• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP, bagian akhir dari skripsi yang berisikan mengenai kesimpulan dan saran. Kesimpulan menjelaskan ringkasan dari

TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

B. Dampak Relokasi Bagi Pedagang Pasca Penataan PKL di Tanah Abang

1. Dampak Positif

Adapun dampak positif dari relokasi bagi pedagang pasca penataan PKL di Tanah Abang, ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi sebagai berikut :

a. Aspek Sosial

1. Kegiatan yang dilakukan pedagang menjadi lebih tertib, dan aman karena disediakan lokasi yang sudah di legalkan oleh pemerintah sehingga tidak mengganggu keindahan tatanan kota. Keberadaan Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) memberikan tempat usaha yang nyaman bagi pedagang dan pengunjung, pedagang dan pengunjung merasa nyaman karena tempatnya yang bersih, tidak

62

khawatir lagi kepanasan maupun kehujanan, dan aman dari gangguan pengamen maupun preman karena sepanjang JPM terdapat petugas keamanan yang berjaga.

2. Adanya aturan yang dapat mengubah kebiasaan pedagang, sadar akan nilai-nilai kebersihan, kerapihan dan ketertiban di setiap kios pedagang lingkungan JPM Tanah Abang. Meskipun ada petugas sampah yang bekerja untuk membersihkan sampah, namun kesadaran setiap pedagang akan kebersihan dan kerapihan adalah tanggung jawab setiap pedagang, hal ini didukung dengan adanya kebijakan pemerintah yang mengurusi kebersihan secara struktural dengan memberikan sanksi bagi siapapun yang melanggar.

3. Keberadaan Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) sebagai solusi mengurangi kemacetan di Tanah Abang.

Kebijakan penataan di Tanah Abang selain untuk menertibkan PKL yang berjualan di trotoar, pembangunan JPM Tanah Abang juga sebagai salah satu solusi untuk mengurangi kemacetan lalu lintas di Jalan Jatibaru Raya yang merupakan salah satu titik kemacetan yang di Tanah Abang. Kemacetan tersebut diakibatkan karena banyaknya PKL yang berjualan di trotoar jalan yang membuat arus lalu lintas menjadi tersendat. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak AS selaku Penanggungjawab atas JPM Tanah Abang :

63

―Dengan adanya JPM seperti ini, sudah tidak ada orang tuh yang lalu-lalang di jalanan, maksudnya dulunya kan orang lewat banyak jadi mobil agak terhambat, tapi sekarang kan udah tidak ada, keluar dari stasiun mereka udah menggunakan JPM ini.‖

(Wawancara Bapak AS, 8 Agustus 2019).

Menurut Bapak AS selaku Penanggung jawab atas JPM Tanah Abang, dengan adanya JPM memudahkan pejalan kaki sehingga tidak menyebabkan kemacetan antara pejalan kaki dengan kendaraan di jalan. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Sdr. IM pedagang pakaian yang posisinya berada di dalam gang Jalan Jatibaru mengatakan bahwa:

―Ya paling dampak positifnya, jalanan di depan lebih rapih kali ya ga terlalu macet sama pejalan kaki bisa lewat jembatan itu.

Terus yang dagang dipinggir jalan juga udah berkurang karena ada yang pindah keatas juga kan, dan di jalan dijaga satpol pp juga setiap hari gaboleh lagi jualan di pinggir jalan. Jadi lebih kondusif sih ya, karena sebenernya kan jembatan itu dibangun buat pejalan kaki yang lewat biar ga macet juga jalanannya gitu.

Jadi lebih efektif aja kali dari stasiun orang mau belanja ke Blok F atau ke Blok G kan sama ke dalam gang sini juga bisa lewat jembatan itu.‖ (Wawancara Sdr IM, 4 September 2019).

b. Aspek Ekonomi

1. Penataan PKL di Tanah Abang memberikan peluang kesempatan usaha bagi masyarakat Tanah Abang.

Kebijakan penataan pedagang kaki lima yang dilakukan diharapkan tidak hanya menjadi eksistensi Pemerintah Daerah dalam menjalankan peraturan daerah dengan baik. Pemerintah Daerah sebagai perpanjangan tangan dari Pemerintah Pusat harus memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada pedagang untuk kepentingan pengembangan usaha dan kesejahteraan pedagang kaki

64

lima, seperti yang dilakukan Pemerintah Daerah DKI Jakarta yang melakukan kebijakan penataan PKL di kawasan Tanah Abang.

Penataan PKL di Jalan Jatibaru Raya yang lokasinya termasuk wilayah Kecamatan Tanah Abang menjadi titik pembangunan JPM Tanah Abang yang difungsikan sebagai sarana pejalan kaki juga sebagai tempat berjualan khusus PKL di Tanah Abang. Hal tersebut disampaikan oleh Ibu HT pedagang pakaian di JPM Tanah Abang yang memberikan informasi kepada penulis, sebagai berikut :

―Iya emang katanya khusus orang Tanah Abang yang KTP nya Kecamatan Tanah Abang, khusus buat yang pengangguran, jadi diberdayakan. Yang jualan di tenda-tenda itu kan lapak orang Tanah Abang semua, jadi istilah biar orang Tanah Abang itu punya income biar mengurangi pengangguran.‖ (Wawancara Ibu HT, 21 Agustus 2019).

Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukan bahwa hanya PKL yang mempunyai KTP Kecamatan Tanah Abang yang dapat direlokasi ke JPM Tanah Abang, dengan demikian masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Tanah Abang mendapat kesempatan untuk berdagang di JPM Tanah Abang.

2. Pembinaan kepada PKL di JPM Tanah Abang.

PKL JPM Tanah Abang yang sudah melakukan pendaftaran dan pendataan oleh dinas UMKM mendapatkan hak nya yaitu, mereka mendapatkan izin usaha dari UMKM dan dapat mengajukan usahanya untuk mendapatkan pelatihan

65

kewirausahaan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak AS, selaku Penanggungjawab atas JPM Tanah Abang, sebagai berikut :

―Mereka dapat mengikuti seminar dari UMKM, seperti tips bagaimana dapat me-manage uang ya, seperti mengatur uang khusus untuk modal dan uang untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sebenarnya banyak sih pelatihan-pelatihan dari pemerintah seperti program dari gubernur juga ada, kalau mereka tertarik dan rajin mencari informasi dan rajin mengikuti tahapan pelatihannya.‖ (Wawancara Bapak. AS, 8 Agustus 2019).

Berdasarkan hasil wawancara diatas, PKL yang sudah terdaftar di JPM Tanah Abang dapat dikatakan bahwa usaha dagang mereka sudah resmi dan terdaftar di dinas UMKM dan mereka dapat ikut serta bergabung menjadi anggota pelatihan wirausaha untuk dapat memajukan usaha mereka. Selain itu, dengan adanya pelatihan wirausaha tersebut dapat membantu memberdayakan usaha PKL.

3. Adanya Peningkatan Pendapatan bagi PKL di JPM Tanah Abang.

Salah satu dampak positif dari segi ekonomi dilihat dari sisi pendapatan yang diperoleh pedagang sebelum dan sesudah relokasi PKL ke JPM sebagai upaya penataan PKL Tanah Abang.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh beberapa informan pedagang, antara lain:

Ibu HT pedagang pakaian di JPM Tanah Abang yang mengatakan, ―Lumayan sih ada peningkatan dari sebelum jualan di sini. Ya emang terkadang gak tentu sih ya, kadang kalo lagi rame ya untung‖. (Wawancara Ibu HT, 21 Agustus 2019).

66

Hal demikian juga diungkapkan oleh Ibu NR pedagang tas di JPM Tanah Abang yang mengatakan bahwa:

―Ya gak tentu sih ya, tapi kalo disini lumayan lah daripada dibawah. Kalo jualan mah untung-untungan ya, kadang kalo rame ya untung, tapi kalo lagi sepi ya sedapatnya aja kita terima aja.‖ (Wawancara Ibu NR, 21 Agustus 2019).

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Ibu EL pedagang warung asongan di JPM Tanah Abang yang mengatakan,

―Ya tergantung sih, kadang kalo rame ya Alhamdulillah, tapi kalo lagi sepi ya gimana ya hehe.. kita terima aja sedapatnya.‖

(Wawancara Ibu EL, 19 September 2019).

Hal demikian juga diungkapkan oleh Sdr. AT pedagang pakaian di JPM Tanah Abang yang mengatakan:

―Tergantung sih, kadang rame kadang sepi, rame nya sih kalau hari libur tuh banyak yang lewat sini kan.‖ (Wawancara Sdr. AT, 19 September 2019).

Berdasarkan penuturan hasil wawancara penulis dengan beberapa informan pedagang di JPM Tanah Abang diatas, dalam segi pendapatan setelah direlokasi ke JPM Tanah Abang pendapatan PKL yang mereka peroleh masih belum maksimal didapatkan karena tingkat keramaian pengunjung yang tidak menentu sehingga pemasukan pun juga tidak menentu.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Sdr. AT yang merupakan pedagang pakaian di JPM Tanah Abang, kepadatan pengunjung ke Tanah Abang terjadi pada hari libur kerja dan liburan sekolah yang dimana pengunjung mengalami peningkatan dibandingkan dengan hari kerja yaitu hari senin sampai jumat..

67 2. Dampak Negatif

Dampak negatif relokasi bagi pedagang pasca penataan PKL di Tanah Abang berdasarkan aspek sosial dan ekonomi antara lain:

a. Aspek Sosial

1. Menimbulkan Kecemburuan Sosial Antar PKL

Adanya jembatan penyeberangan multiguna sebagai upaya penataan PKL di Tanah Abang menimbulkan rasa kecemburuan sosial bagi PKL yang berjualan di trotoar jalan dikarenakan kuota kios di JPM Tanah Abang yang terbatas dengan persyaratan wajib yaitu hanya warga yang tinggal di Jakarta. Terjadinya bentrokan antara PKL yang berjualan di trotoar jalan Jatibaru Raya Tanah Abang dengan Satpol PP dikarenakan PKL yang berjualan di trotoar menolak ditertibkan melakukan penyerangan terhadap Satpol PP sehingga membuat kondisi kawasan Tanah Abang menjadi tidak kondusif dan mengganggu kenyamanan dan keamanan pengguna jalan.

b. Aspek Ekonomi

1. Menurunnya Pendapatan bagi PKL di Trotoar

Salah satu dampak negatif dari keberadaan JPM Tanah Abang sebagai upaya pelaksanaan penataan PKL di Tanah Abang, tentunya perubahan pendapatan yang diperoleh oleh PKL di Tanah Abang seperti PKL yang berjualan di trotoar jalan maupun di tempat resmi yang berada di dalam gang Jalan Jatibaru Raya Tanah

68

Abang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sdr. IM pedagang pakaian di dalam gang Jalan Jatibaru Raya Tanah Abang yang mengatakan bahwa:

―Kalo jembatan mah menurut saya terlalu besar pengaruhnya bagi kita yang jualan di dalam gang sini. Pengaruh banget itu.

Semenjak ada jembatan dibangun, di dalam sepi jadinya.

Biasanya kan kita setiap hari jual-beli nya disini, kalo sehari biasanya 3 sampe 4 juta, sekarang mah 2,5 juta rata-ratanya.

Paling rame nya di dalam sini tuh sabtu minggu doang. Kalo hari biasa kaya gini sih sepi banget, semenjak ada jembatan itu.‖

(Wawancara Sdr. IM, 4 September 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sdr. IM pedagang pakaian di Jalan Jatibaru menunjukkan bahwa semenjak adanya JPM Tanah Abang, Jalan Jatibaru Raya Tanah Abang mengalami penurunan pendapatan, dikarenakan jumlah pembeli yang sedikit dan mayoritas sepi pembeli. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh salah satu pedagang di trotoar jalan yang lapak dagangnya di trotoar bawah JPM Tanah Abang, Bapak AW pedagang pakaian di trotoar, mengatakan bahwa:

―Ya, kalo lima sepuluh orang yang beli paling masih di bawah satu juta lah. Biasanya kalo rame mah hampir satu juta-an, sekarang sepi kita juga stok jualannya ga banyak soalnya jarang ada yang beli gitu.‖ (Wawancara Bapak AW, 26 September 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis dengan Bpk AW pedagang pakain di trotoar Jalan Jatibaru Tanah Abang, terlihat stok pakaian gamis yang dijual Bpk AW tidak terlalu banyak. Ia memilih untuk membawa barang sedikit dan

69

hanya akan membawanya jika ada pembeli yang tertarik untuk membeli.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kedua informan diatas menujukkan bahwa dilihat dari segi ekonomi, dampak yang dirasakan oleh PKL yang berjualan di trotoar bawah JPM Tanah Abang yaitu menurunnya jumlah pembeli sehingga mempengaruhi pendapatan yang mereka peroleh semenjak dilakukan penataan PKL dan dibangunnya JPM Tanah Abang.

70 BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan dan analisis yang telah disampaikan, terdapat beberapa fungsi manifes dan fungsi laten penataan PKL di Tanah Abang serta dampaknya yang ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi bagi PKL maupun masyarakat umum.

Fungsi manifes dari penataan PKL di Tanah Abang antara lain, dapat mengurangi kemacetan jalan karena sebelumnya banyak PKL yang berjualan hingga ke bahu jalan sehingga mengganggu pengguna jalan.

Program penataan PKL telah mengubah status menjadi PKL menjadi pedagang legal karena disediakan tempat usaha yang sudah resmi oleh pemerintah. Keberadaan JPM di Tanah Abang ini dapat memfasilitasi pejalan kaki yang melintasi Jalan Jatibaru sebagai akses integrasi jalan menuju ke tempat lain yang ada di kawasan Tanah Abang dengan diberi petunjuk arah jalan yang ingin dituju selain itu dapat memberikan rasa aman bagi pejalan kaki sehingga pejalan kaki tidak lagi harus berjibaku dengan PKL di trotoar hingga bertaruh keselamatan karena berhadapan dengan kendaraan yang melintas. Adanya peraturan mengenai larangan membuang sampah sembarangan dapat memberikan kesadaran budaya kebersihan dan kerapihan di lingkungan tempat usaha.

71

Fungsi laten atau fungsi yang tidak diharapkan dari penataan PKL di Tanah Abang dengan adanya keberadaan JPM ini yaitu kurang diterima bagi PKL yang tidak mendapat lapak di JPM dan PKL liar yang tidak memiliki KTP Jakarta sehingga mereka memilih berjualan di trotoar jalan Jatibaru Raya Tanah Abang. Tindakan pemerintah melakukan penataan PKL dengan melakukan penertiban terhadap PKL seperti razia dan menyita barang dagangan PKL secara paksa menimbulkan aksi protes PKL sehingga menimbulkan konflik antara PKL dengan Satpol PP.

Terdapat dampak positif dan dampak negatif relokasi bagi pedagang pasca penataan PKL di Tanah Abang. Dari beberapa penilaian dampak positif dan negatif tersebut, penataan PKL di Tanah Abang dinilai lebih banyak memberikan dampak positif dibandingkan dampak negatifnya.

Dampak positif secara sosial ekonomi adalah kegiatan yang dilakukan pedagang menjadi lebih tertib dan aman karena disediakan lokasi yang sudah resmi oleh pemerintah dengan membangun jembatan penyeberangan multiguna, hal ini dianggap sebagai solusi mengurangi kemacetan di Jalan Jatibaru sehingga tidak mengganggu keindahan tatanan kota. Sedangkan dampak positif ditinjau dari ekonomi, dapat memberikan peluang kesempatan usaha bagi masyarakat Tanah Abang sebagai bentuk pembinaan terhadap PKL dengan memberikan pelatihan wirausaha, dapat meningkatkan pendapatan bagi PKL di JPM Tanah Abang.

Disisi lain, dampak negatifnya adalah menurunnya pendapatan bagi PKL di trotoar jalan, dan menimbulkan kecemburuan sosial antar

72

pedagang. Pembangunan jembatan penyeberangan multiguna menjadi salah satu solusi untuk penataan PKL di Tanah Abang dinilai berhasil dikarenakan sudah berkurangnya kemacetan yang disebabkan oleh PKL yang sebelumnya berdagang di trotoar jalan Jatibaru Raya Tanah Abang.

B. SARAN

1. Kepada para peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini mampu menjadi bahan referensi yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian selanjutnya, khususnya bagi penelitian mengenai penataan pedagang kaki lima di Kota Jakarta. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat mengkaji peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan program penataan ruang lingkungan dan ruang kota, atau konflik yang terjadi antara pedagang kaki lima dengan pemerintah setempat terkait penataan ruang lingkungan kota yang meliputi PKL dikarenakan penelitian ini belum mengkaji perrmasalahan tersebut. Semoga dengan adanya penelitian ini mampu mendorong para peneliti selanjutnya agar mampu mengambil penelitian dengan tema serupa jauh lebih mendalam dan lebih baik dari penelitian ini.

2. Kepada Pemerintah Daerah Kota Jakarta, disarankan agar mengambil tindakan dan solusi untuk mencegah bertambahnya PKL di lokasi yang telah ditata. Melakukan pembinaan kepada PKL untuk mengembangkan usaha bagi PKL sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan PKL. Pemerintah

73

diharapkan melakukan pengawasan karena melihat banyaknya PKL yang tetap menempati kawasan yang dilarang untuk berdagang.

3. Kepada masyarakat, khususnya PKL di Tanah Abang, diharapkan PKL

Dokumen terkait