• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pertumbuhan Desa Hanura Terhadap Aspek Sosial Masyarakat Kecamatan Padang Cermin

PERTUMBUHAN DESA PROYEK TRANSMIGRASI ANGKATAN DARAT II (TRANS-AD II) HANURA DAN PENGARUH TERHADAP KEHIDUPAN

B. Dampak Pertumbuhan Desa Hanura Terhadap Aspek Sosial Masyarakat Kecamatan Padang Cermin

Proyek Trans-AD II Desa Hanura melahirkan perubahan-perubahan pada kehidupan masyarakat, terutama pada keluarga anggota Trans-AD. Perubahan-perubahan tersebut meliputi Perubahan-perubahan dalam bidang sosial serta kehidupan ekonomi masyarakat Trans-AD. Oleh karena itu, transmigrasi telah membawa pengaruh yang luas terhadap perubahan kehidupan keluarga Trans-AD II Desa Hanura dan kehidupan masyarakat yang ada Kecamatan Padang Cermin.

56 Wawancara dengan Leonardo (62 tahun, Anak dari Kapten Purn. J.C. Gleling, kodam IV Sriwijaya), Tanggal 16 Maret 2016

Perubahan-perubahan sosial di sebuah desa terjadi karena adanya perencanaan maupun terjadi secara alami atau tidak disengaja. Perubahan sosial yang terjadi di dalam suatu masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola prilaku, lapisan masyarakat, interaksi sosial dan lain sebagainya. Faktor penyebab terjadinya perubahan sosial salah satunya adalah adanya rasa ketidakpuasan dari suatu masyarakat dengan keadaan yang dialami, kemudian memunculkan usaha untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan menyesuaikan diri pada aspek-aspek kehidupan lain yang telah mengalami perubahan lebih dahulu.57

Pertemuan antara unsur-unsur kebudayaan yang dibawa oleh masyarakat Trans-AD Desa Hanura dan unsur kebudayaan lain yang ada di sekitar menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada kehidupan sosial masyarakat. Masyarakat Trans-AD memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dan sangat dipengaruhi oleh pola kehidupan militer. Pola kehidupan militer sangat mengutamakan unsur kedisiplinan dan organisasi yang terstruktur dengan rapih dengan sistem kepangkatan, Sedangkan pola kehidupan masyarakat di sekitarnya masih menjalani pola kehidupan yang konvensional. Pola konvensional yaitu pembentukan struktur masyarakatnya masih berdasarkan garis keturunan dan umur. Pada akhirnya unsur-unsur kebudayaan baru yang muncul menyebabkan perubahan-perubahan dan pergeseran dalam nilai-nilai dan norma-norma serta pola hubungan sosial dalam masyarakat. Pengaruh-pengaruh tersebut membawa perubahan dalam tingkat pendidikan, gaya hidup, dan pergaulan masyarakat, serta stratifikasi dalam masyarakat.

57

Masyarakat Desa Hanura sebagai pendatang mendapatkan banyak pengaruh budaya dari daerah sekitar yang mayoritas bersuku Lampung Saibatin atau orang Lampung yang mendiami daerah pesisir. Akulturasi budaya antara masyarakat asli dengan kebudayaan Jawa yang dibawa oleh Anggota Trans-AD dalam prosesi upacara pernikahan. Masyarakat Desa Hanura umumnya menggunakan Tradisi pernikahan Jawa. Setiap masyarakat yang mengadakan acara pernikahan di kediamannya, masih memasang tanda berupa Janur Kuning yang diletakan di pintu masuk gang atau jalan sebagai tanda sedang dilaksanakannya upacara pernikahan. Pemasangan tanda berupa Janur Kuning yang terbuat dari daun kelapa yang masih muda merupakan kebiasaan orang Jawa. Upacara pernikahan antara orang Hurun yang merupakan penduduk asli Lampung dengan orang Hanura dilaksanakan mengikuti prosesi Adat Jawa, namun busana yang digunakan menggunakan pakaian adat Lampung Saibatin.

Perubahan yang terjadi pada masyarakat Desa Hanura dan masyarakat yang ada di Kecamatan Padang Cermin dipengaruhi oleh kebudayaan yang berasal dari kota. Pengaruh-pengaruh tersebut masuk melalui interaksi antara masyarakat desa yang bekerja di kota dan juga akses dari desa menuju kota yang semakin mudah. Perubahan dalam pergaulan antar masyarakat nampak pada bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Sebagian besar masyarakat menggunakan Bahasa Indonesia dalam melakukan interaksi di antara masyarakat. Bahasa Indonesia sering digunakan di sekolah, instansi pemerintahan dan lapangan pekerjaan lain yang ada di Desa Hanura, sehingga bahasa daerah Lampung dan Jawa semakin jarang digunakan.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang penting dalam proses pembangunan daerah. Pendidikan menjadi landasan utama untuk mencapai sebuah kemajuan. Pada dasarnya pendidikan adalah sumber daya terbesar bagi umat manusia. Lewat pendidikan manusia dapat berpikir secara logis dan sistematis, memiliki wawasan yang luas dan manjadi lebih kritis untuk menghadapi masalah-masalah yang terjadi. Proses pendidikan dan sarana pendidikan yang ada di masyarakat sangat erat kaitannya dengan tingkat pendapatan masyarakat tersebut. Tinggi atau rendah tingkat pendidikan yang dicapai sangat dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakat tentang pendidikan. Semakin tinggi tingkat kesadaran masyarakat diiringi dengan peningkatan pendapatan dan tersedianya sarana-sarana pendidikan, maka semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat tersebut.

Tingkat pendidikan di Kecamatan Padang Cermin masih sangat rendah sebelum adanya Trans-AD Desa Hanura. Hal ini disebabkan sarana pendidikan yang belum tercukupi, belum adanya fasilitas sekolah, akses ke sekolah yang belum mendukung, pendapatan keluarga yang rendah, dan jarak tempuh ke sekolah cukup jauh. Faktor tersebut mengakibatkan banyak anak-anak tidak bisa bersekolah dan pada akhirnya memilih untuk bekerja menggarap lahan perkebunan milik keluarga. Sekolah yang ada terletak di wilayah Kecamatan Padang Cermin, berjarak 8 Km dari desa dan masih setingkat Sekolah Dasar. Jika masyarakat ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya, maka harus pergi kota dan mengeluarkan biaya lebih banyak.

Kesadaran orang tua di Desa Hurun dan Sidodadi akan pentingnya pendidikan, terutama bagi anak-anak mereka, masih tergolong rendah. Situasi ini dialami oleh kebanyakan orang tua yang enggan untuk menyekolahkan anaknya karena alasan pekerjaan. Masyarakat Kecamatan Padang Cermin lebih memilih anaknya untuk langsung menjadi petani, daripada menyekolahkannya dan pada akhirnya tetap menjadi petani.58

Proyek Trans-AD II Desa Hanura sejak awal pendirian pada tahun 1966 berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat yang ada di Desa Hanura dan desa lain di sekitarnya. Pembangunan fasilitas-fasilitas yang ada di Desa Hanura berimbas pada terbukanya lahan mata pencarian baru untuk menambah pendapatan. Pembangunan sarana pendidikan berupa sekolah dan fasilitas jalan penghubung antar desa memudahkan masyarakat untuk pergi ke sekolah utuk mendapatkan pendidikan formal. Sekolah yang ada di Desa Hanura seluruhnya telah berstatus Negeri. Sekolah Pendidikan Guru (SPG) berganti statusnya menjadi Sekolah Menengah Atas Negeri Satu Padang Cermin (SMAN I Padang Cermin) pada tahun 1979. Sekolah-sekolah yang ada di Desa Hanura menjadi sekolah pertama yang berstatus negeri di wilayah Kecamatan Padang Cermin. Hal ini berpengaruh pada tingkat pendidikan masyarakat baik yang ada di Desa Hanura maupun desa-desa lain yang ada di Kecamatan Padang Cermin.

58

Wawancara dengan Sitompul (81 tahun, Staf Komando Pelaksana (Kolak) Trans-AD II) tanggal 14 Maret 2016.

Tabel 2. Jumlah Masyarakat Terdidik Desa Hanura No. Jenis Pendidikan Jumlah 1980 1985 1988 1990 1 SD 700 725 730 730 2 SMP 300 309 320 3 SMA - 98 102 114 4 D 1 - D 3 2 5 10 25

(Sumber: Dokumen Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pesawaran) Jumlah masyarakat terdidik Kabupaten Padang Cermin cenderung mengalami peningkatan tiap tahun. Masyarakat terdidik mengalami peningkatan bersamaan dengan perbaikan-perbaikan fasilitas pendidikan di Desa Hanura dan kesadaran masyarakat sekitar tentang pentingnya pendidikan. Pandangan Masyarakat bahwa semakin tinggi pendidikan yang ditempuh, maka semakin mudah masyarakat mendapatkan pekerjaan, terutama pekerjaan yang berstatus pegawai negeri. Tingkat pendidikan mempengaruhi jumlah pendapatan dan status sosial yang diperoleh masyarakat. Sampai tahun 1990 di Desa Hanura belum ada masyarakat yang menempuh pendidikan sampai ke tingkat sarjana karena mayoritas memilih menjadi pekerja di Kota Bandar Lampung. Sekolah Pendidikan Guru (SPG) dihapuskan pada tahun 1979 dan meluluskan 103 siswa. SPG diganti statusnya menjadi SMA dan baru menerima siswa pada tahun 1985 untuk menyesuaikan kurikulum sengan sekolah-sekolah yang ada di Kecamatan Padang Cermin.59

59

Wawancara dengan Sunarto (79 tahun, Pensiunan TNI AD Kodam VIII/Brawijaya). Tanggal 20 Maret 2016.

Pendidikan merupakan proses belajar yang dilakukan secara sadar baik formal maupun informal.60 Dalam hal ini masyarakat Padang Cermin, Khususnya Desa Hanura mengalami peningkatan pendidikan tidak hanya dalam pendidikan formal. Masyarakat mengalami peningkatan keterampilan, yaitu keterampilan dalam pemanfaatan lahan dan membangun rumah. Keterampilan tersebut diperoleh dari pengalaman-pengalaman saat pelaksanaan Proyek Trans-AD pada tahun 1966. Para anggota Trans-AD diberikan pembekalan dan pengetahuan tentang kehidupan bermasyarakat, membangun tempat tinggal, dan menggarap lahan, selain keterampilannya sebagai pasukan pertahanan dan pengamanan.61

Tingkat pendidikan terus mengalami peningkatan setiap tahun. Siswa sekolah mulai beragam berasal dari berbagai desa yang ada di Kecamatan Padang Cermin. Peningkatan paling mencolok terjadi pada jumlah masyarakat yang menempuh pendidikan sampai tingkat sarjana strata satu (S-1). Peningkatan terjadi karena banyak lapangan pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja dengan jenjang pendidikan sampai sarjana S-1. Para lulusan SMA yang tidak melanjutkan pendidikan memilih untuk bekerja menjadi pekerja di sektor pertanian dan nonpertanian, salah satunya menjadi karyawan toko di Pasar Hanura atau di Kota Tanjung Karang.

Stratifikasi sosial, pelapisan sosial, atau struktur sosial vertikal adalah penggambaran kelompok-kelompok sosial dalam susunan hierarkis dan berjenjang.

60

Khairuddin H., Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Liberty, 1992), hlm. 104.

61

Wawancara dengan Sitompul (81 tahun, Staf Komando Pelaksana (Kolak) Trans-AD II) tanggal 14 Maret 2016.

Setiap kelompok masyarakat memiliki strata sosial, karena pada dasarnya kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh nilai. Keberadaan nilai selalu mengandung kelangkaan, tidak mudah didapat dan oleh karena itu, memberikan “harga” pada penyandangnya. Masyarakat yang memperoleh lebih banyak “hal yang bernilai” maka semakin tinggi dan terpandang kedudukannya.62

Di dalam masyarakat Desa Hanura terjadi suatu sistem pelapisan masyarakat. Kelas-kelas sosial paling tinggi diduduki oleh masyarakat yang memiliki kesejahteraan ekonomi dan mempunyai status sosial berdasarkan gelar dan jabatan-jabatan yang disandang. Masyarakat yang termasuk dalam golongan ini terdiri atas pegawai negeri, juragan, kepala desa, dan para perangkat desa lainnya, termasuk di dalamnya para pemuka agama. Masyarakat yang dianggap berada pada lapisan sosial rendah umumnya terdiri atas para petani penggarap, buruh tani, kuli pasar, pedagang kecil di pasar dan masyarakat tunawisma.

Proyek Trans-AD II Desa Hanura jika dilihat dari perkembangannya telah mampu memperbaiki kehidupan masyarakat terutama kehidupan masyarakat transmigran sendiri. Sebuah penghargaan untuk masyarakat Trans-AD yang berhasil memperbaiki kondisi ekonominya dan mendapatkan status sosial yang lebih tinggi dari sebelumnya. Salah satu indikator keberhasilan tersebut dapat terlihat dari keadaan tempat tinggal yang telah dimiliki. Rumah-rumah, pasar dan pertokoan, serta sarana ibadah yang lengkap sudah dibangun secara permanen dilengkapi dengan perabotan rumah yang lengkap dan modern. Masyarakat Desa Hanura telah berperan

62

memobilitas status sosialnya beserta masyarakat yang ada di Kecamatan Padang Cermin ke tingkat yang lebih baik. Desa Hanura sudah memiliki tiga masjid, sembilan musala, dan tiga gereja sebagai fasilitas untuk masyarakat melaksanakan kegiatan beragama. Kondisi kedidupan yang lebih baik tersebut menjadi simbol status sosial dalam masyarakat.

Desa Hanura mengalami bentuk stratifikasi sosial yang tebuka (Open Social Stratification) yang berarti setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kemampuannya sendiri untuk memperbaiki strata sosialnya. Hal ini terjadi pada masyarakat Trans-AD dan masyarakat desa yang ada di sekitarnya. Berdasarkan uraian diatas Desa Hanura memperlihatkan gerak sosial vertikal, artinya pergerakan kehidupan sosial yang mengarah naik (Social Climbing) atau menunjukan sebuah kemajuan.63

Perkembangan dan pertumbuhan juga terlihat dari lahirnya berbagai lembaga-lembaga sosial sebagai penunjang kehidupan masyarakat desa. Lembaga sosial atau yang disebut juga lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan daripada norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat.64 Lembaga-lembaga yang ada di Desa Hanura berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat akan fasilitas-fasilitas desa yang semakin meningkat. PKK menjadi salah satu lembaga yang berkembang di Desa Hanura.

63

Soerjono Soekanto, Op. Cit., hlm. 226.

64

Sejak awal pembentukannya di Desa Hanura, PKK berperan dalam pengelolaan Taman Kanak-kanak, posyandu, dan KUD.

Desa Hanura merupakan daerah yang terdiri dari pantai, laguna, sawah dan rawa, serta pegunungan. Di sepanjang pantai terdapat tambak-tambak udang yang aktif 6,5 Ha dan yang tidak aktif 34 Ha, bila dibandingkan dengan desa lain yang memiliki karakteristik lingkungan sama (daerah pantai, tambak udang, laguna, dan rawa), tingkat kejadian penyakit malaria lebih tinggi kejadiannya di Desa Hanura. pengelolaan lingkungan yang kurang baik sangat berpotensial menjadi tempat perindukan nyamuk malaria. Tambak udang yang sudah tidak aktif dibiarkan begitu saja karena sudah tidak produktif lagi, menyebabkan masyarakat beralih mata pencarian. Puskesmas Hanura berperan aktif dalam pengawasan kesehata masyarakat desa. Pada tahun 1981 di Puskesmas Hanura terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan penderita malaria klinis 67 jiwa dan penderita malaria positif berjumlah 14 jiwa serta kematian 7 jiwa. Penyakit malaria juga menyebar ke desa lain yang ada di sekitar desa hanura, tercatat oleh Puskesmas Hanura Desa Sukajaya dengan penderita malaria klinis 462 jiwa dan malaria positif berjumlah 243 jiwa, Desa Hurun dengan penderita malaria klinis 626 jiwa dan penderita malaria positif berjumlah 274 jiwa.65 Puskesmas Hanura tetap melakukan pemerikasaan dan pendataan rutin tiap tahun terhadap masyarakat Kecamatan Padang Cermin, khususnya Desa Hanura.

65

Mardiana dan Dwi Fibrianto, ”Hubungan Karakteristik Lingkungan Luar Rumah Dengan Kejadian Penyakit Malaria”, Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 5 (1), (Semarang: Kemas, 2009), hlm. 12.

B. Dampak Pertumbuhan Desa Hanura Terhadap Aspek Ekonomi Masyarakat