• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hutan Monsun yang Selalu Hijau

Dalam dokumen sma11geo Geografi EniAnjayani (Halaman 35-38)

B. Persebaran Flora dan Fauna Indonesia Secara garis besar kamu telah mengetahui persebaran flora dan

2) Hutan Monsun yang Selalu Hijau

Hutan monsun yang selalu hijau terdapat di Pulau Sumbawa, Timor, dan Wetar. Di Pulau Sumbawa hutan monsun terdapat pada ketinggian 800–1.000 m dpl dan di Pulau Timor serta Wetar terdapat pada ketinggian 1.000 m dpl dan dirajai oleh Eucalyptus (ampupu). Hutan Eucalyptus tersebut selain dibentuk oleh ampupu, juga oleh jenis-jenis pohon lainnya antara lain sengon, kayu embalo, jambu, pakis, dan kayu tahun.

c. Sabana

Sabana (savana) adalah tanah bersistem pengairan baik yang sebagian besar ditutupi rumput, semak (kurang dari 50%), dan pohon (antara 10–30%). Jika tanah tersebut ditutupi rerumputan dan paku-pakuan (lebih dari 50%) serta pohon dan semak (kurang dari 10%), disebut padang rumput (grassland/grass savana). Sabana tumbuh di daerah yang curah hujannya sedikit hingga sedang. Sabana biasanya dimanfaatkan untuk usaha peternakan, yaitu sebagai lahan peng- gembalaan. Sabana banyak terdapat di Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan.

Pohon-pohon yang merajai pada sabana yang terdapat di kawasan timur Indonesia adalah kayu putih.

Di Flores, Timor, Alor, Wetar, dan Papua bagian selatan, dirajai oleh tumbuhan akasia dan ampupu (Eucalyptus). Di Jawa Timur

Sumber:Indonesian Heritage Tumbuhan, halaman 43 Gambar 2.23Hutan musim

Sumber: Indonesian Heritage, Margasatwa, halaman 74 Gambar 2.24Sabana di Nusa Tenggara Timur.

dan pulau-pulau lain di Nusa Tenggara Timur, jenis-jenis pohon yang merajai adalah dari marga lontar dan gebang.

Di Pulau Timor terdapat empat jenis sabana sebagai berikut. 1) Sabana cemara gunung pada ketinggian 100–125 m dpl. 2) Sabana akasia dan ampupu pada ketinggian 600–700 m dpl. 3) Sabana Eucalyptus platyphylla ditemukan pada daerah yang

bergelombang di dataran rendah.

4) Sabana kayu putih ditemukan pada ketinggian di atas 900 m dpl.

Berdasarkan luas hutan yang ada di Indonesia, hutan hujan tropika meliputi areal yang paling luas (66 juta hektare), diikuti oleh hutan sekunder (23 juta hektare), padang alang-alang (16 juta hektare), hutan rawa air tawar (13 juta hektare), dan tipe-tipe hutan lainnya (4 juta hektare).

2.

Tipe Fauna di Indonesia

Berdasarkan pengamatan, Wallace berpendapat bahwa Kalimantan bersama Sumatra, Jawa, dan Bali pernah menjadi bagian Asia. Perairan dangkal di sekitar pulau-pulau ini membuktikan pendapat itu. Perairan dangkal itu dahulu berupa daratan yang berperan dalam persebaran flora dan fauna. Dangkalan ini dikenal dengan sebutan Dangkalan Sunda. Karena inilah tipe fauna di wilayah ini memiliki kesamaan. Selanjutnya, fauna di wilayah ini disebut fauna tipe Asia.

Di kawasan timur Indonesia, hal serupa juga terjadi di Papua dan Kepulauan Maluku. Fauna di kawasan ini memiliki kesamaan dengan fauna di Australia. Mamalia yang hidup di kawasan ini didominasi oleh masupialia, yaitu mamalia yang berkembang di luar kandungan. Mamalia ini berkembang di kantong induknya seperti kanguru, kuskus berkantong, dan tikus berkantong. Di kawasan ini terdapat burung kasuari yang juga terdapat di Australia.

Persamaan ini merupakan bukti bahwa perairan di kawasan timur Indonesia yang dangkal itu dahulu merupakan daratan yang kering pula. Karena itulah, fauna dapat menyebar dari Australia ke Papua dan sekitarnya. Daerah di kawasan ini disebut Dangkalan

Sahul. Selanjutnya, flora dan fauna di kawasan ini dikenal sebagai fauna tipe Australia.

Di antara Dangkalan Sunda dan Sahul, terdapat perairan laut dalam. Berbeda dengan Dangkalan Sunda dan Sahul yang perairannya dangkal, perairan di kawasan ini sangat dalam. Perairan ini belum pernah kering. Di perairan ini terdapat Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, dan pulau-pulau kecil lainnya. Kawasan ini dikenal dengan nama Wallacea.

Wallacea memberi batas antara kawasan Dangkalan Sunda dan kawasan Wallacea dengan garis yang terkenal dengan Garis Wallace. Garis ini untuk menunjukkan pembagian fauna yang sangat berbeda antara kawasan tipe Asia dan kawasan Wallacea. Selanjutnya, antara kawasan ini dengan kawasan Dangkalan Sahul dipisahkan oleh Garis

Gar is W

alla ce

Sumber:www.north-sulawesi Gambar 2.25Garis Wallace

MALAYSIA INDONESIA FILIPINA HUXLEY HUXLEY Wallace Weber Lydekker Wallacea Weber L Wallacea

Weber untuk menunjukkan pembagian jenis faunanya. Ada pula Garis Lydekker yang digunakan sebagai batas paling barat dari satwa tipe Australia. Penentuan garis ini didasarkan pada batas kedalaman laut di Dangkalan Sahul.

Namun, baik Garis Wallace maupun Garis Weber itu telah menjadi agak kabur. Dari fakta yang ada, beberapa fauna tipe Asia dan Australia telah beralih ke kawasan Wallacea. Burung pelatuk, bajing, dan cerurut yang bertipe Asia telah melintasi Garis Wallace, yaitu dari Bali ke Lombok, Sumbawa, Flores, dan Alor. Mungkin binatang itu telah dibawa oleh orang Melanesia sebagai bahan makanan dan binatang piaraan.

Demikian halnya dengan fauna tipe Australia. Possum berkantong dan kakaktua yang merupakan fauna tipe Australia telah menempati Sulawesi tetapi tidak ada di Kalimantan. Demikian juga burung madu australia yang ada di Lombok tetapi tidak ada di Bali.

Jadi, kawasan Wallacea selain memiliki fauna yang bersifat endemi, yaitu anoa, komodo, dan babi rusa juga memiliki fauna peralihan dari kawasan Asia dan Australia. Oleh karena itu, fauna yang ada di kawasan Wallacea disebut tipe peralihan.

Dari uraian di atas, jelaslah mengapa persebaran fauna di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu tipe Asia, Australia, dan peralihan. Sekarang marilah kita mengidentifikasi persebaran fauna Indonesia melalui tiga tipe itu.

a. Tipe Asia

Fauna tipe Asia terdiri atas beberapa jenis mamalia, burung, ikan, dan reptil. Di beberapa daerah, fauna ini sudah punah dan di beberapa daerah lain sudah sangat langka. Berikut ini beberapa fauna langka tersebut.

1) Gajah

Gajah (Elephas maximus) terdapat di seluruh Sumatra menghuni hutan hujan dataran rendah. Oleh karena itu, disebut gajah sumatra. Sebenarnya, persebaran gajah juga sampai ke Jawa, namun diperkirakan gajah jawa sudah punah karena terdesak kegiatan manusia. Gajah yang biasanya ber- kelompok selalu bergerak dalam mencari makan. Mereka sering melalui jalur perkebunan dan pedesaan sehingga terjadi perselisihan dengan manusia. Karena inilah jumlah gajah berkurang.

2) Badak

Di Indonesia terdapat dua jenis badak, yaitu badak jawa (Rhinocerus sondaicus) dan badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis). Badak jawa lebih besar dibanding badak sumatra. Badak jawa bisa mencapai berat 2 ton, sedangkan badak sumatra hanya 1 ton. Badak sumatra merupakan badak terkecil yang masih hidup. Perbedaan lainnya adalah badak jawa bercula satu, sedangkan badak sumatra mempunyai tonjolan kecil selain cula sehingga terkesan bercula dua.

Sumber: Indonesian Heritage, Margasatwa, halaman 122 Gambar 2.27Badak sumatra (kiri) dan badak jawa

(kanan).

Sumber: Indonesian Heritage, Margasatwa, halaman 58

3) Tapir

Tapir (Tapirus indicus) merupakan fauna yang menakjubkan. Fauna ini diduga berasal dari hutan tropis Amerika Selatan. Mengapa fauna ini sampai di Indonesia belum diketahui penyebabnya? Saat ini tapir hanya bisa ditemukan di hutan-hutan Sumatra. Melihat dari persebarannya, mungkin tapir juga pernah hidup di Jawa dan Kalimantan tetapi kini sudah punah.

4) Banteng

Tentu kamu pernah melihat sapi bukan? Sapi, terutama sapi bali adalah kerabat dekat dari banteng (Bos javanicus). Sapi adalah jenis banteng yang diternakkan. Di Indonesia, jumlah sapi jauh lebih banyak dibanding jumlah banteng yang masih liar. Bahkan di Sumatra, banteng telah mengalami kepunahan. Saat ini, banteng liar hanya terdapat di Jawa dan kecil sekali jumlahnya di Kalimantan.

Dalam dokumen sma11geo Geografi EniAnjayani (Halaman 35-38)