanjutkan, sampai di tahun 2014 posdaya tersebut menjadi pemenang di lomba posdaya tingkat Nasional.

Jadi dulu itu di Kabupaten Bantul kan ada gempa, nah Puton menjadi salah satu wilayah yang kena dampak dari gempa tersebut. Dulu Puton ini sudah benar-benar rata dengan tanah, semua bangunan rubuh. Semenjak itulah datang bantuan dari mana-mana. Mulai dari pemerintah sampai swasta. Masyarakat Puton yang rumahnya rusak juga diberi bantuan untuk memperbaiki rumah mereka tentunya dengan ketentuan yang sudah dibuat sebelumnya, kerusakannya seperti apa. Nah karena banyaknya bantuan itu kami ini para pendiri Posdaya jadi berfikir, orang luar aja sangat memperhatikan kita sangat gigih membantu dengan memberi berbagai bantuan, kok kita yang warga Puton hanya berdiam diri saja. Kalau begitu kan jadinya sama saja dengan menina-bobokkan warga Puton dengan berbagai bantuan. Oleh karena itu kami para pendiri mengajak masyarakat Puton untuk ayo berdiri bersama-sama, membangun Puton kembali (wawancara dengan KH pada17 Februari 2016).

Aspek kehidupan yang dikembangkan Posdaya Ontoseno antara lain bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan hidup. Bidang pendidikan diwujudkan melalui PAUD, Taman Bacaaan dan Informasi Masyarakat, serta Pembelajaran Anak Putus Sekolah.

Bidang ekonomi diwujudkan melalui Koperasi “Amrih Guyub”, Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin “Puton Berseri”, Kelompok

UMKM, Kelompok Tani Wanita “Dewi Sri”, Kelompok Perikanan Wanita “Berdikari”, Kelompok Peternakan, Kelompok Perikanan, dan

101

Balita “Salak”, Posyandu Lanjut Usia “Arum Ndalu”, Desa Siaga, dan

PHBS. Bidang lingkungan hidup diwujudkan melalui Minggu Bersih,

Tim Jumantik, RT Hijau, Bank Sampah “SGM”, Kelompok Pengrajin Sampah “Srikandi”, Pengolahan Sampah Organik, Kebun Gizi

Keluarga, Toga Masyarakat, Kampung Durian, dan Nandur Jeruk Pecel. Dalam perjalanannya Posdaya Ontoseno menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai universitas, baik dari dalam maupun luar negeri, diantaranya yaitu Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Universitas Sarjana Wiyata (UST), Universitas Islam Indonesia (UII), dan lain-lain, sedangkan yang dari luar negeri yaitu Universitas dari Jepang, Korea Selatan, Philiphina, Thailand, Belanda, Swiss, Kanada, dan lain-lain. Hubungan kerjasama yang masih terjalin erat yaitu dengan Universitas Seoul Korea, sampai sekarang mahasiswa dari universitas tersebut masih sering datang ke Pedukuhan Puton setiap 6 bulan sekali. Kesan yang paling mengena juga diberikan oleh Universitas Seoul tersebut, karena mereka banyak memberikan bantuan sampai sekarang baik berupa materi maupun tenaga untuk warga di Pedukuhan Puton, salah satunya memberikan bantuan uang pendidikan untuk anak yang berasal dari keluarga kurang mampu (Forum Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat, 2009).

Kerjasama antara Pedukuhan Puton dengan Universitas Seoul seperti halnya hubungan timbal balik, karena ada hal-hal baru yang

102 saling mereka ajarkan. Ketika mahasiswa dari Universitas Seoul memberikan berbagai bantuan kepada masyarakat di Pedukuhan Puton, warga Puton juga mengajarkan ilmu baru untuk mereka, seperti belajar menanam padi yang belum biasa dilakukan oleh mahasiswa tersebut.

Kami juga menjalin kerjasama dengan universitas Seoul di Korea sana, jadi setiap semester itu yang kesini mahasiswanya beda-beda. Mereka disini belajar menanam padi, kan lucu ya kalau orang luar itu menanam padi, kotor-kotoran di tanah. Kemudian mereka juga memberi macam-macam sama Puton ini. Ya memberi bantuan untuk anak sekolah yang berasal dari keluarga kurang mampu (wawancara dengan KH, pada 17 Februari 2016).

Dokumen terkait