• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Positif Pembangunan

Dalam dokumen sma11geo Geografi EniAnjayani (Halaman 191-197)

Pemanfaatan Lingkungan bagi Pembangunan Berkelanjutan

C. Dampak Positif Pembangunan

Pembangunan nasional dilakukan dengan harapan menghasilkan perubahan positif dan kemajuan di segala bidang, termasuk lingkungan hidup. Bagaimana mengukur keberhasilan atau dampak positif pembangunan? Secara umum, keberhasilan pembangunan dapat diukur dengan dua indikator. Pertama, keberhasilan pembangunan diukur dengan indikator ekonomi. Indikator ini mencerminkan tingkat kesejahteraan penduduk. Kedua, keberhasilan pembangunan diukur dengan indikator sosial yang mencerminkan kualitas hidup penduduk.

1.

Indikator Ekonomi

Keberhasilan pembangunan nasional di bidang ekonomi dapat ditunjukkan dengan beberapa indikator. Indikator yang sering digunakan adalah dengan mengetahui peningkatan Produk Nasional Bruto/PNB (Gross National Produk/GNP) dan PNB per kapita, fasilitas komunikasi dan transportasi, penggunaan energi per tahun, dan jumlah pekerja di berbagai sektor industri.

Sebutkan kelebihan dan kekurangan transportasi menggunakan kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut, dan pesawat terbang! Manakah yang paling sesuai diterapkan di daerahmu? Beri alasannya!

a. Produk Nasional Bruto (PNB)

PNB menjadi salah satu indikator penting dalam penilaian keberhasilan pembangunan atau kemakmur- an negara. PNB per kapita menunjukkan ukuran rata- rata standar hidup dari penduduk. PNB menunjuk pada jumlah pendapatan per tahun. Sedang PNB per kapita menunjuk pendapatan rata-rata untuk setiap penduduk dan diperoleh dengan membagi PNB dengan jumlah penduduk suatu negara.

Secara umum, negara dengan pertumbuhan penduduk cepat memiliki PNB per kapita rendah.

Peningkatan PNB per kapita tidak berarti standar hidup penduduk lebih baik dan tingkat kemiskinan berkurang karena PNB per kapita tidak menunjukkan distribusi pendapatan nasional.

Pada tabel 7.1 menunjukkan Produk Domestik Bruto/PDB (Gross Domestic Bruto/GDP) Indonesia selama 4 tahun (2001– 2004). Berdasarkan data ini, tampak bahwa PNB Indonesia mengalami peningkatan. Nilai PDB yang ditambah pendapatan properti neto dari luar negeri seperti bunga, dividen, dan keuntungan merupakan nilai PNB.

Tabel 7.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000–2004 Tahun PDB (Triliun Rupiah) 2001 1.443 2002 1.506 2003 1.580 2004 1.661 Sumber:BPS

Sedang perbandingan pendapatan per kapita Indonesia dengan negara-negara berpendapatan menengah-rendah tahun 2004 ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 7.2 Pendapatan per Kapita Indonesia dan Beberapa Negara Berpendapatan Menengah-Rendah Tahun 2004

No. Negara Pendapatan Per Kapita (US$)

1. Sri Lanka 1,110 2. Indonesia 1,140 3. Filipina 1,170 4. Cina 1,290 5. Mesir 1,340 6. Kolombia 2,000

7. Bosnia dan Herzegovina 2,040

8. Thailand 2,540

9. Bulgaria 2,740

10. Brasil 3,090

Sumber:www.worldbank.org

b. Fasilitas Transportasi dan Komunikasi

Pembangunan fasilitas transportasi dapat berupa jalan, jembatan, rel kereta api, terminal, pelabuhan laut, dan bandar udara. Sedang pembangunan fasilitas komunikasi dapat berupa saluran telepon, pemancar radio, dan televisi.

Sumber: www.p.vtourist.com

Gambar 7.21Produk Nasional Bruto (PNB) dapat dinilai dengan uang.

Dewasa ini, jaringan telepon sudah dapat me- nembus setiap kecamatan di seluruh wilayah Indonesia. Saluran telepon pun tidak hanya melalui kabel, tetapi juga melalui gelombang elektromagnetik sehingga memungkinkan pesawat telepon dibawa ke mana-mana (mobile). Salah satu jenis telepon yang bersifat mobile ini disebut telepon genggam atau handphone (HP). Jumlah pelanggan atau saluran telepon per 1.000 penduduk yang meningkat seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini mengindikasikan kemajuan pembangunan nasional.

Tabel 7.3 Teledensitas (Pengguna Telepon) Penduduk Indonesia

Tahun Teledensitas Keterangan

2004 4,5 ASEAN 6,6 2005 4,7 dari 12,1 juta sst, 71% sambungan kabel 29% sambungan tanpa kabel. Keterangan:

sst: satuan sambungan telepon Sumber:Economie Review No 204 – Juni

Di bidang transportasi, kemajuan pembangunan nasional ditunjukkan oleh peningkatan penunjang jalan aspal per 1.000.000 penduduk. Selama tahun 1993–2001 panjang jalan di Indonesia meningkat dari 356.878 km menjadi 361.782 km.

Tabel 7.4 Panjang Jalan di Indonesia

Tahun Panjang Jalan (km)

1993 344.892 1994 356.878 1995 327.227 1996 336.377 1997 341.467 1998 355.363 1999* 355.951 2000 355.951 2001 361.782

* Sejak 1999 tidak termasuk Timor Timur

Sumber: BPS c. Konsumsi Energi

Pembangunan membutuhkan banyak energi, termasuk energi listrik. Di Indonesia energi listrik banyak dihasilkan dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara. Konsumsi energi diukur dari energi total yang digunakan negara atau di- konsumsi penduduk dalam kurun waktu setahun. Peningkatan pembangunan terjadi bila konsumsi energi juga meningkat. Perhatikan tabel produksi listrik dan gas yang dikonsumsi negara dan penduduk Indonesia tahun 1994–2003 berikut ini.

Sumber: www.priyadi.net Gambar 7.22Lalu lintas jalan.

Sumber: www.metrotvnews

Tabel 7.5 Produksi Listrik dan Gas Tahun 1994–2003

Tahun Listrik (ribu mwh) Gas (ribu m3)

1994 43,0 902,1 1995 49,6 1.186,0 1996 57,0 1.444,8 1997 64,3 1.692,5 1998 65,4 1.600,0 1999 71,7 1.642,0 2000 79,2 1.968,0 2001 84,5 2.116,5 2002 88,4 2.458,0 2003 90,4 2.849,0 Sumber: BPS

d. Tenaga Kerja di Sektor Industri

Pembangunan ekonomi juga dicerminkan dari persentase pekerja yang bekerja di berbagai sektor industri. Peningkatan pembangunan dapat dilihat dari jumlah penduduk yang bekerja di sektor industri primer turun dan yang bekerja di sektor industri sekunder dan tersier meningkat.

Di negara berkembang seperti Indonesia banyak pekerja yang bekerja di industri primer. Sedang di Singapura dan Jepang, banyak penduduk bekerja di sektor industri sekunder dan tersier. Apakah pekerja Indonesia yang bekerja di sektor industri mengalami kenaikan? Coba kamu amati tabel berikut ini.

Tabel 7.6 Pekerja Industri Indonesia Tahun 2001–2005 No. Jenis Industri

Jumlah Pekerja (Juta)

2001 2002 2003 2004 2005

1. Pertanian, kehutanan, dan perikanan 39,7 40,6 43,0 40,6 41,8

2. Tambang - 0,6 0,7 1,0 0,8

3. Pengolahan 12,1 12,1 11,5 11,1 11,6

4. Listrik, gas, dan air - 0,2 0,1 0,2 0,2

5. Konstruksi 3,8 4,3 4,0 4,5 4,4

6. Perdagangan 17,5 17,8 17,2 19,1 18,9

7. Transportasi dan komunikasi 4,4 4,7 4,9 5,5 5,5

8. Keuangan, pengembangan, dan jasa bisnis 1,1 1,0 1,3 1,1 1,0

9. Sosial kemasyarakatan 11,0 10,4 10,0 10,5 10,6

Sumber: BPS

2.

Indikator Kualitas Hidup

Peningkatan kualitas hidup oleh kegiatan pembangunan dapat diketahui melalui beberapa indikator, misalnya angka

melek huruf serta tingkat kesehatan dan kesejahteraan. a. Melek Huruf

Keadaan melek huruf penduduk sangat berkaitan dengan tingkat pendidikannya. Secara umum, apabila angka melek huruf semakin besar berarti terjadi peningkatan pembangunan. Salah satu cara untuk mengetahui angka melek huruf adalah dengan menghitung angka buta huruf penduduk dewasa, yaitu jumlah penduduk >50 tahun yang tidak dapat membaca, menulis pendek, atau menulis pernyataan sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Proporsi penduduk Indonesia yang melek huruf tahun 1995– 2004 ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Sebutkan jenis-jenis industri yang termasuk dalam industri primer, sekunder, dan tersier!

Sumber: img.photobucket.com Gambar 7.24Panen padi

Sumber: Dokumen Penulis

Tabel 7.7 Proporsi Penduduk Melek Huruf Umur ttttt10 Tahun (%) Tahun 1995–2004

Tahun Proporsi Penduduk Melek Huruf Umur ttttt10 Tahun (%) 1995 86,3 1996 87,4 1997 89,0 1998 89,4 1999 89,8 2000 89,9 2001 89,2 2002 90,7 2003 90,9 2004 91,5 Sumber:BPS

b. Kesehatan dan Kesejahteraan

Tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang semakin baik merupakan indikator keberhasilan pembangunan. Indikator kesehatan tercermin dari angka harapan hidup dan angka kematian bayi. Sedang indikator kesejahteraan tercermin dari angka kekurangan gizi, kasus kelaparan, dan kondisi kehidupan penduduk.

Angka harapan hidup dan kematian bayi dipengaruhi oleh kelengkapan atau ketersediaan fasilitas kesehatan. Secara umum, fasilitas kesehatan yang baik dan lengkap meningkatkan angka harapan hidup dan menurunkan angka kematian bayi. Di antara negara berkembang di dunia, Indonesia cukup berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak di bawah

lima tahun (balita). Kedua indikator ini dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7.8 Angka Kematian Bayi dan Anak di Bawah Lima Tahun di Indonesia Tahun 1971–1999

Tahun Indikator

Angka Kematian Angka Kematian Anak Bayi di Bawah Lima Tahun

1971 145 218 1980 109 158 1990 71 99 1994 66 93 1997 52 71 1998 49 - 1999 46 60 Sumber:BPS

Selain menurunkan angka kematian bayi dan anak di bawah lima tahun, Indonesia juga mampu meningkatkan angka harapan hidup. Perhatikan tabel estimasi angka harapan hidup Indonesia berikut ini.

Sumber: www.nasw.org Gambar 7.26 Puskesmas

Pada tahun 1999, angka kematian bayi di Indonesia adalah 46 dan angka kematian anak di bawah lima tahun adalah 60. Apa maksud angka 46 dan 60 ini?

Tabel 7.9 Estimasi Angka Harapan Hidup di Indonesia Tahun 1967–2005

Tahun Estimasi Angka Harapan Hidup (Tahun)

1967 45,7 1976 52,2 1986 59,8 1990 61,5 1992 62,3 1993 62,7 1995 63,5 1996 63,9 1997 64,2 2000–2005 68,2 Sumber: bankdata.depkes.go.id

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa angka harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan dari 45,7 tahun (1967) menjadi 68,2 tahun (2005).

Indikator lain yang menunjukkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan penduduk adalah persentase penduduk yang mendapatkan air bersih dan sanitasi yang baik. Ketersediaan air bersih penting untuk memenuhi kebutuhan penduduk seperti minum, mandi, memasak, dan mencuci. Apabila air bersih tidak tersedia dan sistem sanitasi atau pembuangan jelek maka masalah lingkungan seperti penyakit diare atau malaria mudah muncul.

Pada umumnya, di negara-negara sedang berkembang, persentase penduduk yang mendapat air bersih masih kecil. Di Indonesia penyediaan air bersih oleh pemerintah meningkat dari tahun ke tahun. Selama sepuluh tahun (1994–2003), penyediaan air bersih jumlahnya berlipat lebih dari dua kali seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 7.10 Penyediaan Air Bersih di Indonesia Tahun 1994–2003 Tahun Jumlah Air Bersih (Juta m3)

1994 1.067 1995 1.158 1996 1.460 1997 1.510 1998 1.684 1999 1.466 2000 1.512 2001 1.658 2002 2.095 2003 2.286 Sumber:BPS

3.

Indikator Gabungan

Beberapa indikator yang mencerminkan kemajuan pembangunan nasional telah dipaparkan. Sebenarnya, masih banyak indikator lain yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui dampak positif pembangunan, misalnya tingkat urbanisasi dan persentase penduduk yang tidak memiliki rumah. Di negara-negara maju, sebagian besar penduduk hidup di perkotaan dan sudah memiliki rumah.

Setiap indikator yang telah dipaparkan hanya menunjukkan satu aspek pembangunan. Sedang pembangunan nasional meliputi banyak

aspek. Dari banyak aspek ini, dapat diketahui apakah pembangunan nasional telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkat- kan kualitas hidup penduduk. Jadi, keberhasilan pembangunan tidak hanya ditunjukkan oleh indikator tunggal, tetapi oleh gabungan beberapa indikator. Sebagai contoh, pendapatan angka harapan hidup, angka kematian bayi, dan tingkat melek huruf penduduk. Gabungan ketiga indikator ini oleh United Nations Development Programs (UNDP) disebut Human Development Index (HDI). Nilai HDI adalah 0–1. Berapa nilai HDI kelas menengah (medium)? Lihat pada tabel di bawah ini!

Tabel 7.11 Klasifikasi Human Development Indek (HDI)

Indeks Pembangunan Manusia HDI

Rendah 0,–0,4

Menengah 0,5–0,7

Tinggi 0,8–1,0

Sumber:Understanding Geography 4, halaman 236

Dalam dokumen sma11geo Geografi EniAnjayani (Halaman 191-197)