• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENUTUP, bagian akhir dari skripsi yang berisikan mengenai kesimpulan dan saran. Kesimpulan menjelaskan ringkasan dari

TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Fungsi Manifes dan Fungsi Laten Penataan PKL di Tanah Abang Robert Merton merupakan salah satu tokoh sosiologi menulis

1) Fungsi Manifes

Secara sederhana, fungsi manifes atau fungsi nyata adalah fungsi yang diharapkan. Fungsi manifes disini merujuk pada konsekuensi-konsekuensi yang berwujud nyata. Terdapat beberapa fungsi manifes dari penataan PKL di Tanah Abang, diantaranya:

a. Mengurangi kemacetan di Jalan Jatibaru Tanah Abang.

Pembangunan jembatan penyeberangan multiguna menjadi salah satu tahap untuk penataan PKL di Tanah Abang dengan tujuan mengurangi kemacetan yang terjadi di Jalan Jatibaru akibat PKL yang mengokupasi kawasan Tanah Abang. Sebagaimana informasi yang disampaikan oleh Bapak AS Penanggung jawab atas JPM Tanah Abang yang mengatakan bahwa:

45

―Pembangunan JPM ini diperuntukan untuk para PKL agar mengurangi kemacetan di Jalan Jatibaru, karena sebelum JPM ini dibangun, dibawah JPM ini penuh dengan PKL yang menyebabkan jalanan menjadi semrawut sekali kak, ada angkutan umum yang menangkut penumpang dari stasiun Tanah Abang ya itu juga yang menjadi alasan kenapa PKL semakin hari kok semakin banyak berjualan di samping stasiun ya karena mencari perhatian penumpang dari stasiun begitu.‖ (Wawancara Bapak AS, 8 Agustus 2019).

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Bapak AS selaku Penanggung jawab atas JPM Tanah Abang, alasan pemerintah daerah DKI Jakarta membangun jembatan penyeberangan multiguna menjadi salah satu upaya penataan Tanah Abang untuk mengurangi kemacetan di Tanah Abang dengan merelokasi PKL dari trotoar Jalan Jatibaru ke jembatan tersebut.

Menurut pengamatan salah seorang pengunjung Tanah Abang, sebelum JPM ini dibangun, Jalan Jatibaru Raya yang berada di bawah JPM tersebut dikatakan cukup ramai. Sebagaimana yang disampaikan oleh Sdri.

ND yang merupakan pengunjung Tanah Abang:

―Ya kita pejalan kaki agak susah sih jalannya, kita jadi ngalah sama motor terus angkot juga pada ngetem, yang dagang di pinggir jalan juga sempitin jalan.‖ (Wawancara Sdri ND, 4 September 2019).

Menurut penuturan Sdri. ND pengunjung yang juga pejalan kaki, sebelum dibangunnya JPM, Ia merasa kesulitan untuk dapat leluasa berjalan kaki dikarenakan trotoar yang sebagaimana difungsikan sebagai pejalan kaki, menjadi sempit karena dijadikan sebagai lapak PKL dan menjadi tempat pemberhentian motor maupun angkutan umum, sehingga jalanan menjadi semrawut. Pada gambar dibawah ini merupakan kondisi lalu lintas

46

Jalan Jatibaru Raya pada tanggal 8 November 2017 sebelum dilakukan penataan PKL, sebagai berikut:

Gambar III.A.1. Situasi Jalan Jatibaru Raya Tanah Abang Sebelum Dilakukan Penataan PKL

Sumber: Tempo.co, diakses pada 3 Januari 2021.

Pada gambar tersebut, terlihat PKL mengokupasi trotoar Jalan Jatibaru Raya Tanah Abang sehingga arus lalu lintas menjadi tersendat sehingga dapat mengganggu pengguna jalan baik itu angkutan umum maupn pejalan kaki yang melintas. Melihat kondisi tersebut, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mulai melakukan penataan kawasan Tanah Abang pada Desember 2017 dengan tahapan pertama yang dilakukannya adalah menutup Jalan Jatibaru Raya yang berada di seberang Stasiun Tanah Abang, pada pukul 08.00 sampai pukul 18.00 WIB. (Tempo.co, 2017).

Penutupan jalan Jatibaru tersebut merupakan upaya penataan lingkungan Tanah Abang dengan membangun jembatan penyeberangan multiguna atau JPM Tanah Abang. Selama pembangunan JPM berlangsung,

47

Jalan Jatibaru Raya dialihfungsikan menjadi tempat relokasi sementara PKL dengan diberi fasilitas tenda khusus pedagang, hingga akhinya pada bulan Desember 2018 JPM diresmikan menjadi jembatan penyeberangan dan menjadi tempat berjualan bagi PKL, berikut gambar kondisi Tanah Abang saat ini yang berada di Jalan Jatibaru Tanah Abang:

Gambar III.A.2. Situasi Jalan Jatibaru Tanah Abang Setelah Dilakukan Penataan PKL

Sumber:Dokumentasi pribadi, 8 Agustus 2019

Dari hasil pengamatan penulis, pada siang hari kondisi Jalan Jatibaru terlihat cukup lengang, terlihat pula PKL yang berjualan diberi batas pagar agar lapak PKL tidak mengular ke bahu jalan sehingga terihat cukup tertib dan rapih. Walaupun terkadang menjelang sore hari mulai tampak ramai, namun tidak tampak kemacetan yang signifikan pada hari itu.

Setelah dilakukan penataan PKL, kondisi di Jalan Jatibaru menjadi kondusif, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu KY, pengunjung Tanah Abang mengatakan bahwa:

―Udah enak sih menurut saya, jadi rapih gitu jalanan, yang tadinya banyak mobil arus mudik sono-sini ibaratnya, sekarang mah bagus rapih kalo ini mah khusus buat belanja jadi ga ada

48

mobil satupun lewat atau kendaraan lain satupun lewat gitu.‖

(Wawancara Ibu KY, 4 September 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengunjung, dengan adanya JPM di Tanah Abang, dapat menjadi salah satu solusi dalam menangani masalah kemacetan di kawasan Tanah Abang, yang dimana JPM tersebut menjadi sarana pejalan kaki untuk memudahkan pejalan kaki terintegrasi ke moda transportasi umum dan juga memberikan hak pejalan kaki untuk memberikan rasa aman dan nyaman tidak lagi harus berjibaku dengan PKL dan kendaraan umum yang melintas yang menjadi Tanah Abang dikenal semrawut.

Terkait dengan kondisi saat ini, dengan dibangunnya JPM di Tanah Abang, adanya kebijakan pemerintah kota DKI Jakarta dalam hal ini peran Gubernur DKI Jakarta melakukan penataan PKL dan penataan ruang sebagai solusi untuk mengurangi kemacetan karena kesemrawutan antara PKL dengan pejalan kaki, sehingga setelah dibangunnya JPM, kemacetan di Jalan Jatibaru sudah terlihat berkurang. Kebijakan pemerintah tersebut menimbulkan konsekuensi yang telah diantisipasi (anticipated consequences) berupa sesuatu konsekuensi yang positif bagi suatu sistem maka itu termasuk fungsi manifes.

b. Kelayakan dan Kenyamanan Tempat Usaha

Setelah melalui rangkaian proses pendaftaran, pedagang yang sebelumnya berjualan di jalanan, kini sudah dianggap menjadi pedagang legal, sebagaimana pernyataan dari Bapak AS selaku Penanggung jawab atasb JPM Tanah Abang:

49

―…PKL disini sudah resmi mendapat izin dagang dari pemerintah karena sebelumnya mereka sudah melakukan pendaftaran, dan pendataan juga dari dinas UMKM ya, jadi mereka dapat ditempatkan di JPM ini‖. (Wawancara Bapak AS, 8 Agustus 2019).

Dengan demikian, pedagang di JPM tersebut secara resmi sudah menjadi pedagang yang legal dan mendapat kios yang secara permanen dapat ditempati. Hal ini seperti yang penjelasan Merton dalam Ritzer dan Goodman, (2010: 139) mengenai fungsi manifes dari penataan PKL menimbulkan adaptasi atau penyesuaian dari sistem tertentu dalam hal ini pedagang yang beradaptasi dengan sistem yang dikeluarkan oleh pemerintah, dan secara tidak langsung terdapat konsekuensi yang telah diantisipasi (anticipated consequences) dapat berupa sesuatu fungsi yang positif bagi pedagang.

Kondisi jembatan penyeberangan yang nyaman karena dilengkapi dengan fasilitas penunjang yang memadai dari pemerintah dan pengelola membuat pedagang dan juga pengunjung Pasar Tanah Abang merasa nyaman. Hal ini disampaikan oleh Bapak AS, selaku Penanggung jawab atas JPM Tanah Abang yang mengatakan bahwa:

―Fasilitas JPM disini, kita punya sebanyak 3 buah charging box, 3 buah toilet dengan kapasitas 1 toilet itu ada 2 kamar mandi eh bukan kamar mandi ya itu kamar toilet, jadi total kan ada 6 ya kamar toilet, terus ada 1 mushola tapi mushola nya adanya di bawah sini. Lalu tempat sampah kita taruh di setiap sudut, dan setiap jam selalu dibersihkan oleh petugas kebersihan, dan ada peraturannya juga kak untuk tidak buang sampah sembarangan karena nanti akan kena denda baik PKL maupun pengunjung juga karena kan JPM ini sebagai penghubung terintegrasi dengan stasiun, halte, dan ke blok G maupun ke Jalan Jati Baru.

Kita usahakan agar JPM ini nyaman, aman, dan bersih kan jadi enak diliatnya ya. Kalo kakak liat di JPM ini banyak satpam kan

50

yang jaga, itu emang sudah kita antisipasi nanti kalo ada hal-hal yang berbahaya dan disini bebas dari pengamen, tukang asongan yang keliling-keliling, dan tentunya juga preman, karena kita tahu sudut-sudut mana saja yang dijaga sama preman.‖

(Wawancara dengan Bapak AS, 8 Agustus 2019).

Menurut hasil wawancara penulis dengan Bapak AS yang merupakan penanggung jawab atas JPM di Tanah Abang mengatakan bahwa JPM ini sebagai sarana penghubung yang mengintegrasikan pejalan kaki dengan moda transportasi umum seperti stasiun, halte, dan jalan menuju ke blok G maupun ke Jalan Jatibaru Raya. Selain menjadi sarana penghubung jalan, JPM juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas umum seperti toilet umum dan pembangunan jembatan ini sengaja difungsikan menjadi tempat PKL berjualan.

Jembatan Penyeberangan Multiguna Tanah Abang memiliki fasilitas cukup lengkap, jembatan yang diberi atap sehingga pedagang dan pengunjung tidak merasa kepanasan maupun kehujanan. Seorang pedagang gorengan bernama Ibu SW mengemukakan, makanan yang Ia jual jadi lebih bersih dibandingkan saat masih berjualan di trotoar Jalan Jatibaru Raya, Ia mengatakan bahwa:

"Kalau dulu kan jualan di bawah sering kena debu tuh karena banyak orang jalan sama debu dari kendaraan ya, kadang juga banyak lalat. Sejak disini (JPM), gak ada lagi tuh lalat, angin debu-debu. Suasana di sini juga bersih, enaklah buat jualan. Gak panas juga jualan disini, saya bisa duduk nyaman, kadang sambil nunggu pembeli saya juga bisa tidur" (Wawancara Ibu SW 19 September 2019).

Selain karena suasana yang nyaman karena pedagang maupun pembeli tidak kepanasan dan juga tidak kehujanan, di JPM juga

51

disediakan tempat sampah dan setiap waktu selalu dibersihkan oleh petugas kebersihan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibu HT, salah satu pedagang pakaian di JPM Tanah Abang : ―…terus bersih juga ada petugas yang bersih-bersihin. Jadi keliatannya rapih, orang juga lewat kalo mau belanja juga enak.‖ (Wawancara Ibu HT, 21 Agustus 2019).

Berdasarkan pengamatan penulis, JPM Tanah Abang memang setiap waktu selalu dibersihkan oleh petugas kebersihan, terlihat beberapa petugas kebersihan yang selalu membersihkan fasilitas umum seperti menyapu dan mengepel jalan sehingga kondisi jembatan tetap bersih dan nyaman bagi pedagang maupun pengunjung JPM Tanah Abang.

Gambar III.A.3. Fasilitas Kebersihan di JPM Tanah Abang

Sumber: Dokumentasi pribadi, JPM Tanah Abang, 21 Agustus 2019.

Para pedagang mengatakan bahwa di JPM Tanah Abang, kondisi kebersihannya terjaga karena PKL yang berjualan di JPM Tanah Abang diwajibkan membayar uang retribusi kebersihan sehingga mewujudkan suasana yang nyaman dalam kegiatan berjualan, begitupun dengan pengunjung yang merasa nyaman karena tidak lagi tergangu oleh sampah-sampah yang berserakan, seperti yang diungkapkan oleh Ibu KY

52

pengunjung JPM Tanah Abang yang mengatakan, ―Kebersihannya ya bagus juga ya, tadi ada saya lihat ada petugas yang nyapu, sampahnya juga ga berserakan, engga terlalu kumuh lah sekarang.‖ (Wawancara Ibu KY, 4 September 2019). Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Sdri ND pengunjung Tanah Abang yang mengatakan, ―Ya karena jualannya kan di jembatan tertutup gitu kan jadi ga kepanasan, engga kehujanan, bersih karena aku lihat ada petugas yang nyapu, ada satpam juga jadi kita merasa aman.‖ (Wawancara Sdri ND, 4 September 2019).

Ibu KY dan Sdri ND sebagai pembeli pun mengakui kondisi JPM Tanah Abang terlihat nyaman dan bersih, tidak seperti saat mengunjungi PKL di trotoar yang terlihat kebersihannya kurang terjaga. Kondisi Jembatan Penyeberangan Multiguna yang bersih merupakan program dari pengelola untuk mendisiplinkan masyarakat untuk menjaga kebersihan dengan memberikan peraturan dan apabila terbukti melanggar, maka pengelola JPM akan memberikan sanksi berupa denda sebesar Rp. 500.000,- (Lima Ratus Ribu Rupiah).

Gambar III.A.4. Spanduk Peraturan Larangan Membuang Sampah Sembarangan

Sumber: Dokumentasi pribadi, JPM Tanah Abang, 21 Agustus 2019.

53

Adanya peraturan tersebut membuktikan bahwa dengan kelayakan fasilitas-fasilitas yang diberikan, pedagang maupun pengunjung diwajibkan untuk mengikuti aturan atau kebijakan yang dibuat pemerintah dan menerima konsekuensi apabila terbukti melanggar.

Dengan adanya kebijakan tersebut, diharapkan dapat mengubah kebiasaan pedagang maupun pengunjung untuk menjaga kebersihan dan keindahan dari fasilitas yang sudah diberikan oleh pemerintah.

Selain dari segi kebersihan, keamanan di JPM Tanah Abang juga diperketat dengan adanya beberapa petugas keamaman yang berjaga di setiap sudut masuk dan keluar jembatan. JPM juga dilengkapi dengan beberapa CCTV sehingga pedagang maupun pengunjung merasa aman, nyaman tanpa diganggu oleh preman dan pengamen.

Sebagaimana wawancara dengan Ibu NR pedagang tas di JPM Tanah Abang yang mengatakan bahwa : ―Enak disini, engga kepanasan, engga kehujanan, engga ada preman dan juga engga dikejar-kejar lagi sama Satpol PP.‖ (Wawancara Ibu NR, 21 Agustus 2019).

Hal demikian juga dirasakan oleh Ibu EL pedagang warung asongan di JPM Tanah Abang :

―Ya enak sih, nyaman, bersih, aman juga gak ada preman disini ya soalnya banyak satpam juga yang jaga di tiap ujung kanan sama kiri sini kan arah masuk ke jembatan ini yang pada mau ke stasiun juga.‖ (Wawancara Ibu EL, 19 September 2019).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu NR pedagang warung asongan di JPM, dan Ibu EL pedagang tas di JPM, saat mereka masih berdagang di trotoar jalan, untuk dapat membuka lapak mereka harus

54

membayar tempat berdagang kepada preman dan selalu mengalami razia penertiban oleh Satpol PP. Berdasaekan hasil temuan tersebut, fungsi manifes dari penataan PKL di Tanah Abang dengan membangun jembatan multiguna, merelokasi PKL yang berdagang di trotoar, membuat peraturan yang bertujuan untuk kenyamanan dan kesepakatan bersama merupakan sesuatu sistem yang telah direncanakan sehingga adanya konsekuensi yang memiliki fungsi positif atau seperti yang dikemukakan oleh Merton bahwa konsekuensi yang telah diantisipasi (anticipated consequences) dapat berupa sesuatu yang positif bagi sistem maka itu termasuk fungsi manifes.

Dokumen terkait