• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Perang Uhud Terhadap Perkembangan Ajaran Islam

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Dampak Perang Uhud Terhadap Perkembangan Ajaran Islam

Secara umum dapat dikatakan bahwa kaum Muslimin mengalami kekalahan dalam perang Uhud, namun dalam waktu singkat pasukan Muslimin telah mampu memulihkan kekuatan, bahkan lebih kuat jika dibandingkan dengan sebelumnya. Kaum Quraisy Makkah tidak rela membiarkan kekuatan Islam Madinah semakin berkembang sebab mereka mempunyai pandangan bahwa kekuatan Islam yang semakin meningkat dapat menjadi penghalang kepentingan sosial ekonomi dan politik kaum Quraisy. Oleh karena itu, kaum Quraisy selalu berusaha untuk menghancurkan kekuatan Islam di Madinah. Setelah perang Uhud berakhir, golongan Yahudi Bani Nadzir di usir dari Madinah karena telah melakukan pengkhianatan dan pembelotan. Sejak saat itulah, Yahudi Bani Nadzir bergabung dengan kaum Quraisy Makkah dan manjadi mata-mata bagi pihak musuh. Yahudi Bani Nadzir selalu mengawasi dan mengamati kondisi umat Islam di Madinah. Sebagian besar orang Yahudi yang diusir dari Madinah mengungsi ke wilayah Khaybar. Di Khaybar, Yahudi menghimpun kekuatan dan bersekutu dengan orang-orang Badui serta berencana untuk melakukan penyerangan terhadap Madinah. Pada tahun ketujuh hijrah, benteng pertahanan Yahudi di Khaybar dikepung oleh pasukan Muslimin hingga membuat Yahudi menyerah.

Setelah Yahudi menyerah, semua golongan Yahudi baik Bani Qainuqa’, Bani

Nadzir maupun Bani Quraizah secara total diusir dari Madinah. Semenjak saat itu, seluruh wilayah Madinah bebas dari pengaruh Yahudi (K. Ali, 2003: 97).

Perang Uhud telah memberikan pelajaran yang penting kepada kaum Muslimin. Pelajaran tersebut berlaku sampai dengan hari Kiamat. Allah SWT

ingin menguji keimanan kaum Muslimin kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW melalui kekalahan yang diperoleh oleh kaum Muslimin dalam perang Uhud. Perang Uhud telah memberikan pelajaran yang berharga bagi kaum Muslimin agar tidak meninggalkan perintah Nabi Muhammad SAW dalam situasi apapun (Majid ‘Ali Khan, 1985: 153-154). Selain itu, perang Uhud juga merupakan pembeda antara orang-orang beriman dengan orang kafir seperti yang telah dijelaskan di dalam Tafsir Ibnu Katsir Q.S. Ali‘Imran ayat 121 (M. ‘Abdul

Ghoffar, 2008: 125).

Setelah perang Uhud, Nabi Muhammad SAW mulai melakukan berbagai pembaharuan. Nabi Muhammad SAW berhasil membentuk suatu pemerintahan kesatuan yang berpusat di Madinah. Bangsa-bangsa Arab pada saat itu masih benar-benar tersesat dalam bidang keyakinan atau kepercayaan terhadap suatu agama. Bangsa Arab masih banyak yang menyembah berhala dan meyakini segala macam tahayul. Kesesatan yang demikian berlangsung secara terus-menerus hingga datanglah Nabi Muhammad SAW yang berhasil menghapuskan seluruh bentuk kesesatan yang berkembang saat itu. Bangsa Arab mulai meninggalkan berhala dan akhirnya hanya menyembah kepada Allah SWT. Hanya dalam waktu yang tidak terlalu lama, yakni sekitar 2 tahun, Nabi Muhammad SAW berhasil mengubah kekafiran dan kemusyrikan bangsa Arab menjadi bangsa yang religius sesuai dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW adalah seorang sosialis sejati. Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW menyaksikan praktek eksploitasi manusia untuk kepentingan sekelompok manusia tertentu melalui praktek riba. Nabi Muhammad SAW segera mengambil langkah dengan cara mengganti riba dengan mengembangkan prinsip- prinsip zakat dan sedekah sehingga distribusi kekayaan tidak hanya berkisar pada para pemilik modal saja. Nabi Muhammad SAW juga mendorong seluruh masyarakat Arab agar mencari suatu mata pencaharian tertentu untuk menunjang kebutuhan ekonomi sehari-hari.

Upaya pembaharuan lainnya yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah penghapusan kasta sosial. Nabi Muhammad SAW menghilangkan jurang pemisah antara sesama anggota masyarakat yang hanya didasarkan pada

harta kekayaan, jabatan, bahkan keturunan dan warna kulit. Nabi Muhammad SAW memberikan suatu pelajaran bahwa kedudukan semua manusia adalah sama. Adapun yang paling mulia diantara manusia adalah yang paling taat kepada Allah SWT dan yang paling banyak memberikan manfaat kepada sesama manusia. Nabi Muhammad SAW juga menghapuskan sistem perbudakan yang merupakan bagian integral dari sistem peradaban Arab. Nabi Muhammad SAW menetapkan sejumlah peraturan yang membantu meninggikan status para budak. Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa tidak ada penghambaan diantara sesama manusia. Penghambaan yang sesungguhnya hanyalah penghambaan antara manusia dengan Allah SWT. Seringkali Nabi Muhammad SAW membeli budak untuk memerdekakannya.

Aspek lain pembaharuan Nabi Muhammad SAW adalah berkaitan dengan kedudukan sosial wanita. Sebelum Islam benar-benar tumbuh di Jazirah Arab, tidak ada satu agama pun yang berusaha keras mengangkat derajat wanita. Selama ini wanita selalu diperlakukan secara hina. Di seluruh penjuru dunia, wanita hanya dijadikan sebagai pelayan bagi kaum laki-laki. Bahkan dalam bangsa Athena (Yunani), bangsa kuno yang paling berbudaya, seorang istri diperlakukan seperti budak. Melihat kondisi demikian, ajaran Islam mulai menetapkan sejumlah hak dan keistimewaan bagi wanita. Al-Qur’an secara tegas

telah menyatakan bahwa wanita mempunyai hak-hak tertentu atas laki-laki sebagaimana laki-laki hak-hak tertentu atas wanita. Dalam ajaran Islam, wanita mempunyai kedudukan yang sama dengan laki-laki. Dalam hal pewarisan dan pemilikan harta perorangan, status wanita muslim jauh lebih tinggi kedudukannya daripada wanita-wanita non muslim. Nabi Muhammad SAW berusaha mengubah kondisi wanita yang sangat menyedihkan pada saat itu. Perlakuan yang baik dan penghormatan terhadap wanita merupakan salah satu ajaran dasar yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi berusaha memerdekakan dan membebaskan wanita dari penjajahan kaum laki-laki dengan memberikan hak untuk menentukan calon suami dan hak atas warisan kekayaan ayah atau suami yang meninggal. Nabi Muhammad SAW juga berusaha menghentikan tradisi membunuh anak perempuan sehingga kaum wanita tidak lagi menderita karena

kesewenang-wenangan kaum laki-laki. Pada saat itu, Jazirah Arab menjadi satu kesatuan politik di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Para penyembah berhala berbondong-bondong mulai memeluk agama Islam sehingga bangsa Arab semakin tinggi moralitasnya (K. Ali, 2003: 115-119).

C. Pengaruh Perang Uhud Dalam Perkembangan Bidang Militer

Dokumen terkait